Penyembuhan Luka TINJAUN PUSTAKA

32 baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan, contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk. • Luka kronis : Luka yang mengalami kegagalan setelah penyembuhan, dapat karena factor eksogen. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali, contoh : ulkus dekubitus, ulkus diabetic, ulkus venous dan lain-lain Prabakti Yudhi, 2005.

2.8 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan infeksi adalah sebab yang paling penting dari penghambatan penyembuhan luka karena infeksi mengakibatkan inflamasi dan dapat menyebabkan cidera jaringan. Rangsangan eksogen dan endogen dapat menimbulkan kerusakan sel selanjutnya memicu reaksi vaskuler kompleks pada jaringan ikat yang ada pembuluh darahnya. Reaksi inflamasi berguna sebagai proteksi terhadap jaringan yang mengalami kerusakan untuk tidak mengalami infeksi meluas tak terkendali. Proses inflamasi sangat berhubungan erat dengan penyembuhan luka. Tanpa adanya inflamasi tidak akan terjadi proses penyembuhan luka, luka akan tetap menjadi sumber nyeri sehingga proses inflamasi dan penyembuhan luka akan cendrung menimbulkan nyeri. Anonim 2010 Proses penyembuhan luka dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi poliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupan kembali remodeling atau maturasi jaringan. Universitas Sumatera Utara 33 1. Fase infamasi Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan, dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus dan reaksi hemostatis. Hemostatis tejadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersamaan dengan jalan fibrin yang terbentuk membekukan darah. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan fermiabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan. 2. Fase poliferasi Fase poliferasi disebut juga fibroflasia karena yang menonjol adalah proses poliferase fibrolas. Fase ini berakhir dari akhir fase inflamasi sampai kira–kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat kolagen yang mempertahankan tepi luka. 3. Fase penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru, Fase ini dapat berlangsung berbulan–bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan Sjamsuhidajat dan Wim, 1997. Universitas Sumatera Utara 34 Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati atau rusak dengan jaringan baru oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal. Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru, dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenarasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh factor endogen seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan dan kondisi metabolik Anonim 2010. Universitas Sumatera Utara 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental meliputi penyiapan sampel, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan nata de coco, pembuatan matriks nata, pemerangkapan ekstrak ke dalam nata de coco, pembuatan sediaan gel dan pengujian efek penyembuhan luka pada kelinci. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat- alat gelas laboratorium, freeze dryer Modulyo, inkubator Gallenkamp, neraca analitik Sartorius, neraca kasar Ohaus, oven listrik Fisher Scientific, penangas air Yenaco, pH indikator, rotary evaporator Buchi, RE 111, pH meter, penangas air Yenaco,

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tumbuhan srikaya Annona reticulata L., air kelapa, akuades, asam asetat 25 , etanol 80, etanol 70, gula pasir, HPMC 4000, lidokain® injeksi, NaOH, nipagin, propilenglikol, stater Acetobacter xylinum dan urea.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci dengan berat badan 1,5-2 kg. Hewan dikarantina dalam kandang yang sesuai sebelum dan selama digunakan untuk uji luka sayat. Universitas Sumatera Utara