Tingkat Pengetahuan tentang Teori Teknik Kompresi CPR Only Usia

3. Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian pada responden dimana tingkat pendidikan responden sebanyak 1 orang 0,4 orang tidak sekolah, lulusan sekolah dasar atau sederajat sebanyak 27 orang 11, lulusan sekolah menengah pertama atau sederajat sebanyak 39 orang 15,9, lulusan sekolah menengah atas atau sederajat sebanyak 136 orang 55,3, dan lulusan perguruan tinggi sebanyak 43 orang 17,5. Tingkat pendidikan rata-rata penduduk DKI Jakarta telah menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini diperlihatkan oleh angka partisipasi kasar sekolah dasar SD yang pada tahun 1992 mencapai 104,2 , dibadingkan tahun 1972 yang baru mencapai 68,9 . Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah dasar yang makin meningkat. Indikator lain pada tingkat kabupatenkota menunjukkan bahwa tingkat buta huruf terendah terdapat di Kota Jakarta Selatan yakni sebesar 2,3 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011. Berdasarkan uraian tersebut menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Jakarta Selatan telah mengalami kemajuan, tercermin bahwa mayoritas telah menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah menengah atas SMA atau pendidikan dasar dua belas tahun.

4. Sumber Informasi yang Digunakan

Sumber infomasi yang memiliki peran besar terhadap pengetahuan responden adalah media elektronik yakni sebesar 120 orang 48,8, disusul informasi dari orang sebanyak 72 orang 29,3, buku sebanyak 34 orang 13,8 dan dari media cetak sebanyak 20 orang 8,1. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jones,G Kirk. et al 2000 dimana sebanyak 96 responden belajar CPR dengan efektif karena beberapa fakor salah satunya penggunaan televisi sebagai sumber informasi tentang CPR. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nava, Stefano et al 2008 menyebutkan pengetahuan yang benar tentang CPR secara signifikan berkorelasi dengan paparan “pendidikan” pada program televisi kesehatan, tapi tidak pada cerita medis, koran, atau internet. Berdasarkan uraian tersebut televisi sebagai salah satu media elektronik sangat berperan memberikan informasi tentang bantuan hidup dasar.

B. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar BHD

Tingkat pengetahuan masyarakat di Jakarta Selatan tentang bantuan hidup dasar secara umum baik 52,8. Penelitian lain yang dilakukan Pergola 2009 menunjukkan sebagian kecil masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang bantuan hidup dasar. Sedangkan penelitian yang dilkukan oleh Rajapakse, Noc, Kersnik 2010 pengetahuan tentang keterampilan resusitasi pada umumnya rendah. Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan dua penelitian sebelumnya terjadi karena perbedaan kuesioner yang digunakan, pada dua penelitian terdahulu belum didasarkan rekomendasi American Heart Assocation 2010. Selama beberapa tahun, CPR berkembang dari teknik yang hanya dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan. Sekarang teknik penyelamatan nyawa ini cukup mudah untuk dipelajari oleh siapapun. Bagaimanapun penelitian menunjukkan beberapa faktor yang membatasi bystander untuk melakukannya, meliputi ketakutan bahwa mereka akan melakukan CPR yang salah, ketakutan tentang kewajiban hukum, dan ketakutan akan infeksi ketika melakukan mouth-to-mouth American Heart Assocation, 2010. Rekomendasi sesuai 2010 AHA Guidelines for CPR ECC Emergency Cardiovascuar Care berlanjut menjadi lebih mudah bagi penyelamat misalnya urutan A-B-C dirubah menjadi C-A-B, hal ini memungkinkan kompresi dada dapat dilakukan lebih dini, selain itu “look,listen, and feel” dihilangkan dari algoritme, dan masyarakat awam tidak diwajibkan memberikan ventilasi bagi korban, sehingga lebih banyak masyarakat dapat beraksi ketika terjadi kegawatdaruratan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa rekomendasi American Heart Assocation 2010 tentang hands-only CPR for bystander dirasa lebih mudah dipelajari bagi masyarakat.

C. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Masyarakat

1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang BHD Berdasarkan Usia

Hasil penelitian menggambarkan responden terbagi menajadi dua kelompok usia yakni dewasa awal 18-40 tahun dan dewasa tengah 41- 65 tahun. Mayoritas responden di tiap kelompok usia memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Berdasarkan perbandingan tingkat pengetahuan tentang bantuan hidup dasar pada kedua kelompok usia tersebut didapatkan responden dewasa awal yang berpengetahuan baik sebanyak 90 orang 48,38 dari total 186 orang sedangkan responden dewasa tengah yang berpengetahuan baik sebanyak 40 orang 66,67 dari total 60 orang, hal tersebut menunjukkan bahwa dewasa tengah memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugianto, Kartika Mawar Sari 2013, dimana tingkat pengetahuan yang baik tentang bantuan hidup dasar lebih banyak dimiliki oleh responden dengan tahapan usia dewasa tengah dibandingkan dengan dewasa awal. Tuntutan kognitif dari kehidupan sehari-hari pada masa dewasa tengah terkadang lebih menantang. Dewasa tengah adalah waktu untuk memperluas tanggung jawab pada pekerjaan, kehidupan di masyarakat, dan di rumah. Untuk menjalankan peran dengan efektif, dewasa tengah perlu memperluas kemampuan intelektual meliputi akumulasi pengetahuan, kemampuan berbicara, memori, kecepatan menganalisi