Financial Distress Theory TINJAUAN PUSTAKA

16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Financial Distress Theory

Financial distress adalah kondisi yang menunjukkan dimana arus kas perusahaan saat itu sangat rendah dan perusahaan sedang menderita kerugian akan tetapi belum sampai mengakibatkan kebangkrutan atau dapat dikatakan perusahaan sedang mengalami penurunan kondisi keuangan. Plat dan Plat memaparkan hal yang dimaksud financial distress sebagai “tahap penurunan kondisi keuangan sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi. 13 Lennox, Kaiser, Claessens, Ogawa, dan Dewaelheyns dalam Rowland Pasaribu mengungkapkan prediktor utama kebankrutan atau financial distress dan arah pengaruhnya dalam probabilitas kegagalan sebagai berikut: 14 1. Kerugian. Semakin merugi, perusahaan semakin tinggi probabilitasnya untuk mengalami financial distress +. 2. Hutang. Kebankrutan biasanya diawali dengan moment gagal bayar. Karenanya semakin besar jumlah hutang, semakin tinggi probabilitas financial distress +. 13 Endri, “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisni s: Analisis Model Altman’s Z-Score”, Perbanas Quarterly Review, Volume 2, Maret, 2009, h. 37 14 Rowland Pasaribu, “Penggunaan Binary Logit untuk Prediksi Financial Distress Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Studi Kasus Emiten Industri Perdagangan ”, Ventura, Volume.11, 2008, h. 155. 3. Usia perusahaan. Usia perusahaan memiliki pengaruh berbentuk U terbalik dengan probabilitas keluar dari financial distress. Selama periode awal atau permulaan, skala probabilitas akan kejadian kebankrutan meningkat. Di periode pertengahan, hubungan probabilitas kebankrutan cenderung stabil, dan dengan dengan pertambahan umur perusahaan, maka semakin menurun probabilitas kejadian financial distress bankrut. 4. Ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh berbentuk U terbalik dengan probabilitas bergerak ke arah non-distress. 5. Status legal. Kemampuan yang terbatas memiliki pengaruh positif terhadap probabilitas keluar dari status financial distress +. 6. Corporate Shareholder. Keberadaan pemegang saham memiliki pengaruh negatif terhadap probabilitas pada bergerak ke arah financial distress - . 7. Jumlah kreditur. Perusahaan dengan banyak kreditur hampir sama gerakan yang cepat ke arah financial distress dibanding perusahaan dengan kreditur tunggal -. 8. Diversifikasi. Perusahaan yang terdiversifikasi memilikiprobabilitas yang tinggi terhadap financial distress dibanding perusahaan yang tidak terdiversifikasi - . 9. Sektor industri dapat menentukan akses perusahaan terhadap keuangan. 10. Pengaruh siklus bisnis, kinerja industri yang secara keseluruhan buruk, meningkatkan probabilitas perusahaan terhadap kondisi financial distress. Altman dan Foster 1986 menyebutkan beberapa indikator terkait kemungkinan kejadian kesulitan keuangan dalam Wahyu Widarjo dan Doddy Setiawan adalah: 15 1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang. 2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen, dan lain sebagainya. 3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannyadengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel keuangan. 4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi. Berdasarkan penjelasan diatas yang menjadi fokus utama dalam pembahasan di penelitian ini adalah laporan keuangan yang dapat menjadi indikator kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan. Dengan menggunakan metode multivariate discriminant analysis dalam penelitiannya Altman menemukan bahwa dalam laporan keuangan, rasio keuangan profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan mencapai 95 setahun sebelum perusahaan jatuh bangkrut. 15 WahyuWidarjo dan Doddy Setiawan, “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif ”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume. 11, 2009, hlm. 108 Sehingga dapat dikatakan solvabilitas menjadi indikator perkiraan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Surifah 1999 mengenai rasio keuangan sebagai prediksi kegagalan perbankan dan menunjukkan hasil bahwa rasio keuangan dapat dipergunakan sebagai alat prediksi kegagalan bank. Dengan mempertimbangkan hasil dari Altman, maka dengan kata lain rasio keuangan dapat dipergunakan sebagai alat prediksi kegagalan bank yang menggunakan profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas sebagai indikatornya.

B. Bank