5 Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka yang bersedia
meninggalkan profesi pelacuran, dan mau memulai hidup susila. 6
Mengadakan pendekatan terhadap pihak keluarga para pelacur dan masyarakat asal mereka, agar mereka mau menerima kembali bekas
– bekas wanita susila itu mengawali hidup baru. 7
Mencarikan pasangan hidup yang permanen suami bagi para wanita tuna susila, untuk membawa mereka ke jalan benar.
8 Mengikutsertakan ex-WTS bekas wanita tuna susila dalam usaha
transmigrasi, dalam rangka pemerataan penduduk di tanah air dan perluasan kesempatan kerja bagi kaum wanita.
6. Prostitusi sebagai Patologi Sosial
Menurut Kartini Kartono1999: 1, patologi sosial adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.
Jadi, patologi sosial artinya ilmu yang mempelajari tentang segala perilaku, tindakan maupun perbuatan masyarakat yang menyimpang atau tidak sesuai
dengan norma, aturan, nilai yang ada dalam masyarakat tersebut serta mengidentifikasi faktor yang melatarbelakangi ketidak sesuaian tersebut. Nilai
dan norma dalam masyarakat tidak selamanya berjalan sebagaimana mestinya.ada juga perilaku masyarkat yang dirasa tidak sesuai dengan nilai dan norma. Hal
inilah yang kemudian menimbulkan masalah – masalah soial. Masalah sosial
sendiri merupakan semua bentuk tingkah laku yang melanggar norma,
nilai,agama, dan moral, yang sudah ada di masyarakat. Masalah – masalah sosial
yang terjadi banyak bentuknya seperti kriminalitas, korupsi, perjudian, kenakalan remaja, dan prostitusi.
Keberadaan prostotusi sendiri dalam masyarakat menjadi dilema tersendiri, karena prostitusi dianggap sebagai perilaku yang tidak bermoral. Prostitusi atau
pelacuran merupakan masalah sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan moral. Prostitusi itu selalu ada pada semua Negara berbudaya sejak zaman dulu
hingga sekarang dan senantiasa menjadi masalah sosial. Kurangnya hukum yang tegas dalam mengatasi prostitusi sendiri menambah masalah sosial yang sudah
ada sejak dulu menjadi semakin eksis. Hampir di Indonesia sendiri dapat di pastikan terdapat tempat prostitusi, yang biasa disebut dengan lokalisasi. Selain
adanya lokalisasi, bisnis prostitusi sekarang ini juga semakin berkembang di luar lokalisasi, seperti di jalanan, diskotik, panti pijat, gadis panggilan, dan yang
sekarang ini sedang banyak di perbincangkan yaitu prostitusi online. Semakin canggihnya teknologi seakan menjadikan semakin mudahnya prostitusi itu
dilakukan, dan semakin sulitnya membedakan kegiatan prostitusi. Prostitusi sendiri merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang
sudah dikenal dan sulit untuk dihentikan penyebarannya. Prostitusi sendiri selain meresahakan masyarakat juga dapat mendatangkan penyakit mematikan karena
dari prostitusilah penyakit AIDS dapat menyebar akibat perilaku seks bebas dan tanpa pengaman. Selain itu, prostitusi dapat menyebabkan berbagai permasalahan
baik pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sosialnya. Permasalahan itu dapat berupa pengaruh pada dirinya, yaitu:
a. Merasa tersisih dari kehidupan sosial. Seseorang menjadi pelacur pasti
merasa tersisih dari pergaulan sosial karena profesi elacuran bukanlah pekerjaan yang halal.
b. Terjadinya perubahan dalam pandangan hidup. Mereka tidak lagi
memiliki pandangan hidup dan masa depan dengan baik. c.
Perubahan terhadap penilaian moralnya. Seorang pelacur tidak pernah berfikir mana yang baik dan mana yang buruk, yang terpenting bagi
mereka adalah bagaiman caranya mendapatkan uang dan dapat hidup mewah Sitepu,2004: 173.
7. Dampak Lokalisasi