2. Menyelidiki tiap-tiap persengketaan atau situasi yang dapat menimbulkan pergeseran
internasional. 3.
Mengusulkan metode-metode untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang demikian atau syarat penyelesaian.
4. Merumuskan rencana-rencana untuk menetapkan suatu sistem mengatur persenjataan.
5. Menentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi dan
mengusulkan tindakan apa yang harus diambil. 6.
Menyerukan untuk mengadakan sanksi-sanksi ekonomi dan tindakan lain yang bukan perang untuk mencegah atau menghentikan agresor.
7. Mengadakan aksi militer terhadap seorang agresor.
8. Mengusulkan anggota-anggota baru dan syarat-syarat dengan negara-negara mana yang
dapat menjadi pihak dalam status mahkamah internasional. 9.
Melaksanakan fungsi-fungsi perwakilan PBB di daerah strategis. 10.
Mengusulkan kepada majelis umum pengangkatan seorang sekretaris jendral, dan bersama–sama dengan majelis umum, pengangkatan para hakim dari mahkamah
internasional. 11.
Menyampaikan laporan tahunan kepada majelis umum
B. Kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam Memutuskan Suatu Resolusi Mengenai
Pelaksanaan Perdamaian dan Keamanan Internasional
Universitas Sumatera Utara
Piagam PBB menyatakan bahwa semua Negara anggota PBB setuju menerima dan menjalankan resolusi Dewan Keamanan yang mempunyai kekuatan mengikat.
61
Sebuah resolusi dapat diadopsi apabila tidak mendapat tantangan salah satu anggota tetap.
Dalam hal prosedur, rancangan resolusi disusun satu atau lebih Negara anggota Dewan Keamanan yang akan dibicarakan dan dinegoisasikan secara terbatas. Untuk masalah
substansif, Dewan Keamanan membutuhkan 9 suara mayoritas agar dapat diloloskan.
62
Seperti diketahui, tujuan dan prinsip PBB itu dirumuskan dalam mukadimah Piagam PBB
Hal ini dapat diketahui dari bunyi Pasal 24 ayat 2 Piagam PBB yang antara lain menyebutkan bahwa, dalam menjalankan kewajibannya, Dewan Keamanan
akan bertindak sesuai dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa- Bangsa. Jadi dalam merumuskan rekomendasi ataupun resolusi, Dewan Keamanan harus
berpegang teguh pada tujuan dan prinsip PBB. Dengan demikian, hukumlah yang membatasi kekuasaan Dewan Keamanan adalah tujuan dan prinsip PBB.
63
1. menyelamatkan generasi-generasi mendatang dari bencana perang;
dan dalam Pasal 1 dan 2 dari Piagam PBB tersebut. Ada 4 empat tujuan
yang tercantum dalam Mukadimah:
2. memperteguh kepercayaan terhadap hak asasi manusia, pada harkat dan derajat diri
manusia; 3.
menegakkan keadilan, dimana keadilan dan penghormatan terhadap kewajiban- kewajiban yang timbul dari perjanjian-perjanjian dan lain-lain sumber hukum
internasional dapat dipelihara;
61
Ayat 25 Piagam PBB
62
“The Security Council Reform”, sumber dari www.eliamep.gr
, diakses pada tanggal 14 November 2011.
63
Stephen E. Schlesinger, Act of Creation: The Founding of the United Nations: A Story of Superpowers, Secret Agents, Wartime Allies and Enemies, and Their Quest for a Peaceful World, Westview Perseus Books Group,
Cambridge, MA, 2004, hal. 236
Universitas Sumatera Utara
4. meningkatkan kemajuan sosial dan memperbaiki tingkat kehidupan dalam alam
kebebasan yang lebih luas. Sedangkan tujuan yang tercantum dalam Pasal 1 Piagam PBB adalah:
1. memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan untuk itu akan mengadakan
tindakan-tindakan bersama yang efektif untuk mencegah dan melenyapkan ancaman terhadap perdamaian dan mencegah tindakan agresi; menyelesaikan dengan damai
dan sesuai dengan hukum internasional serta keadilan, pertikaian internasional, 2.
mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas prinsip-prinsip persamaan hak dan hak rakyat untuk menentukan
nasib sendiri, serta mengambil tindakan-tindakan lain yang wajar untuk memperkokoh perdamaian universal,
3. menumbuhkan kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan-persoalan
internasional di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan atau yang bersifat kemanusiaan, 4.
menjadi pusat penyelaras segala tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan- tujuan bersama tersebut.
Dengan demikian , tujuan utama dari PBB dalam memelihara perdamaian. Perdamaian yang dimaksud adalah perdamaian internasional, dan bukan perdamaian
internal, yaitu perdamaian dalam suatu Negara. Turut memelihara perdamaian internal akan berarti bahwaPBB akan campur tangan terhadap masalah dalam negeri suatu
Negara. Tujuan-tujuan lain dari PBB hanya akan terlaksana apabila ada perdamaian. Perdamaian yang dimaksudkan juga termasuk bebas dari ancaman perang. Jadi damai
yang dimaksud tidak cukup hanya dalam arti formal seperti yang diungkapkan Goodrich Hambro:
Universitas Sumatera Utara
Formal peace alone, however, is not enough. Armed peace with the fear of war as the recurrent theme is not sufficient for the achievement of the purposes of the United
Nations. Peace must be accompanied by feeling of security, security from war in particular.
