3.2. Rancangan Metode Kerja Berdasarkan Ergonomi dan Konsep
Produktivitas 3.2.1. Ergonomi
2
Tujuan dari disiplin ilmu ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia
dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-manusia teknologi yang optimal. Disiplin human
engineering atau ergonomi banyak diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk ataupun operasi kerja sehari-harinya. Sebagai contoh desain
dari dials atau instrumental displays akan banyak mempertimbangkan aspek- aspek ergonomi ini. Demikian juga dalam sebuah stasiun kerja, semua fasilitas
kerja seperti peralatan dan material haruslah diletakkan didepan dan berdekatan jarak jangkauan normal denga posisi operator bekerja. Hal ini sesuai denga
prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Dengan mengaplikasikan aspek-aspek ergonomi Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik secara EASNE Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien. Istilah ergonomi ergonomis berasal dari ergo Yunani lama, yang berarti kerja
dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaannya.
2
Sutalaksana, Iftikar Z.2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja.Hal : 72-75
Universitas Sumatera Utara
atau human engineering, maka dapat dirancang sebuah stasiun kerja yang bisa dioperasikan oleh rata-rata manusia.
Kaitan ergonomi dengan postur kerja adalah memperhatikan masalah- masalah berikut ini, yaitu:
1. Posisi dudukbekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan :
a. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
b. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
c. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
2. Posisi bekerja dengan berdiri: Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan
bobot badan terbagi rata pada kedua kaki. 3. Proses bekerja
Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, tetapi sangat disayangkan akibat postur tubuh yang berbeda,
perlu pemecahan masalah terutama di negara-negara berkembang yang menggunakan peralatan impor sehingga perlu disesuaikan kembali, misalnya
tempat kerja yang harus dilakukan dengan berdiri sebaiknya ditambahkan bangku panjang setinggi 10-25 cm agar orang dapat bekerja sesuai dengan
tinggi meja dan tidak melelahkan. 4. Penampilan tempat kerja
Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai petunjuk-petunjuk berupa gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengangkat beban Terutama di negara berkembang mengangkat beban adalah pekerjaan yang
lazim dan sering dilakukan tanpa dipikirkan efek negatifnya, antara lain: kerusakan tulang punggung, kelainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu.
Masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam- macam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh
seperti
3
Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan infomasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka
waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk
pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan :
1. Anthtropometric Antropometri berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang geometri
fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan volume. Jarak jangkauan,
tinggi mata saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain dari ruang
kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.
2. Cognitive
3
http:chalisbrother-engineering.blogspot.com200912ergono-tipe-tipe-masalah-ergonomi.html.
Universitas Sumatera Utara
fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi sebaik pengembangan pekerjaan.
3. Musculoskeletal Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut
dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau
mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas kemampuan manusia.
4. Cardiovaskular Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung.
Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu mendesain
kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan. 5. Psychomotor
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan
manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.
3.2.2. Rancangan Metode Kerja
Konsep EASNE Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, Efisien dalam kaitan dengan ergonomi menciptakan metode, lingkungan dan peralatan kerja yang
mampu menstimulasi EASNE sesuai dengan pekerjaan masing-masing orang. Jadi EASNE merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi ergonomi.
Universitas Sumatera Utara
EASNE tidak hanya dirasakan oleh fisik pekerja tetapi juga dapat dirasakan secara psikologis. Tubuh manusia apabila dibebani kerja secara terus menerus statis
akan menimbulkan rasa lelah dan bisa jadi berkembang menjadi rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu. Jika rasa lelah dapat dikurangi maka waktu kerja akan
bertambah. Pertambahan jumlah jam kerja dapat berakibat kepada peningkatan jumlah produksi.
Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ergonomi berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat
berhadapan dengan lingkungan sistem kerjanya. Ergonomi adalah 1. Ilmu yang multidisiplin ilmu hayat, kejiwaan, dan kemasyarakatan
2. Perancangan ’man-machine interface’ sehingga pekerja dan mesin atau produk lainnya bisa berfungsi lebih efektif efisien sebagai sistem manusia-mesin
yang terpadu. Prinsip ergonomi akan mempelajari akibat-akibat jasmani, kejiwaan dan
sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahuan tersebut diatas. Maksud tujuan ergonomi mendapatkan suatu
pengetahuan yang utuh tentang permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem
manusia-mesin teknologi yang optimal. Apabila fungsi ’man-machine interface’ sudah lebih efektif dan efisien maka akan tercapai produktivitas yang
tinggi dengan pengendalian kualitas pada keluaran yang dihasilkan. Jadi
Universitas Sumatera Utara
ergonomi adalah suatu cara yang digunakan untuk merancang peralatan kerja, metode kerja dan lingkungan kerja dengan tujuan EASNE. Ergonomi banyak
diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk ataupun operasi kerja sehari-harinya.
3.2.3. Kesesuaian Fasilitas Kerja Berdasarkan Antropometri
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia
4
. Antropomeetri menurut Sevenson 1989 dan Nurmianto 1991 adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah
desain
5
a. Umur. Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah
besar,seiring dengan bertambahnya waktu, yaitu sejak awal kelahiranya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Hal ini jelas berpengaruh terutama
.
3.2.3.1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran
tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
4
Sritomo Wignjosoebroto.2008.Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu.Hal:60
5
Eko Nurmianto.2008.Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Hal:50
Universitas Sumatera Utara
jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometrinya akan cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah
menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas
tulang belakang interverteral discs. Selain itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
6
b. Jenis kelamin sex. Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih
besar dibandingkan dengan wanita,terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.
c. Sukubangsa ethnic. Variasi di antara bebrapa kelompok suku bangsa telah
menjadi hal yang tidak kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara yang lain.
d. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya
persyaratan dalam seleksi karyawanstafnya. Sepertinya misalnya: buruh dermagapelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
e. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk
perancaangan produk bagi orang-orang cacat kursi roda, kakitangan palsu, dan lain-lain. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan jarak
jangkauan, dibutuhkan ruang kaki untuk desain meja kerja, lorongjalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk
6
Nurmianto, Eko. 1996.Ergonomi- Konsep Dasar dan Aplikasinya. Hal 48-50
Universitas Sumatera Utara
keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, super market, dan lain- lain.
f. Tebaltipisnya pakain yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang
berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh
orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. g.
Kehamilan pregnancy, dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk daan ukuran tubuh khusus perempuan. Hal tersebut
jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.
3.2.3.2. Antropometri Statis Struktural
Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak tetap tegak sempurna. Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal
dengan “structural body dimension”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun
duduk, ukuran kepala, tinggipanjang lutut pada saat berdiriduduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu
seperti persentil 5 dan 95.
3.2.3.3. Antropometri Dinamis Fungsional
Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh padaa saat berfungsi melakukan geraka-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus
Universitas Sumatera Utara
diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran yang nantinya akan berkaitan erat dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksaanakan kegiatan- kegiatan tertentu. Berbeda dengan cara pengukuran yang pertama, strutural body
dimensions, yang mengukur tubuh dalam posisi tetapstatis fixed; maka cara pengukuran kali ini dilakkukan pada saat tubuh melakuakn gerakan-gerakan kerja
atau dalam posisi yang “dinamis”. Cara pengukuran seperti ini akan menghasilkan data “dynamic anthropometry”. Antropometri dalam posisi tubuh
melakukan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas atupun ruang kerja. Sebagai contoh perancangan kursi mobil
dimana disini posisi tubuh pada saaat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara kepala dengan atap
mobil maupun dashboard harus menggunakan data “dynamic anthropometry”.
3.2.3.4. Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang
akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti
diuraikan berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
a. Prinsip perancangaan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Di sini rancaangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu: bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikassi
ekstrim daalaam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata- ratanya dan tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
mayoritas dari populasi yang ada. Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara: untuk
memenuhi yang harus ditetapkan ddari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang tersebar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th
percentile. Contoh konkrit pada kasus ini dapat dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat. Untuk dimensi maksimum
yang harus ditetapkan diaambil berdasarkan nilai percentile yang paling rendah 1-th, 5-th, 10-th percentile dari distribusi data antropometri yang
ada. Sebagai contoh penetapan jarak jangkauan dari suatu mekaanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.
b. Prinsip perancaangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran
tertentu. Di sini rancaangan bisa dirubah-ubah ukuranya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancaangan kursi mobil yang
mana dalam hal ini letaknya bisa digeser majumundur dan sudut sandarannya pun bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya
untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacaam ini maka data
Universitas Sumatera Utara
antropoometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th percentile.
c. Prinsip perancaangan produk dengan ukuran rata-rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan pada rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yag dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang
berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang
memilki ukuran ekstrim akan dibuat rancangan tersendiri.
3.2.4. Keluhan Musculoskeletal
7
7
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produkstivitas. Hal 117.
Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal Tarwaka, 2004. Keluhan
musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot rangka yang dirasakan
oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorsders MSDs atau cidera pada sistem musculoskeletal.
Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan
gangguan musculoskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap persisttent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka skeletal yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut,
yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah nyeri otot bagian pinggang low back pain .
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20, maka peredaran darah ke
otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat
terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Universitas Sumatera Utara
Peter Vi 2000 menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi keluhan musculoskeletal sebagai berikut:
1. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar
seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karna pengerahan otot yang
diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal. 2.
Aktivitas berulang Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3.
Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.
Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor penyebab sekunder
Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan otot yang lunak atau getaran dengan frekuensi tinggi yang menyebabkan
kontraksi otot bertambah. Salah satu cara untuk mengidentifikasi keluhan musculoskeletal adalah
dengan menggunakan alat identifikasi ergonomi, salah satunya adalah Standard Nordic Questionaere SNQ. Adapun gambar bagian tubuh dan keluhan yang
dapat diidentifikasi dari Standard Nordic Questionaere SNQ adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Standard Nordic Qustionaire SNQ
Nama
: …………………….. Umur
: …………………….. tahun Jenis kelamin
: Pria Wanita Status keluarga
: Kawin Belum kawin Pengalaman kerja : …………………….. tahun …………………….. bulan
Apa yang Anda rasakan sakitlelahkeluhan ketika : jam kerja Berilah tanda
√ pada kolom yang tersedia berikut ini.
NO JENIS KELUHAN
TINGKAT KELUHAN
Tidak Sakit
Agak Sakit
Sakit Sangat
Sakit
Sakit kaku di leher bagian atas 1
Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2
Sakit di bahu kiri 3
Sakit di bahu kanan 4
Sakit lengan atas kiri 5
Sakit di punggung 6
Sakit lengan atas kanan 7
Sakit pada pinggang 8
Sakit pada bokong 9
Sakit pada pantat 10
Sakit pada siku kiri 11
Sakit pada siku kanan 12
Sakit pada lengan bawah kiri 13
Sakit pada lengan bawah kanan 14
Sakit pada pergelangan tangan kiri 15
Sakit pada pergelangan tangan kanan 16
Sakit pada tangan kiri 17
Sakit pada tangan kanan 18
Sakit pada paha kiri 19
Sakit pada paha kanan 20
Sakit pada lutut kiri 21
Sakit pada lutut kanan 22
Sakit pada betis kiri 23
Sakit pada betis kanan 24
Sakit pada pergelangan kaki kiri 25
Sakit pada pergelangan kaki kanan 26
Sakit pada kaki kiri 27
Sakit pada kaki kanan
Universitas Sumatera Utara
3.2.5. Kerja Otot Statis dan Dinamis
Gerakan-gerakan yang harus dilakukan oleh anggota tubuh manusia khususnya tangan dan kaki pada saat melaksanakan kerja fisik akan sangat
ditentukan oleh kemampuan ototnya. Manusia bisa bergerak ataupun menggerakkan anggota tubuhnya karena adanya sistem otot yang tersebar di
seluruh tubuhnya lebih kurang 45 berat badan. Kemampuan otot untuk mengencang dan mengerut inilah yang akan menghasilkan tenaga yang diperlukan
untuk melakukan aktivitas fisik. Tenaga otot dari seorang pekerja laki-laki yang diperoleh akibat
mengencangnya otot maksimal bisa mencapai 4 kg per cm
2
luas penampang otot. Dengan luas penampang otot sekitar 2 cm
2
, maka beban maksimum yang bisa diangkat atau digerakkan sekitar
± 12 kg. Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan tenaga kerja
otot harus diperhatikan dengan benar. Dalam hal ini kegiatan otot dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu:
1. Kerja otot dinamik berirama
2. Kerja otot statik kerja bersikaptetap
Pada kerja dinamik, otot akan mengencang dan mengerut mengendor secara bergantian atau berirama, sedangkan pada kerja statik atau bersikap, otot
akan berada dalam posisi mengencang dalam waktu yang cukup lama. Selama kerja dinamik berlangsung maka otot akan bekerja secara
bergantian, sesuai dengan irama tegangkencang tekan dan kendor seperti layaknya kerja dari sebuah pompa yang membawa dampak pada kelancaran aliran
