2 Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound dl maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada
autokorelasi positif. 3 Bila nilai D-W lebih besar dari 4-dl maka koefisien autokorelasi
0, berarti ada autokorelasi negatif. 4 Bila nilai D-W terletak antara batas atas du dan batas bawah dl
atau D-W terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan. Dengan
demikian, analisis regresi sering disebut sebagai analisis prediksi. Karena merupakan prediksi, maka nilai prediksi tidak selalu tepat dengan nilai
riilnya, semakin kecil tingkat penyimpangan antara nilai prediksi dengan nilai riilnya, maka semakin tepat persamaan regresi yang terbentuk.
53
Bentuk umum persamaan analisis regresi berganda adalah: Y = a + bX
1
+ bX
2
+ bX
n
+ … + e Dalam penelitian ini sendiri, jika variabel-variabelnya dimasukkan
kedalam model diatas maka akan menjadi, seperti di bawah ini: Y = a + bX
1
+ bX
2
+ bX
3
+ bX
4
+ bX
5
+ e Keterangan:
53
Albert Kurniawan, 2014, h. 178
Y = Debt to Assets Ratio DAR
a = Koefisien konstanta
b = Koefisien regresi
X
1
= Return on Assets ROA X
2
= Net Operating Margin NOM X
3
= Financing to Debt Ratio FDR X
4
= Non Performing Financing NPF X
5
= Volume Aset Portofolio VAP e
= Error
5. Uji Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur
dari:
a. Uji Statistik F
54
Digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan
cara membandingkan F hitung dengan F tabel. F hitung dapat diperoleh dengan rumus:
55
ℎ =
2
– − −
2
54
Ibid, h. 198
55
Riduwan Sunarto, “Pengantar Statistika untuk Penelitian : Pendidikan, Sosial,
Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis”, Alfabeta Bandung, Bandung, 2013, h. 110
Dimana : R
2
= Koefisien Determinasi n
= Jumlah data m
= Jumlah variabel independen Sedangkan F tabel dapat diperoleh dari tabel F yang sudah ada
dengan cara:
= { − =
− − }
Jika F hitung ≥ F tabel dan nilai signifikasi di bawah 0,05, maka Ha diterima dan berarti hubungannya signifikan.
b. Uji Statistik t
56
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat
dengan asumsi variabel bebas yang lain tidak berubah cateris paribus. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel.
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan t hitung adalah:
57
ℎ =
− �
Dengan b : =
∑XY − ∑X ∑Y ∑
2
− ∑
2
Dengan Sb :
56
Albert Kurniawan, 2014, h. 200
57
Jonathan Sarwono, “Strategi Melakukan Riset”, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2013, h. 159-160
= √∑
2
Dimana Se :
= √ ∑
2
− ∑ − ∑ −
Setelah didapatkan t hitung, maka dicari t tabel dari tabel t yang sudah tersedia dengan ketentuan nilai alpha 5 harus dibagi 2 menjadi
0,025 dengan degree of freedom DF sebesar n-2. Kesimpulan
didapatkan apabila t hitung ≥ t tabel dan nilai signifikasi di bawah 0,05, maka Ha diterima dan berarti hubungannya
signifikan.
c. Koefisien determinasi
Koefisien deteminasi R
2
digunakan untuk mendeteksi seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi R
2
dinyatakan dalam persentase yang nilainya berkisar antara 0 R
2
1. Koefisien determinasi dapat dihitung menggunakan rumus:
58 2
= ∑
− ∑ ∑
√[ ∑
2
− ∑
2
][ ∑
2
− ∑
2
]
2
Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
58
Ibid, h. 158
Sebaliknnya, nilai R
2
yang mendekati satu menandakan variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
71
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-
Desember 2014 dengan total Bank Umum Syariah adalah 12 bank yang merupakan besarnya populasi dalam penelitian ini.
Periode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahun 2010 hingga 2014. Pemilihan periode pengamatan yang dimulai dari tahun 2010
didasari oleh banyaknya Unit Usaha Syariah yang spin-off menjadi Bank Umum Syariah pada tahun tersebut dan untuk mewakili tahun sebelum diterapkannya
Risk Based Bank Rating pada tahun 2012 dan periode setelah diterapkannya. Berdasarkan statistik perbankan syariah yang publikasi Bank Indonesia
per-Desember 2014 dapat dilihat bahwa perkembangan Capital Adequacy Ratio CAR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun ke tahun
cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini: