Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan Karyawan Proses Produksi

2. Karyawan Bagian Produksi Tabel 2.3. Jam Kerja Normal Karyawan Bagian Produksi Hari Jam Senin – Sabtu - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja - Pukul 12.00 – 13.00 : Waktu istirahat - Pukul 13.00 – 17.00 : Waktu kerja Minggu - Disesuaikan Sumber : PT. Mandheling Gayo Internasional Bagian Produksi

3. Karyawan Bagian Sortasi Tabel 2.4. Jam Kerja Normal Karyawan Bagian Sortasi

Hari Jam Senin – Sabtu - Pukul 08.00 – 17.00 : Waktu produksi. Sumber : PT. Mandheling Gayo Internasional Bagian Produksi

2.6. Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan Karyawan

Upah yang diberikan kepada karyawan berguna untuk memberikan kesejahteraan bagi karyawan. Kesejahteraan merupakan faktor yang ikut menunjang produktifitas pekerja. Sistem pengupahan yang diterapkan oleh PT. Mandheling Gayo Internasional Mandago tidak begitu berpedoman pada ketentuan Upah Minimum Sektoral Regional UMSR yang ditetapkan pemerintah. Namun gaji yang diberikan oleh perusahaan dalam batas kewajaran dimana semakin berat pekerjaan yang dilakukan, maka semakin besar pula gaji yang diterima oleh pekerja tersebut. Universitas Sumatera Utara Besarnya upah yang diterapkan, dibedakan atas golongan dengan komponen sebagai berikut: a. Gaji pokok b. Upah lembur c. Tunjangan hari besar d. Tunjangan makan e. Bonus Pada perusahaan ini tidak satupun karyawan yang dilindungi oleh polis asuransi. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan peraturan DEPNAKER sehingga patut untuk diperhatikan. Tetapi sebagian dari pekerja merupakan tergolong dari warga miskin, sehingga mereka telah mendapatkan akses asuransi oleh pemerintah. Usaha-usaha lainnya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kenyamanan pekerja adalah: 1. Cuti Cuti diberikan perusahaan kepada pekerja berupa: a. Cuti tahunan b. Cuti haid c. Cuti hamil dan melahirkan 2. Dispensasi Diberikan kepada semua pekerja untuk kepentingan tertentu, misalnya adanya tugas khusus, menikahkan anak, kemalangan, dan lain-lain. Perusahaan juga melakukan penilaian terhadap performance pekerja mengenai kehadiran, Universitas Sumatera Utara kemampuan, produktivitas kerja dan lain-lain setiap bulannya. Untuk pekerja yang keterampilan kerjanya dinilai kurang, maka diberikan pengarahan dan training untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuannya dalam bekerja. Sedangkan untuk karyawan yang berprestasi akan diberikan penghargaan khusus oleh perusahaan.

2.7. Proses Produksi

PT. Mandheling Gayo Internasional Mandago melakukan proses produksi dalam pengolahan biji kopi mentah menjadi biji kopi yang siap untuk disangrai. Adapun proses pengolahan biji kopi yang siap untuk disangrai sebagai suatu produk jadi dari pabrik pengolahan biji kopi ini dapat diuraikan dalam sub bab berikut ini.

2.7.1. Standar Mutu BahanProduk

PT. Mandheling Gayo Internasional Mandago mempunyai standar mutu produksi sesuai dengan ketentuan beberapa sertifikasi dalam bidang kualitas, budidaya, penyuluhan, dan kesejahteraan dari para petani. Berikut ini adalah beberapa jenis kopi yang diproses dan merupakan output dari proses pengolahan biji kopi, antara lain : 1. Grade-1, yaitu mutu produksi yang bernilai tinggi. Spesifikasi mutu produksi ini adalah 90-100 produk dalam keadaan baik, yaitu masuk dalam kelayakan sifat fisik tidak cacat dan citarasa yang baik yang sesuai dengan jenis kopi. Ini merupakan produk utama yang diekspor ke luar negeri. Universitas Sumatera Utara Walaupun kopi yang diekspor memiliki berbagai jenis yang dibedakan melalui citarasa dan daerah asalnya, tetap saja kopi yang diekspor harus memiliki standar Grade-1. 2. Grade-56, yaitu mutu produk yang kurang baik namun masih memiliki citarasa yang tidak begitu berubah. Secara fisik, kopi ini memiliki cacat yang biasanya termasuk dalam katagori biji berlubang, biji pecah, biji kecil abnormal, dan hitam partial. Untuk kategori ini memiliki citarasa seperti kopi Robusta sehingga masih dapat dijual ekspor ke luar negeri dengan harga yang lebih murah. 3. Pixcel, yaitu mutu produk terburuk dimana biji kopi secara keseluruhan umumnya sudah hitam dan busuk, namun biji kopi ini masih dapat dijual lokal di Indonesia. 4. Wastage, yaitu merupakan segala bentuk bahan di luar kopi. Adapaun beberapa bahan diluar biji kopi antara lain ampas, kayu, kulit ari, batu, benang, tali goni, dan lain-lain.

2.7.2. Bahan yang Digunakan

Suatu bahan dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.7.2.1. Bahan Baku

Defenisi bahan baku ini sendiri adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan persentasenya terbesar Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan adalah biji kopi yang masih berkulit ari dalam kondisi basah. Dengan tingkat kecacatan triage antara 5-25 dan kadar air moisture antara 12-25. Dengan ketentuan standar pembelian 15 cacat dan kadar air 15.

2.7.2.2. Bahan Tambahan

Defenisi bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah: a. Goni, merupakan kemasan yang dipakai untuk packing produk kopi ini. b. Zat Pewarna, digunakan untuk pengecapan marking dengan memberikan tanda berupa tulisan pada goni. c. Tali, merupakan bahan untuk mengikat dan menutup goni yang telah diisi dengan biji kopi dengan menggunakan alat penjahit goni.

2.7.2.3. Bahan Penolong

Defenisi bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak nampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah bahan untuk mencetak huruf dan angka saat pengecapan marking goni. Bahan ini dapat berupa seng maupun plastik tipis dan memiliki tulisan yang berbeda-beda sesuai dengan nomor kontrak, nama pembeli, alamat tujuan, ID eksporter, koperasi, dan sertifikasi, dan berbagai informasi lainnya. Universitas Sumatera Utara 2.7.3. Uraian Proses Produksi 2.7.3.1. Uraian Proses Pra-Produksi Pada bagian uraian proses pra-produksi akan dijelaskan mengenai tingkat pengujian kualitas dan tingkat kecacatan kopi, dan uji citarasa kopi cup-test sebagai berikut ini. a. Pengujian Kualitas dan Tingkat Kecacatan Kopi Pada bagian ini, merupakan tahap awal dalam meneliti tingkat kecacatan triage dan kadar air moisture. Bahan baku yang diterima akan dilakukan proses penghitungan dengan standar harga dasar pembelian bahan baku kopi yaitu 15-15 sebagai nilai 0 nol dan hubungannya dengan variabel harga dasar. Jika bahan baku kopi memiliki skor yang lebih rendah dari masing-masing kedua angka tersebut maka kopi akan memiliki nilai yang lebih tinggi dari dasar, demikian juga sebaliknya. Peralatan yang digunakan pada bagian ini adalah neraca timbangan dengan skala gram, dan alat pengukur tingkat kadar air. Peralatan yang dipergunakan berupa neraca timbangan dan sebuah alat tester kadar kelembaban moisture biji kopi. Cara penggunaan dengan mengambil sampel kopi dari barang yang telah dan akan diterima sebanyak 100 gr dan ditimbang dengan neraca timbangan skala kecil. Kemudian memasukkan kedalam alat tester kadar kelembaban moisture biji kopi, dan dilihat kadar kelembaban kopi tersebut. Lalu dilakukan pengetasan tingkat kecacatan dari kopi tersebut dengan memisahkan kopi cacat dari 100 gr tersebut dan menimbangnya kembali dengan menggunakan neraca timbangan yang sama. Dengan acuan pembelian kopi 15-15 artinya kadar kelembaban 15 dan tingkat kecacatan Universitas Sumatera Utara sebesar 15 sebagai titik 0 nol, sehingga segala skor yang melebihi akan mengurangi nilai, begitu juga sebaliknya jika nilai skor dibawah tersebut maka harga akan semakin tinggi. b. Uji Citarasa Cup-Test Pada bagian ini, pihak perusahaan melakukan pengetesan terhadap uji citarasa dari setiap pembelian kopi. Mesin yang digunakan adalah mesin sangrai blender, dan pemanas air. Peralatan yang digunakan adalah neraca timbangan, sendok, mangkuk, dan media penilaian skor.

2.7.3.2. Uraian Proses Produksi

Uraian proses produksi dapat dilihat pada gambar blok diagram berikut : Universitas Sumatera Utara Bahan Baku Biji Kopi pada Area Penyimpanan Penjemuran Biji Kopi dengan Memanfaatkan Sinar Matahari Pengayakan dengan Menggunakan Mesin Ayak Screener Pemisahan Biji Kopi Berdasarkan Grade- nya dengan Menggunakan Mesin Sutton Gravity Pensortiran dengan Cara Manual Menggunakan Tangan Mother’s Picker Pencampuran Mixing dari Berbagai Sumber Bahan Baku Biji Kopi Pembersihan Biji Kopi dari Abu dengan Menggunakan Mesin Kipas Blower Pengemasan dengan Menggunakan Goni Penjahitan Goni dengan Mesin Jahit Penyimpanan Produk Jadi pada Area Penyimpanan Gambar 2.2. Block Diagram Proses Pengolahan Biji Kopi Universitas Sumatera Utara Sedangkan tahapan dari proses produksi pengolahan biji kopi adalah sebagai berikut. 1. Penjemuran Setelah kopi diterima pada area penyimpanan, proses selanjutnya adalah penjemuran. Proses penjemuran merupakan proses menjemur kopi dengan menggunakan sinar matahari. Penggunaan sinar matahari masih dipergunakan karena hal ini dilakukan untuk menjaga citarasa kopi Arabika agar tidak hilang maupun terkontaminasi oleh aroma apabila menggunakan mesin. Penjemuran dilakukan baik secara langsung pada lantai khusus maupun menggunakan terpal. Proses penjemuran kopi untuk mencapai standar tertentu masih menggunakan tenaga matahari untuk mempertahankan kualitas dan citarasa kopi. Sebenarnya ada mesin khusus yang biasa dipergunakan untuk mengeringkan kopi yaitu mesin Muson, namun cara ini hanya berlaku untuk kopi jenis Robusta. Karena apabila menggunakan mesin Muson citarasa kopi Arabika akan hilang, dan tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh para pembeli. Peralatan yang dipergunakan berupa kereta sorong, cakaran, dan serokan. Serokan merupakan sebutan untuk alat bantu yang digunakan untuk menyorong kopi pada saat penjemuran. Sedangkan cakaran merupakan sebutan untuk alat bantu yang digunakan untuk meratakan biji kopi yang dijemur. Alat ini biasa dipergunakan setiap 30 menit proses penjemuran untuk memastikan seluruh bagian kopi yang dijemur memiliki tingkat kekeringan yang sama. Dan terpal penjemuran fungsinya sebagai wadah penjemuran kopi selain dari lokasi penjemuran pada lantai. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan lahan Universitas Sumatera Utara kosong yang dimiliki untuk dijadikan sebagai tempat penjemuran juga dengan menggunakan terpal-terpal yang berkapasitas mencapai 100 kg biji kopi. Bentuknya yang sederhana merupakan solusi alternatif yang sangat baik, karena apabila hujan hendak turun, terpal ini dapat ditutup menjadi bagian yang kecil dan berisikan kopi untuk menghindari dari hujan dan dapat segera diangkut dengan kereta sorong material handling . 2. Mesin Ayak Screening Mesin Ayak adalah mesin yang digunakan untuk mengoyang-goyang kopi dengan 3 buah lapisan yang berjaring-jaring dan 6 buah saluran output sehingga kopi dapat dibedakan berdasarkan ukurannya bahkan untuk memisahkannya dari kopi yang busuk dan cacat. Adapun output yang keluar dari mesin ini adalah sebagai berikut : a. Biji kopi baik b. Biji kopi yang sedikit rusak baik karena cacat berlubang maupun pecah. c. Biji hitam d. Kopi yang masih berkulit ari penuh e. Batu dan kayu f. Ampas kulit dan abu 3. Mesin Sutton Gravity Divider Mesin Sutton adalah mesin yang digunakan untuk menggoyang-goyang kopi pada lempengan bergerigi halus, datar, dan sedikit miring dengan 3 buah Universitas Sumatera Utara saluran output. Fungsi utama mesin ini adalah untuk memisahkan kopi berdasarkan grade-nya, memisahkan kopi hitam, dan kopi rusak. Dan pada tahap akhir prosesnya mesin Sutton digunakan untuk memisahkan kopi berdasarkan grade-nya yang bulat lonjong dengan kopi yang lonjong untuk disesuaikan dengan persyaratan dari pembeli. 