64
Prinsip-prinsip yang dijadikan landasan dalam usaha mencapai tujuan dapat ditemukan dalam Pasal 2 Piagam PBB. Pasal 2 terdiri dari 7 ayat yang isinya secara
singkat adalah sebagai berikut: 1.
organisasi ini berlandaskan prinsip persamaan kedaulatan sovereign equality dari semua anggota;
2. semua anggota harus dengan itikad yang baik melaksanakan segala kewajiban
yang diatur dalam Piagam; 3.
semua anggota harus menyelesaikan sengketa internasional antara mereka dengan jalan damai;
4. dalam melaksanakan hubungan antar mereka, maka semua anggota harus
menjauhkan diri dari tindakan mengancam atau menggunakan kekerasan force terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik;
5. semua anggota harus memberikan bantuan kepada PBB apabila organisasi
tersebut mengadakan aksi sesuai dengan Piagam; 6.
organisasi ini akan menjamin bahwa Negara yang bukan anggota PBB akan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip ini, sejauh hal itu diperlukan untuk
menjamin perdamaian dan keamanan internasional 7.
tidak ada ketentuan dalam Piagam ini yang memberikan kuasa kepada PBB untuk mencampuri urusan dalam negeri suatu Negara; prinsip ini tidak mengurangi
64
Goodrich,L.M Hambro,E., Op.cit,hal.93
Universitas Sumatera Utara
ketentuan mengenai penggunaan tindakan pemaksaan seperti yang tercantum dalam Bab VII.
Berdasarkan pasal ini maka, baik organisasi, maupun para anggota harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
65
Apabila kita pelajari Piagam PBB, maka ternyata Piagam tersebut mencantumkan prinsip-prinsip yang dijadikan landasandasar untuk menentukan rekomendasi atau
tindakan. Prinsip-prinsip yang ditemukan dalam Pasal 2 itu menyiratkan bahwa secara yuridisteoritis, rekomendasi ataupun tindakan yang diambil oleh Dewan Keamanan tidak
dapattidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut. Apabila kita perhatikan isi dari pasal
tersebut, maka dua ayat, yaitu ayat 1 dan ayat 6, erhubugan dengan organisasi, sedangkan ayat 2 sampai ayat 5 menentukan kewajiban dari para anggota; dan kewajiban utama
ditemukan dalam ayat 3 dan ayat 4.
Sekalipun demikian, ada ketentuan dalam pasal lain dari Piagam PBB yaitu Pasal 1 ayat 1 yang memberikan kemungkinankesempatan untuk menyimpang dari prinsip-
prinsip tersebut. Pasal 1 ayat 1 menentukan bahwa dalam usaha menyelesaikan perselisihan secara damai, Dewan Keamanan harus menyesuaikan diri dengan The
Principles of Justice and international law.
66
Jadi dengan demikian yang dijakdikan dasar dari rekomendasi itu adalah justice atau international law. Sejauh yang menyangkut hukum internasional, dapat dikatakan
bahwa hukum tersebut sudah dibakukan. Sebaliknya, prinsip keadilan sampai sekarang Meskipun demikian diakui bahwa tidak
mungkin kedua prinsip itu, yakni justice dan international law, dapat dilaksanakan secara bersamaan, sebab kedua prinsip itu seringkali berbeda bahkan sering juga bertentangan.
65
Ibid
66
“Justice and Law in the Charter of the United Nations” yang dimuat dalam www.jstor.orgstable Diakses tanggal 15 November 2011
Universitas Sumatera Utara
belum ada ketentuandefenisi yang secara umum dapat diterima. Mengingat bahwa Dewan Keamanan itu merupakan suatu organ politik, maka keputusan yang diambil,
apakah itu berbentuk resolusi ataupun tindakan, pada umumnya tentu berdasarkan pertimbangan politik dan badan hukum. Dengan kata lain, yang lebih sering terlihat
adalah kepentingan nasional para anggota dewan. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa suatu keputusan yang telah
diambil oleh Dewan Keamanan berdasarkan peraturan pemungutan suara adalah sah. Oleh karena itu, tentu dapat dianggap sudah sesuai dengan prinsip keadilan, sekurang-
kurangnya prinsip keadilan yang dimuat ke-15 negara anggota Dewan Keamanan yang telah menyetujui keputusan tersebut. Jadi selama suatu resolusitindakan itu sudah
disetujui oleh para anggota Dewan Keamanan sesuai dengan prosedur pemungutan suara yang berlaku, maka sudah tidak relevan lagi untuk mempersoalkan apakah keputusan itu
sesuai dengan hukum internasional atau dengan keadilan. Namun, dalam prakteknya,
kekuatan dewan keamanan yang diatur dalam Bab VII cenderung kurang efektif karena adanya hak veto dari anggota tetap untuk membatalkan sebuah resolusi. Untuk
mengurangi kebuntuan tersebut maka pada tanggal 3 November 1950 dikeluarkan sebuah resolusi majelis umum No 377 V tentang, “Uniting For Peace Resolution”. Resolusi
tersebut dibuat untuk menghindari kebuntuan yang terjadi dalam dewan keamanan tentang penggunaan hak veto.
67
C. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973