Menulis Butir-Butir Pokok Pengalaman

72 Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia V Baru satu jam bekerja, teman-temanku Koko, Johan, Dendi, Komar, Luki, dan Martin datang menghampiriku. Aku bingung mau bilang apa kepada mereka karena kemarin akulah yang mengajak renang. Sementara saat ini aku harus kerja bakti menggantikan ayah. Aduuh... bagaimana, ya? Baik, aku harus menemui mereka, mengatakan apa adanya dan meminta maaf. ”Aduuuh... aku minta maaf.... Aku tidak bisa ikut ni... kerja bakti menggantikan ayah. Ayah pergi dinas luar kota. Maaf ya, kemarin aku tidak tahu kalau hari ini ada kerja bakti. Kalian berangkat saja tanpa aku, ya?” Teman-temanku hanya diam kecewa. Wajahnya kecut, matanya memandang kecewa seolah tidak percaya kata-kataku. Tidak ada jawaban sepatah kata pun dari permintaan maafku. ”Gimana kamu ini Fandi, jauh-jauh kami menghampirimu, eh malah kamu tidak bisa,” kata Koko tiba-tiba. Ia tampak lesu dan sangat kecewa. Tanpa membalas permintaan maafku, Koko langsung meninggalkanku. Teman- teman yang lain seperti mendapat komando, langsung berbalik dan meninggalkanku juga. Tentu di dada mereka menyimpan segumpal kekecewaan. Aku memaklumi kekecewaan mereka. Bahkan, kalau boleh jujur, aku sendiri juga kecewa karena gagal berenang bersama mereka. ”Hai, Pak RT dari mana saja?” tiba-tiba sapaan Pak RW itu meluncur ke telingaku. ”Maksudnya saya, Pak RW?” tanyaku setengah tidak percaya. ”Iya, memangnya siapa? Nak Fandi mewakili Bapak, kan?” balasnya. Oh iya ya, ayahku RT. Aku tersipu malu. ”E... maaf Pak, saya tadi tidak mengerti. Saya baru saja menemui teman-teman, Pak” jawabku kemudian. ”Kemari sebentar, Pak RT” panggil Pak RW lagi. ”Coba ke rumah, minta Bu RW makanan dan minumannya dibawa ke pos kamling, ya” ”Baik, Pak” jawabku sambil menahan geli. Aku berjalan menuju ke rumah Pak RW mengambil makanan dan minuman yang sudah disiapkan oleh Bu RW. Sesaat kemudian, aku bersama Bu RW mengantarkan makanan dan minuman ke pos kamling. Pukul sembilan siang, warga yang ikut bekerja bakti menyantap makanan itu. Aku ikut serta. Nikmat sekali rasanya makan bersama orang banyak. Esok hari, selepas upacara hari Senin, ada pelajaran bahasa Indonesia. Bu Marni meminta murid-murid untuk menceritakan pengalamannya di depan kelas. Aku menceritakan pengalamanku saat aku menggantikan tugas ayah, yaitu pengalaman kerja bakti di kampung dan dipanggil ”Pak RT” oleh Pak RW. Sejak itu, teman-teman sekelas memanggilku Pak RT. Uuuuh, sebel Sumber: Dokumen pribadi 73 Lingkungan Sehat Berlatih Mandiri 4 Coba kerjakan dengan baik di buku tugasmu 1. Pilihlah salah satu pengalamanmu yang paling berkesan 2. Catatlah butir-butir pokok pengalamanmu menjadi kerangka karangan 3. Kembangkan butir-butir pokok pengalaman itu menjadi sebuah karangan yang utuh 4. Jika sudah selesai, bacakan karanganmu di depan kelas secara bergantian 5. Kumpulkan karanganmu kepada guru untuk dinilai dan diberi komentar Sebuah cerita yang menarik, bukan? Mengarang itu memang gampang. Pengalaman pribadi dapat ditulis menjadi karangan. Cobalah berlatih dengan mengerjakan kegiatan berikut ini 1. Sebelum menanggapi penjelasan dari narasumber, kamu harus mendengarkan penjelasannya dengan baik, mencatat pokok-pokok pikiran, dan mencatat hal-hal yang belum kamu ketahui atau kurang kamu setujui. 2. Tanggapan dapat berupa pertanyaan, persetujuan, atau sanggahan. 3. Tanggapan disampaikan dengan bahasa yang baik dan sopan. 4. Sebelum memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu peristiwa, kamu harus dapat menjelaskan peristiwa yang akan kamu tanggapi. Caranya adalah dengan membaca atau mempelajari peristiwa tersebut lebih dahulu. 5. Tanggapan atau saran hendaknya bersifat positif dan bermanfaat bagi orang lain. 6. Ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan dalam membaca cepat. a. Menghindari mengulang-ulang kata. b. Menghindari membaca dengan vokalisasi. c. Pikiran hanya terfokus pada bacaan yang dibaca. d. Melatih gerakan mata dan menghindari gerakan kepala. e. Menghindari membaca kata demi kata. 7. Pengalaman yang menarik dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan. Rangkuman