4. Pensortiran Pensortiran merupakan tahap pemisahan biji kopi dari biji kopi yang sedikit cacat yang terkadang mesin tidak dapat melakukan lebih baik dari manusia. Cara pensortiran ini secara manual atau sering disebut motherpickers dilakukan agar kopi yang dikirim berupa Grade-1 merupakan kopi dengan biji terbaik dengan batas jumlah cacat 0-5. Proses pensortiran kopi Arabika masih menggunakan tangan-tangan manusia, karena perusahaan menganggap cara tersebut adalah cara terbaik hingga saat ini karena terdapat nilai-nilai tersirat yang tentunya berbeda bila menggunakan mesin. Mahalnya biaya mesin dan maintenance-nya serta berbagai hal yang bisa terjadi, membuat perusahaan mengambil langkah mencapai tingkat keamanan kelangsungan kegiatan produksi dengan mempekerjakan buruh sortir. Dan tingkat kualitas dari tangan manusia dalam hal ini tentunya lebih baik daripada mesin untuk saat ini. 5. Pencampuran Mixing Merupakan proses pencampuran kopi yang berasal dari berbagai pemasok bahan baku kopi. Hal ini dilakukan berdasarkan komposisi yang berasal dari Universitas Sumatera Utara berbagai daerah yang tentunya memiliki karakteristik tertentu. Keberbedaan rasa tersebutlah yang harus dihindari, karena jika produk kopi yang di ekspor memiliki dominansi citarasa dari daerah tertentu tentunya untuk pengiriman selanjutnya akan sulit didapatkan kopi dengan citarasa yang sama. Sehingga proses ini dilakukan untuk mencampur kopi sehingga memiliki karakteristik yang sama dan kegiatan berbisnis dapat dilaksanakan dengan lancar. 6. Pembersihan Biji Kopi dengan Mesin Kipas Blower Pada tahap ini, kopi yang telah dicampur segera dilakukan pembersihan biji kopi dari abu dengan menggunakan mesin kipas blower. Hal ini dilakukan untuk memastikan biji kopi yang siap ekspor dalam keadaan bersih. Dan output dari mesin ini langsung dimasukkan kedalam goni. 7. Pengecapan Marking Pengecapan atau marking merupakan proses pemberian label cap pada goni kopi yang sesuai dengan tujuan dari pembeli dan jenis kopi yang akan dikirim. Informasi yang biasa diberikan berupa nama, alamat, Negara, nomor kontrak perusahaan penerima, nomor ID sertifikat, dan berbagai informasi lainnya. Pengecapan dilakukan dengan menggunakan gincu zat pewarna goni dengan cara manual menggunakan tangan. Universitas Sumatera Utara 8. Pengemasan Packing Proses ini berupa memasukkan biji kopi yang telah siap diolah dan dimasukkan ke dalam karung kemasan goni yang telah diberi cap marking sesuai dengan Negara tujuan dan masing-masing pembeli. Kemudian menjahitnya dengan menggunakan mesin jahit yang dioperasikan oleh seorang operator dan bersifat portable. Biasanya kopi yang telah siap di packing tidak menunggu lama untuk dikirim ke pelabuhan, untuk menjaga kualitas citarasa kopi karena beberapa jenis kopi tidak tahan lama disimpan. Dan lama pengiriman kopi juga bisa mencapai satu bulan dengan menggunakan peti kemas dan pengiriman melalui pelayaran. 9. Menjahit Goni Merupakan proses akhir kegiatan rangkaian proses produksi. Pada bagian ini seorang operator dengan menggunakan mesin jahit goni, menutup dengan menjahit goni-goni yang telah diisi dengan biji kopi yang siap untuk diekspor. Untuk uraian proses produksi dapat dilihat pada Assembly Process Chart pengolahan biji kopi Arabika pada Gambar 2.3. Universitas Sumatera Utara Pekerjaan : Pengolahan Biji Kopi Arabika Peta : Sekarang Dipetakan Oleh : M. Agustiar ASSEMBLY PROCESS CHART T-1 Diperiksa kadar air dan ampas Dipisahkan ampas dari biji kopi Dipindahkan ke tempat penjemuran Dibawa ke Mesin Suton Biji kopi dijemur O-1 Diayak dengan mesin ayak Dibawa ke tempat penyortiran manual T-5 Disortir diperiksa dan dipisahkan biji kopi yang cacat Dibawa ketempat pencampuran Biji kopi dicampur Dibawa ke mesin kipas blower untuk dibersihkan dari abu O- 11 Dikipas diblower Biji kopi ditampung dalam goni S-4 Biji kopi disimpan siap diekspor T-7 T-8 O-6 Diperiksa kadar air Biji Kopi Bersih O-7 S-3 T-13 Karung Goni Dibawa ke mesin kipas blower Disimpan Dibawa ke bagian pengecapan marking Karung goni diberi cap marking T-14 O- 12 Dibawa ke bagian pengemasan O- 14 Karung dijahit dengan mesin jahit goni kopi T-15 Dipindahkan ke tempat penyimpanan Kopi disusun SIMBOL KETERANGAN JUMLAH OPERASI TRANSPORTASI STORAGE INSPEKSI AKTIVITAS GABUNGAN 15 16 4 2 2 I-1 T-2 O-2 T-3 Dipindahkan ke mesin ayak O-3 IO-1 T-6 O- 10 T-12 O- 13 T-16 0-15 O-4 Biji kopi ditampung T-4 Dibawa ke mesin suton O-5 Biji kopi dipisahkan berdasarkan grade I-2 Dipindahkan ke tempat penjemuran Biji kopi dijemur Dipindahkan ke mesin ayak Diayak dengan mesin ayak O-8 Biji kopi ditampung T-9 Dibawa ke mesin suton O-9 Biji kopi dipisahkan berdasarkan grade Dibawa ke tempat penyortiran manual T-10 Disortir diperiksa dan dipisahkan biji kopi yang cacat Dibawa ketempat pencampuran IO-2 T-11 S-2 Disimpan Biji Kopi Berampas S-1 Disimpan Gambar 2.3. Assembly Process Chart Pengolahan Biji Kopi Arabika Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Kopi

