Pujian dalam Negosiasi Negosiasi Melalui Telepon
Tahap yang pertama adalah pembuka. Sebelum negosiasi dimulai, para negosiator memperkenalkan diri. Perkenalan diri tersebut berfungsi untuk menciptakan
suasanan bersahabat antarorganisasi. Kesempatan ini juga dapat digunakan untuk menjajaki lawan negosiasi. Selain itu kesempatan ini juga bermanfaat untuk
meningkatkan kepercayaan diri negosiator. Tahap kedua adalah proses negosiasi. Proses negosiasi dimulai dengan
menjelaskan tujuan negosiasi. Proses ini dilakukan agar negosiator dapat memahami tujuan lawan negosiasi dan sebaliknya. Jika tujuan telah dijabarkan,
pihak negosiasi akan saling berunding hingga mencapai tujuan akhir, yaitu kesepakatan.
Setelah tujuan dijabarkan, para negosiator akan tawar-menawar. Dalam tawar-
menawar tersebut, para negosiator akan saling beradu argumen. Negosiator harus menjalankan negosiasinya sesuai dengan persiapan-persiapan yang telah
dilakukan. Negosiator tidak boleh melupakan strategi-startegi yang telah dipersiapkan.
Untuk menerangkan startegi-strategi yang telah dipersiapkan, negosiator harus
mendengarkan pihak lawan. Negosiator memahami dengan sungguh-sungguh keinginan lawan negosiasinya. Dengan demikian, negosiator dapat menyusun
argumen yang tepat untuk menaggapinya. Dalam suatu negosiasi, konflik sering tidak terelakan. Penyebabnya adalah
benturan kepentingan antarnegosiator. Negosiator mampu mengelola konflik
tersebut agar tidak semakin meruncing. Jika konflik tidak dapat diatasi oleh para negosiator, tidak ada kesepakatan yang dihasilkan.
Agar konflik yang terjadi tidak semakin meruncing, setiap negosiator saling
memberi alternatif. Pemberian alternatif kepada lawan negosiasi juga mempertimbangkan kepentingan sendiri. Negosiator yang terlalu baik
memperdulikan kepentingan lawan dan menomorduakan kepentingan sendiri akan rugi. Jika tindakan tersebut terjadi, kesepakatan akan lebih menguntungkan pihak
lawan. Agar alternatif dapat menguntungkan kedua pihak, negosiator harus melihat
permasalahan dari sisi berbeda. Para negosiator harus menyadari bahwa tidak semua keinginanannya akan terpenuhi. Oleh karena itu, negosiator harus bersedia
berbagi keinginan dengan lawan negosiasinya demi mencapai kesepakatan. Selain itu, negosiator juga harus menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun
dalam menggunakan bahasa Indonesia. Rancangan kesepakatan sebaiknya dibuat secara terperinci dengan bahasa baik
dan benar. Rincian ini penting agar tidak terjadi perbedaan tafsir terhadap butir- butir kesepakatan oleh kedua pihak. Selain itu, penggunaan bahasa yang baik dan
benar merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menganugerahkan bahasa Indonesia kepada masyarakat Indonesia.
Rancangan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak merupakan
tujuan akhir negosiasi. Selanjutnya para negosiator harus menindaklanjuti kesepakatan tersebut dalam tindakan nyata. Saat negosiasi sedang berlangsung,