bermoral atau bukan orang baik, karena anggapan masyarakat bahwa lokalisasi adanya tempat yang “kotor” atau lain sebagainya.
b. Memudahkan pengawasan mengenai kesehatan dan keamanannya para
wanita tuna susila. Lokalisasi sebenaranya memiliki fungsi untuk pengawan, yaitu untuk
mengawasi kesehatan pekerja seks yang ada, artinya dengan adanya lokalisasi pekerja seks menjadi bisa diawasi kesehatannya untuk
mengurangi penyebaran penyakit kelamin yang menular. Lokalisasi juga dapat memiliki fungsi pengawasan terhadap masuknya tamu yang
berkunjung, dengan adanya lokalisasi pelanggan yang masih di bawah umur atau remaja harusnya bisa di berikan larangan untuk tidak masuk.
Lokalisasi juga memiliki fungsi keamanan, keamanan ini meliputi keamanan baik pekerja seks dan juga pelanggan yang masuk.
4. Jenis – Jenis Prostitusi dan Lokalisasi
Menurut Kartino Kartono 1999: 215 jenis prostitusi dapat dibagi menurut
aktivitasnya, yaitu: terdaftar dan terorganisir, dan yang tidak terdaftar.
a. Prostitusi yang terdaftar
Prostitusi terdaftar artinya pelakunya diawasi oleh kepolisian, yang dibantu dan bekerja sama dengan dinas kesehatan dan dinas sosial. Pada
umumnya mereka dilokalisir dalam satu daerah tertentu yang sudah disepati. Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada
dokter atau petugas kesehatan, dan mendapatkan suntikan serta pengobatan, sebagai tindakan kesehatan dan keamanan umum.
b. Prostitusi yang tidak terdaftar
Termasuk dalam kelompok ini ialah mereka yang melakukan prostitusi secara gelap
– gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun dalam kelompok. Perbuatannya tidak terorganisir, tempatnyapun tidak tertentu.
Bisa disembarang tempat dn tidak terduga, baik mencari “pelanggan” sendiri, maupun melalui calo
– calo dan panggilan. Mereka tidak mencatatkan diri kepada yang berwajib. Sehingga kesehatannya sangat
diragukan, karena belum tentu mereka itu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter.
Seiring dengan perkembangan zaman prostitusi itu sendiri berkembangan, prostitusi online kini menjadi marak di masyarakat. Kini “pelanggang” tidak perlu
susah – susah untuk mencari memilih mana yang akan dipesan, karena dengan
menggunakan smartphone “pelanggan” bisa langsung memilih dan menghubungi sendiri tanpa harus bersusah
– susah mencari dan tawar menawarpun bisa dilakukan langsung, namuun prostitusi ini merupakan prostitusi tidak terdaftar
karena kegiatan dilakukan tanpa ada pihak yang tau, dan tidak juga terjamin kesehatannya.
Selain menurut aktivitasnya, prostitusi juga terbagi dengan jumlah, dan juga tempat penggolongan atau lokasinya.
Menurut jumlahnya, prostitusi dapat dapat dibagi dalam: a.
Prostitusi yang beroperasi secara individual; merupakan “singel operator”, atau
b. Prostitusi yang bekerja dengan bantuan organisasi dan “sindikat” yang
teratur rapi. Jadi, mereka itu tidak bekerja sendirian; akan tetapi diatur melalui satu sistem kerja suatu organisasiKartono, 1999:216.
Sedangkan menurut tempat penggolongan atau lokasinya, prostitusi dapat dibagi menjadi :
a. Segregesi atau lokalisasi, yang terisolir atau terisah dari kompleks
penduduk lainnya. Kompleks i ni dikenal sebagai daerah “lampu
merah”, atau petak – petak daerah tertutup. b.
Rumah – rumah panggilan call houses, tempat rendezvous, parlour. c.
Dibalik front – organisasi atau di balik bisnis – bisnis terhormat. apotik, salon kecantikan, rumah makan, tempat mandi uap, dan pijat,
anak wayang, sirkus, dan lain – lain Kartono, 1999:183.
5. Penanggulangan Prostitusi