Kopi Arabika Coffea Arabica tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1700 m dpl, suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut dan membutuhkan curah hujan yang tinggi. Kopi Arabika peka terhadap penyakit karat daun Hemileia vastatrix HV, terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m. Hal inilah yang dapat membuat jenis kopi Arabika hanya dapat tumbuh subur didaerah tertentu saja. Coffea merupakan marga sejumlah tumbuhan berbentuk pohon yang beberapa di antaranya menjadi bahan dasar pembuatan minuman penyegar kopi. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya dua yang memiliki nilai perdagangan penting, yaitu Kanephora menghasilkan kopi robusta dan Arabika menghasilkan kopi Arabika. Beberapa jenis lainnya juga dipakai sebagai bahan campuran untuk mempengaruhi aroma, seperti Excelsa dan Liberika. Negara pengimpor biji kopi hijau terbesar didunia adalah Amerika Serikat. Hal ini terjadi karena sejak awal 1995-an, banyak warga Amerika yang merubah kebiasaan minum-minuman keras menjadi minum kopi. Ditambah lagi pada musim dingin dimulai dari September sampai dengan Maret, banyak orang yang meminum kopi pada pagi hari dan memakan berbagai jenis roti sebagai sarapan sambil beranjak pergi kekantor. Sehingga dengan semakin tingginya budaya dan Universitas Sumatera Utara