b Volume Balok
Proses penurunan rumus volume balok memiliki cara yang sama seperti pada kubus. Caranya adalah dengan menentukan satu balok satuan yang dijadikan
acuan untuk balok yang lain Agus, 2008:197.
Gambar 2.4 Kubus Satuan dan Partisi Balok Gambar 2.4 di atas menunjukkan pembentukan berbagai model balok
dari kubus satuan. Gambar 2.4 a adalah kubus satuan. Kubus satuan memiliki volume 1 satuan volume. Untuk membuat balok seperti Gambar 2.4 b,
diperlukan 2 x 1 x 2 = 4 kubus satuan sehingga volumenya adalah 4 satuan volume, sedangkan untuk membuat balok seperti Gambar 2.4 c diperlukan 2 x 2
x 3 = 12 kubus satuan sehingga volumenya adalah 12 satuan volume. Hal ini menunjukkan bahwa volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan
ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok tersebut. Jadi volume balok adalah sebagai berikut.
Volume balok = panjang x lebar x tinggi
2.2 Penelitian yang Relevan
Volume balok = p x l x t
Hutagaol 2007:97 dalam penelitian nya yang berjudul “Pembelajaran
Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama” menyimpulkan bahwa kemampuan representasi beragam matematis peserta didik yang diberikan pada pembelajaran
kontekstual lebih baik daripada peserta didik yang diberikan pembelajaran konvensional biasa.
Keterkaitan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sebelum analisis kemampuan representasi matematis peserta didik dalam penelitian ini dilakukan,
terlebih dahulu akan digunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sama seperti pembelajaran kontekstual, pembelajaran dengan Pendekatan saintifik
memberikan permasalahan yang sesuai dengan kehidupan nyata peserta didik. Permasalahan yang lebih realitas diharapkan lebih memungkinkan solusi kreatif
dari peserta didik.
2.3 Kerangka Berpikir
Pencantuman representasi sebagai komponen standar proses dalam Principles and Standards for School Mathematics selain kemampuan pemecahan
masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi cukup beralasan karena untuk berpikir matematis dan mengomunikasikan ide-ide matematis seseorang perlu
merepresentasikannya dalam bentuk-bentuk representasi seperti diagram, grafik, tabel, kata-kata, dan lain-lain. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa objek
matematika semuanya abstrak sehingga untuk mempelajari dan memahami ide-ide abstrak tersebut tentunya memerlukan representasi. Salah satu materi yang
memerlukan kemampuan representasi matematis yang memadai adalah Bangun Ruang Sisi Datar.
Hasil analisis daya serap Ujian Nasional tahun pelajaran 20142015, SMP Negeri 1 Kunduran mempunyai kategori D pada mata pelajaran matematika. Hasil
Ujian Nasional Matematika tersebut memiliki nilai terendah 20,0, nilai tertinggi 87,5, dan rata-rata 42,83. Materi bangun ruang sisi datar menempati urutan
terendah daya serapnya di tingkat nasional, yaitu 51,37 . Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Kunduran pada tanggal 7 Januari 2016, pada nilai Ujian Akhir Semester UAS matematika semester ganjil tahun pelajaran
20142015 menunjukkan bahwa masih terdapat peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kunduran yang mempunyai nilai hasil belajar kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal KKM yaitu 75. Selain itu, didapat fakta bahwa kemampuan peserta didik pada aspek representasi matematis belum optimal. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang kesulitan dalam menalar konsep-konsep yang masih abstrak dengan pemikiran logisnya. Terbukti
dengan masih kurangnya tingkat pemahaman yang dimiliki peserta didik dan masih terdapatnya kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam
merespon berbagai masalah matematika pada saat ulangan materi tertentu yang memerlukan kemampuan representasi matematis yang baik. Kesalahan tersebut
antara lain pada aspek representasi visual peserta didik masih kurang mampu memahami gambar dengan tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Peserta didik lebih terfokus pada rumus yang sudah diajarkan oleh guru. Pada
aspek representasi simbolik, peserta didik masih sering melakukan kesalahan dalam operasi hitung bilangan dan pada aspek representasi verbal peserta didik
kurang mampu menyelesaikan permasalahan soal dengan langkah-langkah yang runtut dan tepat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pada penelitian ini peneliti ingin melihat kemampuan representasi peserta didik yang meliputi kemampuan visual,
simbolik, dan verbal. Representasi visual dapat berupa diagram, grafik, tabel, dan gambar. Representasi simbolik dapat berupa ekspresi atau notasi matematik dan
representasi verbal dapat berupa menulis dengan bahasa sendiri Yudhanegara, 2014:77. Melalui cara belajar dari representasi-representasi yang dihadirkan
peserta didik, dapat memberi kesempatan kepada guru untuk mengetahui dan mengakses cara peserta didik berpikir tentang matematika.