Universitas Sumatera Utara
darah. Di sini otot akan banyak sekali membawamenerima glukosa dan O
2
pada saat mengencang dan selanjutnya membuang metabolis sisa hasil pembakaran
atau metabolisme pada saat mengendor karena mekanisme mengencang dan mengendornya otot terjadi secara bergantian, maka sirkulasi aliran darah + O
2
dan metabolis akan berlangsung secara lancar. Sebaliknya yang terjadi dalam kerja
otot secara statik. Di sini mengencang otot dalam waktu lama akan menyebabkan aliran darah terganggu, suplai glukosa + O
2
terhambat dan metabolis tidak bisa segera terbuang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada
otot. Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya
sesuai dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk
berhenti. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk umum terjadi pada waktu kerja.
Terutama pada pekerjaan beban yang berat, pekerjaan manual dengan duduk, pekerjaan yang duduk terus menerus. Dalam suatu sikap yang statis, otot bekerja
statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang berakibat berkurangnya glukosa dan oksigen
dari darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak diangkut keluar dan menumpuk di dalam otot yang berakibat
otot menjadi lelah dan timbul rasa nyeri.
Universitas Sumatera Utara
3.2.6. Postur Kerja
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap tubuh. Grandjean 1993 berpendapat bahwa bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain:
1. Pembebanan pada kaki 2. Pemakaian energi dapat dikurangi
3. Keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat
menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Mengingat posisi duduk mempunyai keuntungan dan
kerugian, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh, perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja sesuai
diterapkan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat 1992 memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dlakukan dengan posisi duduk.
Pekerjaan tersebut antara lain: 1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki
2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar
4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja
5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama 7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan
posisi duduk Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana 2000 bahwa sikap berdiri
merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya, berdiri lebih lelah daripada
duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15 dibandingkan dengan duduk. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan
keluhan subyektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang
tidak alamiah. Untuk maksud tersebut, Pulat 1992 dan Clark 1996 memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri
antara lain: 1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut
2. Harus memegang objek yang berat lebih dari 4,5 kg 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping.
1. Sering melakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah
2. Memerlukan mobilitas tinggi
Clark 1996 mencoba mengambil keuntungan dari posisi kerja duduk dan berdiri kemudian mengkombinasikan desain stasiun kerja untuk posisi duduk dan
Universitas Sumatera Utara
berdiri. Kemudian disimpulkan bahwa pemilihan posisi kerja harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda
Jenis Pekerjaan Sikap Kerja yang Dipilih
Pilihan Pertama Pilihan Kedua
Mengangkat beban 5kg Berdiri
Duduk – Berdiri Bekerja di bawah tinggi siku
Berdiri Duduk – Berdiri
Menjangkau horizontal di luar daerah jangkauan optimum
Berdiri Duduk – Berdiri
Pekerjaan ringan dengan pergerakan berulang
Duduk Duduk – Berdiri
Pekerjaan perlu ketelitian Duduk
Duduk – Berdiri Inspeksi dan monitoring
Duduk Duduk – Berdiri
Sering berpindah-pindah Duduk – Berdiri
Berdiri
3.2.7. REBA
REBA Rapid Entire Body Assessment merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing-
masing tugas, kita menilai faktor postur tubuh dengan penilaian pada masing- masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu:
1. Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh
trunk, leher neck, dan kaki legs.
Universitas Sumatera Utara
2. Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas upper
arm, lengan bawah lower arm, dan pergelangan tangan wrist. Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu
pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor bebankekuatan dan coupling. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.
Grup A: a.
