13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah BUS, Unit Usaha Syariah
UUS, dan Bank Perkreditan rakyat Syariah BPRS. BUS memiliki kelembagaan seperti bank umum konvensional, sedangkan BPRS memiliki
bentuk kelembagaan seperti bank konvensional. Badan Hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau
Koperasi. Sementara itu, UUS bukan merupakan badan hukum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu bank umum konvensional
11
1. Bank Umum Syariah
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya
kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
12
Bank Umum Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional dengan bentuk hukum Perseroan
11
Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 753
12
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, h. 2
Terbatas, Perusahaan Daerah atau koperasi. Seperti halnya bank konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank non
devisa.
13
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah diantaranya sebagai berikut:
14
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau kad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sebagainya.
13
Darsono, dkk , Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia ā€˛Kelembagaan dan
Kebijakan, serta Tantangan ke Depan Jakarta: Bank Indonesia,2016, hal. 267
14
http:www.ojk.go.ididkanalsyariahtentang-syariahPagesPBS-dan- Kelembagaan.aspx
diakses pada Selasa, 4 Oktober 2016 pukul 20.08 WIB