b. Lingkungan
Faktor – faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan moral
dan sikap mencakup aspek religi, psikologis, sosial, budaya serta fisik kebendaan, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitarnya. Kondisi
psikologis, pola interaksi yang terjadi, pola kehidupan beragama, bentuk – bentuk
dan sarana rekreasi yang tersedia dan menentukan perkembangan moral dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Konsep lama tentang lingkungan perkembangan, memahaminya sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, karena manusia dipandang
seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau dibentuk. Sekarang dipahami bahwa manusia disamping di pengaruhi, juga mempengaruhi lingkungan fisik dan
sosialnya. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi
reciprocal influencies Yusuf, 2009:35.
Lingkungan perkembangan
remaja adalah
keseluruhan fenomena
peristiwa,situasi,atau kondisi fisik atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan perkembangan remaja yang akan
dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan masyarakat.
1 Lingkungan keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai – nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya
yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat Yusuf, 2009:37.
Keluarga juga dipandang sebagai institusi lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insani manusiawi, terutama kebutuhan bagi pengembangan
kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, maka keluarga merupakan
lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan keluarga yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhan
– kebutuhan dasarnya, baik fisik – biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka
anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri. Erick Erickson mengajukan delapan tahap perkembangan psikologis dalam
kehidupan seorang individu dan itu semua bergantung pada pengalaman yang diperolehnya dalam keluarga. Selama tahun pertama, seorang anak harus
mengembangkan suatu kepercayaan dasar basic trust, tahun kedua dia harus
mengembangkan otonomi-nya, dan pada tahun berikutnya dia harus belajar
insiatif dan industri yang mengarahkannya ke dalam penemuan identitas dirinya. Iklim keluarga yang sehat atau perhatian orangtua yang penuh kasih sayang
merupakan faktor esensial yang memfasilitasi perkembangan psikologis anak tersebutYusuf, 2009:38.
Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi terutama anak. Kebahagian ini diperoleh apabila keluarga
dapat memerankan fungsinya dengan baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan
hubungan yang baik diantara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa
tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuhkembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan
antaraanggotanya tidak harmonis, penuh konflik, dapat mengembangkan masalah – masalah mental pada anak.
2 Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berpikir, bersikap maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai
substitusi keluarga, dan guru substitusi orangtua. Upaya sekolah dalam memfasilitasi tugas
– tugas perkembangan siswa seperti kegiatan
– kegiatan di atas, akan berjalan dengan baik apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat dan efektif, baik menyangkut
aspek manajemennya, maupun profesionalisme para personelnya. Kualitas hubungan guru-siswa itu dapat juga dikategorikan kepada:
harmonis – tidak harmonis, dan stimulatif – restriktif. Hubungan yang harmonis
dan stimulatif dipandang sebagai faktor yang berpengaruh secara positif terhadap kemajuan belajar siswa. Hubungan harmonis ditandai oleh ciri
– ciri: 1 tujuan pengajaran diterima oleh guru dan siswa, 2 pengalaman belajar dirasakan
nyaman oleh guru dan siswa, dan 3 guru menampilkan peranan – peranannya
sebagai guru dalam cara – cara yang selaras dengan harapan siswa, begitupun
siswa menampilkan peranannya sebagai sistem dalam cara – cara yang diharapkan
guru Yusuf, 2009:56. Adapun hubungan yang stimulatif ditandai oleh ciri
– ciri: 1 menerima, mengklarifikasi, dan mendorong gagasan dan perasaan siswa, 2 memberikan
pujian atau penghargaan , dan mendorong keberanian siswa,3 mengajukan pertanyaan untuk merangsang siswa berpartisipasi dalam mengambil keputusan,
dan 4 mengajukan pertanyaan untuk memberikan orientasi kepada siswa tentang tugas atau toik diskusiYusuf, 2009:57.
Hubungan guru-siswa seharusnya dapat menciptakan iklim atau atmosfer sekolah sebagai lingkungan perkembangan yangg kondusif bagi proses
pembelajaran siswa atau upaya memfasilitasi siswa dalam menuntaskan tugas –
tugas perkembangannya.
c. Kelompok teman sebaya