Dalam rangka mencapai ketuntasan belajar, dibutuhkan perhatian khusus dalam proses belajar mengajar agar peserta didik dapat memecahkan masalah dan
mempresentasikan hasil penyelesaian masalah tersebut dengan benar. Sebagai langkah awal, guru dapat memahami cara atau karakteristik peserta didik dalam
berpikir untuk memilih strategi yang tepat dalam memberikan materi. Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki karakteristik cara berpikir
matematika yang berbeda-beda. Karakterisrik cara berpikir matematika peserta didik berpengaruh dalam proses merepresentasikan penyelesaian permasalahan
matematika. Menurut Anthony Gregorc dalam De Porter Hernacki 2003:124, disebutkan bahwa ada empat tipe karakteristik cara berpikir yaitu, Sekuensial
Konkret SK, Sekuensial Abstrak SA, Acak Konkret AK, dan Acak Abstrak AA.
Secara umum peserta didik dengan tipe SK berpegang pada informasi yang teratur dengan cara menghubung-hubungkan dan mudah mengingat fakta,
informasi, dan rumus. Catatan adalah cara yang baik bagi peserta didik tipe SK untuk belajar. Bagi peserta didik tipe SA, kenyataan adalah dunia pemikiran
abstrak, berpikir dalam konsep, dan menganalisis informasi dengan baik. Peserta didik tipe SA mudah dalam menentukan titik kunci atau detail penting. Peserta
didik dengan tipe AK berpegang pada kenyataan namun juga melakukan pendekatan trial and error, lebih berorientasi pada proses daripada hasil akhir,
dan memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. Peserta didik tipe AA berpegang pada dunia perasaan dan emosi
mereka, sehingga mereka belajar sesuai dengan emosi mereka dan lebih suka berada pada lingkungan yang kurang teratur, meskipun demikian mereka lebih
menyukai pembelajaran dimana guru menjelaskan materi dengan gambaran abstrak yang detail.
Dibutuhkan pelaksanaan pembelajaran yang efektif untuk mengoptimalkan hasil belajar dan mengembangkan kemampuan representasi matematis peserta
didik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran berbasis keilmuan yang digunakan di dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Kurikulum 2013
menggunakan pembelajaran langsung yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik
melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus
dan RPP. Melalui pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasimencoba, menalarmengasosiasi,
dan mengomunikasikan
Permendikbud, 2014:4.
Pendekatan saintifik
menjadikan pembelajaran lebih aktif dan tidak membosankan, peserta didik dapat mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya melalui fakta-fakta yang
ditemukan dalam penyelidikan di lapangan pada saat pembelajaran Ine, 2015:270. Keikutsertaan peserta didik secara aktif akan memperkuat
pemahamannya terhadap konsep-konsep matematika. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri, baik secara personal maupun sosial, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali melalui keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar, peserta didik aktif untuk mengonstruksi terus menerus
Kartini, 2009:361.
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir 1. Hasil analisis daya serap Ujian Nasional tahun pelajaran 20142015
menunjukkan bahwa SMP Negeri 1 Kunduran mempunyai kategori D pada mata pelajaran matematika. Materi bangun ruang sisi datar memiliki daya serap
42,77 untuk tingkat Kota, 44,51 untuk tingkat Propinsi, dan 51,37 untuk tingkat Nasional.
2. Masih terdapat peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kunduran yang mempunyai nilai hasil belajar Ujian Akhir Semester UAS matematika kurang
dari Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 75. 3. Kemampuan representasi matematis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1
Kunduran belum optimal.
1. Hasil belajar peserta didik pada materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok mencapai ketuntasan
belajar klasikal 2. Terdeskripsikannya
kemampuan representasi
matematis ditinjau dari karakteristik cara berpikir peserta didik
Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Analisis Kemampuan
Representasi Matematis Peserta Didik yang meliputi
kemampuan visual, simbolik, dan verbal
Tipe berpikir
Sekuensial Konkret, Sekuensial Abstrak,
Acak Abstrak, Acak Konkret menurut Anthony Gregorc dalam
De
Porter Hernacki
2003:124
2.4 Hipotesis Penelitian