Berlatih Peran Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 5 Kelas 5 H Suyatno Ekarini Saraswati T Wibowo 2008

152 Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia V Saleh : ”Kamu ingin kaya, tapi kamu malas dan boros. Kamu suka jajan makanan yang mahal-mahal padahal uangmu pas-pasan. Coba lihat Arman dan Armin. Dia hidup hemat dan suka bekerja keras. Sebagian uangnya ditabung, paham?” Jupri : Tertunduk malu ”Paham, terima kasih, Saleh.” Saleh : ”Ingat, keinginan itu hanya akan terwujud dengan kerja keras dan disiplin disertai doa. Nah, sekarang selagi masih pagi, mulailah dengan bekerja keras.” Jupri dan Gorning : Bersama ”Baik, baik, terima kasih, Saleh” Menyalami Saleh dan pergi Diilhami dari cerita anak ”Cara Berdoa” dalam Taktik Kancil 2 Drama yang menarik, bukan? Setelah belajar membaca dan mengekspresikan dialog drama, cobalah memerankannya. Sebelumnya, simak uraian singkat berikut ini lebih dahulu

2. Memerankan Tokoh Drama

Drama dapat dinikmati dengan baik ketika dipentaskan. Pernahkah kamu memerankan tokoh drama dalam pementasan? Jika sudah, itu suatu pengalaman yang bagus. Jika belum, kamu dapat belajar mulai sekarang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika akan memerankan tokoh drama. Misalnya, sebagai berikut. Sekarang, saatnya kamu melatih kemampuanmu dengan mengerjakan kegiatan berikut. Berlatih Kelompok 2 Coba kerjakan bersama kelompokmu 1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas tiga orang 2. Berlatihlah bersama kelompokmu untuk memerankan drama di atas 3. Hafalkan dialog tokoh yang kamu perankan 4. Jika telah siap, pentaskan drama tersebut secara bergantian Guru akan membimbingmu. Coba diperhatikan, ya a. Menghayati tokoh yang akan diperankan termasuk dialog-dialog yang diucapkan. b. Menghafalkan teks dialog sesuai dengan tokoh yang akan diperankan. c. Melafalkan dialog dengan jelas. 153 Kasih Sayang 1. Menentukan pokok-pokok isi cerita anak yang dibaca. 2. Merangkai pokok-pokok isi cerita anak ke dalam beberapa kalimat. 3. Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. Menyimpulkan Isi Cerita Anak Membaca cerita memang banyak manfaatnya. Selain terhibur, kita dapat memperoleh pengalaman hidup. Dengan begitu, kita menjadi orang yang arif dalam menyikapi keadaan. Misalnya, kita dapat menerima perbedaan karena setiap orang mempunyai pandangan yang tidak selalu sama dengan kita. Pada pembelajaran kali ini kamu diajak belajar menyimpulkan isi cerita. Bacalah dengan cermat cerita berikut ini Cobalah mencatat pokok-pokok cerita menjadi beberapa kalimat Kata Kunci: Mencatat Pokok-Pokok Isi Cerita – Meringkas – Menyimpulkan

1. Mencatat Pokok-Pokok Isi Cerita

Ayo, siapkan buku catatanmu dan bacalah dengan cermat cerita berikut ini Cobalah untuk mencatat pokok-pokok isinya Burung yang Malang Karya: Sophia Laily Hari Minggu, Mia bangun pagi untuk berolahraga bersama orang tuanya. Mia membuka pintu lebar- lebar. Namun, ketika Mia membung- kukkan badan untuk melakukan sedikit peregangan, dia melihat seekor burung kecil tergeletak lemas di lantai teras rumah. Sayap burung itu terkulai penuh darah. Mia berjongkok untuk mengamati lebih dekat. ”Ooh . . . lengan sayapnya terluka. Darahnya cukup banyak,” gumamnya. Mia segera mengambil obat antiseptik yang biasa diletakkan ibu di dalam kotak obat. Ia lalu meneteskan obat antiseptik ke lengan burung itu pelan-pelan. ”Kau tenang saja burung cantik, ini akan sedikit sakit. Tapi kau akan segera sembuh dan bisa terbang lagi bersama keluargamu,” ujarnya lirih pada burung malang itu seperti seorang dokter. Gambar 8.6 Membaca dan menyimpulkan isi cerita. Gambar 8.7 Mia mengobati burung yang malang itu. Agar disukai teman, ternyata harus menjadi anak yang baik. Berarti aku harus berubah. 154 Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia V ”Kau boleh meletakkan burung itu di kebun belakang rumah, jangan lupa jauhkan dari jangkauan si meong.” Setelah memberikan tempat yang nyaman, Mia segera menyusul orang tuanya lari pagi. Sepulang dari berlari, Mia tak henti-hentinya menjenguk pasiennya. Sesekali paruh kecil itu disuapi dengan air dan biji beras. Dua hari berlalu, tetapi burung itu tetap terbaring lemah meskipun lukanya telah mengering. Ketika suatu pagi Mia bangun untuk melihat pasien kecilnya, betapa terkejut dia. ”Ayah . . . Ibu . . .” teriak Mia. Ayah dan Ibu pun tergopoh-gopoh menghampiri Mia. ”Lihat, Yah Burung ini kenapa? Sayap dan tubuhnya kaku sekali dan dadanya tidak naik turun seperti kemarin.” Seru Mia. Ayah dengan lembut mengelus rambut putrinya lalu berkata, ”Mia, burung ini terluka cukup parah waktu kau menemukannya. Dia sekarang tidak kuat lagi.” ”Mmm . . . maksud Ayah dia sudah mati?” pekik Mia. ”Iya, Mia. Ayah turut menyesal.” ”Tetapi, Mia kan sudah meng- obati lukanya, memberi minum serta makan,” protes Mia. ”Mia sudah benar, tetapi burung ini terlalu lemah. Ini bukan salah Mia,” hibur Ibu. ”Maafkan aku burung kecil, aku tidak bisa menyelamatkanmu.” Mia memandangi burung itu dengan penuh iba dan penyesalan. ”Tuhan tahu Mia telah ber- usaha dengan sebaik-baiknya dan burung ini juga tahu. Dia pasti berterima kasih kepadamu jika dia bisa bicara,” lanjut Ayah. Mia mulai tersenyum di sela tangisnya. ”Kita akan menguburnya, Ayah?” Ayah mengangguk, ”Iya. Ayah akan menggali lubang di tanah pojok sana.” Mia masih menangis, tetapi dia senang sekali bisa merawat burung yang malang itu, walaupun hasilnya tidak seperti yang dia harapkan. Sumber: Kompas, 13 Januari 2008, dengan pengubahan Cerita yang menarik, bukan? Bagaimana dengan catatanmu mengenai pokok- pokok isi ceritanya? Untuk mengetahui pokok-pokok isi cerita tersebut, coba jawablah pertanyaan pada pelatihan berikut ini Gambar 8.8 Mia sangat sedih melihat burung yang ditemukannya telah mati.