NOM yang semakin besar menunjukkan kinerja yang baik dari Bank Syariah untuk mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya sehingga
penggunaan hutang akan menurun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya dengan menggunakan laba
ditahan. Sehingga, hipotesis dalam hal ini adalah: Ha
2
: Tingkat Earning NOM berpengaruh secara parsial kepada Solvabilitas Bank Syariah.
H. Financing To Deposit Ratio FDR
Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang
menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan menjadi semakin besar.
31
Menurut Subramanyam 2008, rasio ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya, penyangga
kerugian dan seberapa besar cadangan dana yang ada atas fluktuasi arus kas yang tidak terduga.
32
FDR dihitung dengan rumusan sebagai berikut :
31
Veithzal Rivai, 2007, h. 724
32
Subramanyam John J. Wild, 2010, h. 243
= ℎ
ℎ ×
Bank Indonesia menetepkan rasio FDR sebagai berikut : 1. Untuk rasio FDR sebesar 110 atau lebih, berarti likuiditas bank tersebut
dinilai tidak sehat 2. Untuk rasio FDR kurang dari 110, berarti likuiditas bank tersebut dinilai
sehat FDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang
ditempatkan dalam bentuk pembiayaan yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank terutama dana masyarakat. Semakin tinggi FDR
menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan.
Semakin tinggi FDR dimana harta lancar yang dimiliki perusahaan semakin besar dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya meningkat maka penggunaan hutang juga akan meningkat karena mampu ditutupi dengan harta lancar yang ada. Sehingga, hipotesis dalam hal ini
adalah: Ha
3
: Tingkat risiko likuiditas FDR berpengaruh secara parsial kepada Solvabilitas Bank Syariah.
I. Non Performing Financing NPF
NPF merupakan rasio yang mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh Bank Syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan
kualitas pembiayaan Bank Syariah yang semakin buruk. Bank Syariah dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif
maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian Bank.
33
NPF dapat dilihat dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
= ℎ
× Bank dalam memberikan pembiayaan harus melakukan analisis terhadap
kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah pembiayaan diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan
pembiayaan serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya.
Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap kinerja untuk memperkecil risiko pembiayaan. Semakin tinggi NPF, maka semakin
tinggi debitur yang tidak memberikan kewajibannya dalam bentuk margin ataupun bagi hasil kepada kreditur, sehingga berpotensi menurunkan pendapatan
bank serta menaikkan penggunaan hutang dalam kegiatan usahanya dibandingkan laba ditahan. Hipotesis yang ditawarkan dalam hal ini adalah:
33
Dwi Nur’aini Ihsan, “Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, UIN Jakarta Press, Jakarta, 2013, h. 96
Ha
4
: Tingkat risiko pembiayaan NPF berpengaruh secara parsial kepada Solvabilitas Bank Syariah.
J. Volume Aset Portofolio VAP