L. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
BANK SYARIAH
MODAL BANK SYARIAH
KRISIS KEUANGAN
RISIKO KERUGIAN
SOLVABILITAS BANK SYARIAH Dependent Variable
DAR Risk Based Bank Rating
RBBR Independent Variable
Profil Risiko Earning
FDR NPF
VAP ROA
NOM
UJI ASUMSI KLASIK -
Uji Multikolinearitas -
Uji Autokorelasi -
Uji Heteroskedastisitas
ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA -
Uji Koefisien Determinasi -
Uji F - Statistik -
Uji t - Statistik
HASIL PENELITIAN DAN INTERPRETASI KESIMPULAN
PENENTUAN MODEL REGRESI
- Chow Test
- Hausman Test
M. Kerangka Teoritis
Dalam  penelitian  sebelumnya,  Altman  1968  menguji  manfaat  rasio keuangan  dalam  memprediksi  kebangkrutan  perusahaan.  Dengan  menggunakan
metode  multivariate  discriminant  analysis  dalam  penelitiannya  Altman menemukan  bahwa  rasio  keuangan  profitabilitas,  likuiditas,  dan  solvabilitas
bermanfaat  dalam  memprediksi  kebangkrutan  dengan  tingkat  keakuratan mencapai  95  setahun  sebelum  perusahaan  jatuh  bangkrut.  Sehingga  dapat
dikatakan  solvabilitas  menjadi  indikator  perkiraan  bangkrut  atau  tidaknya  suatu perusahaan.
Surifah  1999  dalam  penelitiannya  mengenai  rasio  keuangan  sebagai  alat prediksi  kegagalan  perbankan,  menunjukkan  bahwa  rasio  keuangan  dapat
dipergunakan  sebagai  alat  prediksi  kegagalan  bank.  Jika  dihubungkan  dengan penelitian  Altman  maka  dapat  dikatakan  bahwa  rasio  keuangan  dapat
memprediksi kegagalan bank dimana salah satu indikatornya adalah solvabilitas. Dalam hal ini, tingkat kesehatan bank RBBR juga memakai rasio keuangan
sebagai  salah  satu  komponennya,  sehingga  dari  penjelasan  diatas  maka komponen  tingkat  kesehatan  RBBR  yang  berupa  rasio  keuangan  dapat
memprediksi Solvabilitasnya. Salah  satu  bagian  dari  indikator  Risk-Based  Bank  Rating  adalah  Earning
yang diukur dengan ROA dan NIM NOM dalam Bank Syariah. Menurut Raden 2012,  semakin  besar  ROA  suatu  bank,  maka  semakin  besar  pula  tingkat
keuntungan  yang  dicapai  bank  tersebut  dan  semakin  baik  pula  posisi  bank
tersebut  dari  sisi  penggunaan  asset  sehingga  dapat  dilihat  bahwa  bank  mampu menghasilkan laba sebesar persentase dari total aktiva yang dimiliki. Jadi, ketika
bank  dapat  memanfaatkan  asset  dengan  efektif  maka  keuntungan  yang  akan dibagikan kepada nasabah pun menjadi lebih menarik. ROA yang semakin besar
juga  mengindikasikan  semakin  efektifnya  aktiva  yang  digunakan  sehingga membuat  laba  semakin  tinggi  dan  akan  membuat  penggunaan  hutang  akan
menurun.  Hal  ini  disebabkan  oleh  kemampuan  perusahaan  untuk  membiayai kegiatan  usahanya  dengan  menggunakan  laba  ditahan.  Hasil  penelitiannya  juga
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap DAR. Lalu, untuk indikator NOM, menurut Aydin Ozkan 2001 dan Mira 2004
tidak  jauh  berbeda  dengan  pengaruh  ROA  terhadap  permodalan  bank,  dimana semakin  besar  profitabilitas  juga  mengindikasikan  semakin  efektifnya  aktiva
yang  digunakan  sehingga  membuat  laba  semakin  tinggi  dan  akan  membuat penggunaan  hutang  akan  menurun.  Hal  ini  disebabkan  oleh  kemampuan
perusahaan  untuk  membiayai  kegiatan  usahanya  dengan  menggunakan  laba ditahan.  Hasil  penelitian  mereka  menyatakan  bahwa  profitabilitas  mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap DAR. Indikator  lain  dari  Risk-Based  Bank  Rating  adalah  Risk  Profile,  dalam
penelitian  ini  profil  risiko  yang  digunakan  adalah  yang  dapat  diukur  secara matematis  yaitu  risiko  likuiditas,  risiko  kredit,  dan  risiko  pasar.  Untuk  risiko
likuiditas  diukur  dengan  FDR.  Menurut  Aydin  Ozkan  2001,  semakin  tinggi FDR  menunjukkan  semakin  riskan  kondisi  likuiditas  bank,  sebaliknya  semakin
rendah  FDR  menunjukkan  kurangnya  efektivitas  bank  dalam  menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi FDR dimana harta lancar yang dimiliki perusahaan
semakin  besar  dan  kemampuan  perusahaan  dalam  memenuhi  kewajiban  jangka pendeknya  meningkat  maka  penggunaan  hutang  juga  akan  meningkat  karena
mampu  ditutupi  dengan  harta  lancar  yang  ada.  Hasil  penelitiannya  menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh signifikan terhadap DAR.
Risiko  kredit  diukur  dengan  NPF,  menurut  Mira  2004  Semakin  tinggi NPF, maka semakin tinggi debitur  yang tidak memberikan kewajibannya dalam
bentuk  margin  ataupun  bagi  hasil  kepada  kreditur,  sehingga  berpotensi menurunkan  pendapatan  bank  serta  menaikkan  penggunaan  hutang  dalam
kegiatan  usahanya  dibandingkan  laba  ditahan.  Dan  dalam  penelitiannya,  NPF berpengaruh signifikan terhadap DAR.
Terakhir  adalah  risiko  pasar  yang  diukur  dengan  Volume  Aset  Portfolio VAP.  Menurut  Sudarsono  2009,  dampak  yang  ditimbulkan  oleh  krisis  tahun
1997 dan 2008 salah satunya adalah penurunan nilai tukar dan runtuhnya indeks bursa. Bank dalam kegiatan usahanya juga memiliki asset dalam bentuk portfolio
sebagai  penyalurannya  pada  pasar  saham.  Tetapi,  belajar  dari  krisis  tahun  1997 dan  2008  akan  potensi  fluktuasi  tajam  dari  pasar  saham,  maka  volume  asset
portofolio  dimasukkan  dan  digunakan  untuk  mengukur  risiko  pasar  dan bagaimana  pengaruhnya  terhadap  perkembangan  solvabilitas  Bank  Syariah  di
Indonesia.
Risk Based Bank Rating RBBR
1 Return on Assets
ROA 2
Net Operating Margin NOM
3 Financing to Debt
Ratio FDR 4
Non-Performing Financing NPF
5 Volume Asset
Portfolio VAP
N. Hipotesis