Batang tubuh trunk
Gambar 3.1. Postur Batang Tubuh REBA
Tabel 3.3. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan
Skor Skor Perubahan
Posisi normal 1
+1 jika batang tubuh berputarbengkokbungkuk
0-20 ke depan dan belakang
2 -20
atau 20-60 3
60 4
Universitas Sumatera Utara
b. Leher neck
Gambar 3.2. Postur Leher REBA
Tabel 3.4. Skor Leher REBA Pergerakan
Skor Skor Perubahan
0-20 1
+1 jika leher berputarbengkok 20
-ekstensi 2
c. Kaki legs
Gambar 3.3. Postur Kaki REBA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5. Skor Kaki REBA Pergerakan
Skor Skor Perubahan
Posisi normalseimbang berjalanduduk
1 +1 jika lutut antara 30-60
+2 jika lutut 60 Bertumpu pada satu kaki lurus
2
d. Beban load
Tabel 3.6. Skor Beban REBA Pergerakan
Skor Skor Pergerakan
5 kg +1 jika kekuatan cepat
5-10 kg 1
10 kg 2
Grup B: a.
Lengan atas upper arm
Gambar 3.4. Postur Lengan Atas REBA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7. Skor Lengan Atas REBA Pergerakan
Skor Skor Perubahan
20 ke depan dan belakang
1 +1 jika bahu naik
+1 jika lengan berputarbengkok -1 miring, menyangga berat
lengan 20
ke belakang atau 20-45 2
45-90 3
90 4
b. Lengan bawah lower arm
Gambar 3.5. Postur Lengan Bawah REBA
Tabel 3.8. Skor Lengan Bawah REBA Pergerakan
Skor
60-100 1
60 atau 100
2
Universitas Sumatera Utara
c. Pergelangan tangan wrist
Gambar 3.6. Postur Pergelangan Tangan REBA
Tabel 3.9. Skor Pergelangan Tangan REBA Pergerakan
Skor Skor Perubahan
0-15 ke atas dan bawah
1 +1 jika pergelangan tangan
putaran menjauhi sisi tengah 15
ke atas dan bawah 2
d. Coupling
Tabel 3.10. Coupling Coupling
Skor Keterangan
Baik Kekuatan pegangan baik
Sedang 1
Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh
Kurang baik 2
Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin
Tidak dapat diterima 3
Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai
dengan bagian tubuh
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.11. Skor Aktivitas Aktivitas
Skor Keterangan
Postur statik +1
1 atau lebih bagian tubuh statisdiam Pengulangan
+1 Tindakan berulang-ulang
Ketidakstabilan +1
Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur tidak stabil
Untuk menentukan level tindakan REBA, kita membutuhkan tambahan data apakah akan menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Level tindakan
REBA dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Nilai Level Tindakan REBA
Skor REBA Level Resiko
Level Tindakan Tindakan
1 Dapat diabaikan
Tidak diperlukan 2-3
Kecil 1
Mungkin diperlukan 4-7
Sedang 2
Perlu 8-10
Tinggi 3
Segera 11-15
Sangat tinggi 4
Sekarang juga
3.2.8. Konsep Produktivitas
8
8
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produkstivitas. Hal 117.
Konsep utama dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran output dan masukan input per satuan waktu. Produktivitas dapat
dikatakan meningkat apabila:
Universitas Sumatera Utara
1. Jumlah produksikeluaran meningkat dengan jumlah masukansumber daya
yang sama. 2.
Jumlah produksikeluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukansumber daya yang lebih kecil.
3. Produksikeluaran meningkat dengan penambahan sumber daya yang relatif
kecil. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas
kerja. Soedirman 1986 dan Tarwaka 1991 merinci faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.
1. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk
mencapainya. 2.
Kedisiplinan Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah
laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma, dan kaidah yang berlaku.
3. Etos Kerja
Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu
pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Universitas Sumatera Utara
4. Keterampilan
Faktor keterampilan, baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap
individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam perubahan teknologi mutakhir.
5. Pendidikan
Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan
dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.
Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya,
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan
demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung
dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks. Secara makro, sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam unsur berikut:
Pertama, peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang terus berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari
proses investasi. Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketiga, peningkatan produktivitas
merupakan sumber pertumbuhan yang bukan disebabkan oleh peningkatan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan jumlah dari input atau sumber daya, melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama,
pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat.Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat
dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia,
baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya.
Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia
merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu
saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan
mesin. Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas
disemua sektor kegiatan. Menurut Manuaba 1992 peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk
dalam memanfaatkan sumber daya manusia do the right thing dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya do the thing right. Dengan kata lain bahwa
produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.
Universitas Sumatera Utara
Dari sekian banyak defenisi produktivitas yang telah diformulasikan, masalah produktivitas senantiasa mencakup perihal input, proses dan output serta
umpan balik yang pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang dengan sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja. Hal ini memberi pengertian bahwa
produktivitas adalah suatu ukuran kinerja tentang seberapa baik sumberdaya produksi dimanfaatkan bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
mendapatkan seperangkat hasil yang ingin dicapai atau diharapkan. Dengan demikian produktivitas diukur berdasarkan masing-masing faktor input seperti
tenaga kerja, material, kapital, energi, dan lain-lain
Berdasarkan Piagam Produktivitas Oslo Tahun 1994, antara lain: 1.
Produktivitas adalah konsep yang universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang
dengan menggunakan sumber daya yang sesedikit mungkin. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan
tujuan, rencana, pengembangan, dan pelaksanaan cara-cara produktif, dengan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien namun tetap
mempertahankan kualitas. 2.
Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi,
dan sumber-sumber daya lainnya, untuk perbaikan mutu kehidupan yang mantap bagi seluruh manusia, melalui pendekatan konsep produktivitas secara
total.
Universitas Sumatera Utara
3.2.9. Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri
Untuk mendapatkan gerakan-gerakan yang lebih rinci, terutama untuk mengurangi gerakan-gerakan yang tidak perlu dan untuk mengatur gerakan
sehingga diperoleh urutan yang terbaik, maka dilakukan studi gerakan. Dengan studi gerakan ini, kita bisa membuat peta tangan kanan-tangan kiri. Dengan kata
lain, peta tangan kanan-tangan kiri merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang memang
diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini menggambarkan seemua gerakan saat bekerja dan waktu
menganggur yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan
tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan. Melalui peta ini kita bisa melihat semua operasi secara cukup lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan
operasi tersebut. Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual, yakni saaat setiap siklus dari pekerja terjadi dengan cepat dan terus
berulang. Kegunaan peta tangan kiri-tangan kanan antara lain:
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan
tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja. 3.
Sebagai alat untuk menganalisis tata letak sistem kerja. 4.
Sebagai alat untuk melatih pekerja yang baru, dengan cara kerja yang ideal. Adapun contoh peta tangan kiri-tangan kanan dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
Universitas Sumatera Utara
PETA TANGAN KIRI - TANGAN KANAN
Pekerjaan : Pembuatan Mukaan Sandal Tumit Kaca Departemen : -
Nomor Peta : 06 Sekarang Usulan
Dipetakan Oleh : Noname Tanggal Dipetakan : 1 Juni 2011
G = gunting Daerah kerja L = lem
Tangan Kiri Jarak
cm Waktu
dtk lambang
lambang Wakt
u dtk
Jarak cm
Tangan Kanan
Ambil bahan 300
60 Re
Re 60
300 Ambil bahan
Meletakkan bahan 50
10 Rl
Rl 10
50 Meletakkan bahan
Membentangkan bahan
- 5
Rl Rl
5 -
Membentangkan bahan Memegang bahan
- 10
G PP
10 -
Menggambar pola Menahan bahan
- 3
G U
3 -
Mengelem bahan Menunggu
- 2
D Re
2 15
Mengambil gunting Memegang bahan
- 6
G U
6 -
Menggunting Melipat
10 10
A A
10 10
Melipat Menunggu
- 25
D Re
25 300
Mengambil lapis Memegang lapisan
5 2
G A
2 5
Melapisi bahan awal Menunggu
- 5
D M
5 100
Membawa ke mesin jahit Memegang bahan
pada mesin jahit 5
8 G
G 8
5 Memegang bahan pada
mesin jahit Menunggu
- 2
D Re
2 15
Mengambil gunting Memegang bahan
mukaan 5
60 G
I 60
5 Merapokan mukaan
dengan gunting Total
370 208
208 805
Ringkasan Waktu tiap siklus : 208 detik
Jumlah produk tiap siklus : 1 pasang Waktu untuk membuat satu produk : 104 detik
Mesin Jahit
Gudang Bahan
Polamal
operat or
Tempat mem- bentang
bahan
G L
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7. Peta Tangan Kiri - Tangan Kanan 3.2.10. Studi Gerakan
9
1. Reach RE
Studi gerak adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan perkejaannya. Dengan demikian,
diusahakan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau harus dihilangkan sehingga akan diperoleh efektifitas waktu kerja dan dapat juga
menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut. Seorang tokoh yang telah meneliti gerakan-gerakan dasar secara
mendalam adalah Frank dan Lilian Gilberth telah menyatakan bahwa gerakan- gerakan kerja manusia dilaksanakan dengan mengikuti 17 elemen dasar Therblig
dan kombinasi dari elemen-elemen Therblig tersebut, akan tetapi didalam membuat peta operator akan lebih efektif kalau hanya 8 elemen gerakan Therblig
berikut ini yang digunakan, yaitu:
2. Use U
3. Move M
4. Delay D
5. Grasp G
6. Release RL
7. Position P
8. Hold H
9
Sutalaksana, Iftikar Z, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Hal: 91-106.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.13. Lambang-lambang Therblig Nama Therblig
Lambang Therblig
Mencari Search SH
Memilih Select ST
Memegang Grasp G
Menjangkau Reach RE
Membawa Move M
Memegang untuk memakai Hold H
Melepas Release Load RL
Pengarahan Position P
9 Pengarahan sementara Preposition
PP Memeriksa Inspection
I Merakit Assembly
A Lepas rakit Disassembly
DA ≠
Memakai Use U
U Kelambatan yang tak dapat dihindarkan
Unavaidable delay UD
Kelambatan yang bisa dihindarkan Avoidable Delay
AD Merencanakan Plan
Pn
β
Istirahat untuk menghilangkan fatique Rest to overcome fatique
R
Untuk lebih jelasnya gerakan-gerakan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1.
Mencari Search Merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek.
Universitas Sumatera Utara
2. Memilih Select
Merupakan gerakan untuk mememukan suatu objek yang tercampur, tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan kegiatan
ini. 3.
Memegang Grasp Adalah gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan
menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa. 4.
Menjangkau Reach Adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan
mendekati atau menjauhi objek. 5.
Membawa Move Juga merupakan gerakan berpindah tempat, hanya dalam gerakan ini tangan
dalam keadaan dibebani. 6.
Memegang untuk memakai Hold Yaitu memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang. Perbedaannya
dengan memegang terdahulu adalah perlakuan terhadap objek yang dipegang. Pada memegang, pemegangan dilanjutkan dengan gerakan membawa,
sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian. 7.
Melepas Release Terjadi bila seseorang melepaskan objek yang dipegangnya. Dimulai saat
pekerja mulai melepaskan tangannya dari objek hingga seluruh jarinya sudah tidak menyentuh objek lagi.
Universitas Sumatera Utara
8. Mengarahkan Position
Merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada lokasi tertentu. 9.
Mengarahkan sementara Pre Position Merupakan elemen gerakan mengarahkan pada suatu tempat sementara, yang
bertujuan untuk memudahkan pemegangan bila objek tersebut dibutuhkan kembali.
10. Pemeriksaan Inspection Yaitu pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. 11.
Perakitan Assemble Adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek lain sehingga
menjadi satu kesatuan. 12.
Lepas Rakit Disassemble Gerakan memisahkan dua bagian objek dari satu kesatuan.
13. Memakai Use
Adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat. 14.
Kelambatan yang tak terhindarkan Unavoidable Delay Yaitu kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar
kemampuan pengendalian pekerja. 15.
Kelambatan yang dapat dihindarkan Avoidable Delay Kelambatan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu
kerja oleh pekerja itu sendiri, baik disengaja maupun yang tidak disengaja.
Universitas Sumatera Utara
16. Merencana Plan
Merupakan proses mental, operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya.
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique Rest to overcome fatique
Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badan yang lelah sebagai akibat kerja
berbeda-beda, tidak ssja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN