untuk tindakan intervensi dalam dunia internasional hanya digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan sepihak dari Negara yang bersangkutan.
Dengan asumsi tersebut, maka penerapan doktrin intervensi kemanusiaan dalam hukum internasional menjadi sangat penting. Terutama jika dilihat bahwa peristiwa-
peristiwa di dunia saat ini cukup banyak memperlihatkan bahwa pelanggaran atas hak asasi manusia dalam yurisdiksi domestik kerap terjadi.
D. Beberapa Praktik Intervensi Negara Dalam Perspektif Hukum Internasional
Praktek negara dalam melakukan intervensi dapat ditemukan pada intervensi Amerika Serikat terhadap Vietnam yang terjadi pada tahun 1965-1966. Intervensi ini
dilakukan karena adanya permintaan dari pemerintah Vietnam Selatan. Pada awalnya pihak Amerika Serikat hanya mengirimkan penasihat militer, namun kemudian diikuti
dengan pengiriman beberapa bataliyon dan divisi angkatan bersenjata. Pengiriman ini adalah untuk memberantas dan menindas NLF National Front for the Liberation of
South Vietnam yang berada di wilayah Vietnam Utara.
40
Pada tahun 1991, pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris dan Perancis melakukan intervensi terhadap Irak. Koalisi tersebut menyambut Resolusi Dewan
Keamanan PBB 688 yang mengutuk tindakan pemerintahan Irak kepada suku Kurdi. Dalam resolusi tersebut dewan keamanan tidak menyebutkan sebuah tindakan bersenjata
40
Earl L. Tilford, Setup: What the Air Force did in Vietnam and Why. Maxwell Air Force Base AL: Air University Press1991, hal.89
Universitas Sumatera Utara
kolektif maupun intervensi menggunakan kekerasan senjata. Namun, beberapa bulan kemudian tiga negara tersebut melakukan operasi Safe Hands di Irak Utara dengan alasan
kemanusiaan. Sekjen PBB, Perez de Cuellar, menyebutkan bahwa operasi tersebut dapat melanggar kedaulatan Irak, apabila tidak ada izin dari pemerintahan Irak atau otorisasi
dari dewan keamanan.
41
Kasus tersebut dapat dijadikan contoh intervensi kemanusiaan. Seperti apa yang dikatakan pemerintah Inggris, bahwa intervensi yang dilakukan di Irak Utara memang
pada kenyataannya tidak diberikan mandat oleh PBB. Namun, PBB bertindak di Irak Utara berdasarkan prinsip intervensi kemanusiaan yang diatur dalam hukum kebiasaan
internasional. Namun, Sekjen PBB juga mengungkapkan pentingnya tindakan
atas dasar tujuan moral dan kemanusiaan. Untuk melegalisasi tindakan koalisi tersebut, akhirnya, Irak memberikan izinnya kepada PBB untuk mengirim bantuan kemanusiaan di
Irak Utara.
42
Praktek intervensi kemanusiaan yang terjadi di Irak juga terjadi di Yugoslavia dan Somalia pada tahun 1992. Meskipun, dewan keamanan mempunyai legitimasi untuk
menggunakan kekuatan bersenjata berdasarkan bab VII Piagam PBB, namun yang terjadi adalah bahwa negara atau sekelompok negara melakukan sebuah intervensi dengan
alasan kemanusiaan dan kemudian di legitimasi oleh resolusi dewan keamanan. Untuk menganalisa intervensi kemanusiaan tersebut, menurut Dinstein harus dilihat beberapa
keadaan yang merupakan sebuah pengecualian; Pertama, kekuatan pasukan koalisi bertindak pada saat tindakan permusuhan telah diberhentikan sementara melalui gencatan
41
Michael Byers, War Law: Understanding International Law and Armed Conflict. Douglas McIntyre 2005 hal.41
42
Eric Adjei, The Legalitiy of Humanitarian Intervention, Tesis, University of Georgia, 2005, hlm. 58
Universitas Sumatera Utara
senjata. Kedua, resolusi dewan keamanan mendasari putusannya bahwa tindakan yang terjadi merupakan sebuah ancaman terhadap keamanan dan perdamaian internasional.
43
43
Yoram Dinstein, Op.Cit, hlm. 89
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERANAN PBB DALAM MENGATASI KONFLIK
INTERNAL SUATU NEGARA
A. Kekuasaan yang diberikan kepada Dewan Keamanan PBB dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia