kecelakaan jalan dan cacat jangka panjang di sebagian besar negara di seluruh dunia.
Idealnya di dunia, semua orang mengenal teknik dasar pertolongan pertama dan mengikuti pelatihan yang berkala untuk
memastikan bahwa pengetahuan ini tetap berjalan. Ini adalah kebijakan yang dipromosikan oleh Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah, yang menawarkan pelatihan pertolongan pertama kepada masyarakat di seluruh dunia.
D. Penelitian Terkait
Penelitian dilakukan oleh Lontoh, Killing, Wongkar 2013 dengan judul “Pengaruh Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar terhadap
Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Siswa- siswi SMA Negeri 1 Toili”.
Tujuan mengetahui pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan resusitasi jantung paru siswa-siswi SMA Negeri 1 Toili.
Metode penelitian yang digunakan desain penelitian One-Group Pre test- post test Design untuk membandingkan pengetahuan RJP sebelum dan
sesudah pelatihan. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 72 orang yang terdiri dari 37 orang anggota pramuka dan 35anggota PMR Palang Merah
Remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS dan uji hipotesis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil. hasil uji
statistik Wilcoxon Signed Rank Test pada responden yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dimana nilai p-value =0,000 á0.05.
Kesimpulan. Secara statistik ada pengaruh yang signifikan pelatihan teori
bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan resusitasi jantung paru siswa-
siswi SMA Negeri 1 Toili.
Tidak hanya di Indonesia, penelitian tentang bantuan hidup dasar juga pernah dilakukan oleh Pergola Araujo 2009 di jalan raya pedesaan
negara bagian Sao Paulo yang berjudul “Laypeople and basic life
support ”, pelatihan masayarakat awam untuk memberikan pertolongan
pertama dalam situasi kegawatan dan memberikan bantuan hidup dasar BHD sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan menghindari
gejala sisa. Tujuan penelitian tersebut untuk mengidentifikasi pengetahuan masyarakat awam tentang bantuan hidup dasar BHD. Wawancara
terstruktur dilakukan dengan menggunakan bahasa non-teknis. sampel terdiri dari 385 subyek. sebagian besar 57,1 adalah perempuan dengan
lulusan tingkat pendidikan menengah dan tidak lulus pendidikan tinggi 53,7. Hasilnya hanya 9,9 mengetahui ventilasi mulut ke mulut;
84,2 mengetahui teknik kompresi dada, dan 79,9 di antaranya mengetahui tujuannya. Hanya 14,5 mengetahui bagaimana posisi korban
untuk melakukan kompresi dada; 82,4 melaporkan frekuensi kompresi dada di bawah per menit. Tidak memiliki informasi yang memadai dan
lembaga pelatihan bantuan hidup dasar BHD berdampak pada kesalahan dalam
memberikan pertolongan
pertama kepada
korban, dan
membahayakan resusitasi.
Adapula penelitian yang telah dilakukan oleh Rajapakse, Noc, Kersnik 2010
yang berjudul “Public knowledge of cardiopulmonary resuscitation in Republic of Slovenia
” hasilnya dari 500 responden yang
diwawancarai, hampir 70 dari subyek telah menghadiri kursus CPR, tetapi hampir 80 dari mereka melakukannya lebih dari 10 tahun yang
lalu. Kurang dari setengah dari subyek telah mengikuti pelatihan CPR meliputi penyelamatan pernapasan 47 pelatihan CPR mengetahui
keduannya p 0,001. Pengetahuan tentang keterampilan resusitasi pada umumnya rendah. Hanya tiga dari 500 responden mengetahui rasio
kompresi-ventilasi dengan benar 0,6. Lokasi dan kekuatan yang benar untuk kompresi dada dinyatakan masing-masing 37,6 dan 13,0, hal
tersbut lebih sering pada kelompok yang mengikuti pelatihan CPR.