Absorpsi Obat Melalui Kulit Luka

30 pada setiap bagian tubuh. Kulit mempertahankan karakterisasi fisiko kimia seperti struktur, suhu, pH dan keseimbangan oksigen dan karbondioksida. Sifat asam dari kulit ditemukan pertama sekali oleh Heus pada tahun 1882 dan kemudian disahkan oleh Schade dan Marchionini pada tahun 1928, yang dianggap bahwa keasaman digunakan sebagai pelindung dan menyebutnya sebagai “pelindung asam” dan beberapa literature saat ini menyatakan bahwa pH permukaan kulit sebahagian besar asam antara 5,4 dan 5,9. Sebuah variasi permukaan pH kulit terjadi pada setiap orang karena tidak semua permukaan kulit orang terkena kondisi yang sama seperti perbedaan cuaca. Banyak penelitian mengatakan bahwa pH kulit alami adalah pada rata-rata 4,7 dan sering dilaporkan bahwa pH kulit antara 5,0 dan 6,8, pH permukaan kulit tidak hanya bervariasi di lokasi yang berbeda, tetapi dapat juga mempengaruhi profil pH di stratum corneum. Ansari.,dkk, 2009.

2.6 Absorpsi Obat Melalui Kulit

Tujuan utama penggunaan obat topikal pada terapi adalah untuk menghasilkan efek teraupetik pada tempat–tempat spesifik di jaringan epidermis dan dermis, sedangkan obat–obat topikal tertentu seperti emoliens pelembab, antimikroba dan deodorant terutama bekerja di permukaan kulit saja. Hal ini memerlukan penetrasi difusi dari kulit atau absorbsi perkutan Lachman, dkk., 1994. Absorbsi obat melalui kulit umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung obat melalui stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 40 protein umumnya keratin dan 40 air. Stratum korneum sebagai jaringan keratin bersifat semi fermiabel dan moleikul obat berpenetrasi dengan cara difusi pasif. Universitas Sumatera Utara 31 Jumlah obat dapat menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat, kelarutannya dalam air. Bahan–bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya minyak dan air merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti epidermis dan lapisan- lapisan kulit. Penetrasi obat kedalam kulit dengan cara difusi adalah melalui : a. Penetrasi transeluler menyebrangi sel b. Penetrasi intraseluler antarsel c. Penetrasi transappendageal yaitu melalui folikel rambut, keringat, dan kelenjar lemak Ansel, 1989. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi kulit sangat bergantung dari sifat fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat pembawa, pH dan konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit yakni apakah kulit dalam keadaan baik atau terluka, umur kulit, perbedaan spesies dan kelembaban yang dikandung oleh kulit Lachman, dkk., 1994.

2.7 Luka

Luka merupakan rusaknya sebahagian dari jaringan tubuh. Luka sering sekali terjadi dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan penyebabnya luka dapat dibagi atas karena zat kimia, luka termis dan luka mekanis. Pada luka mekanis berdasarkan luka yang terjadi bervariasi bentuk dan dalamnya, sesuai dengan benda yang mengenainya. Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan dapat dibagi menjadi : • Luka akut : Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka Universitas Sumatera Utara 32 baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan, contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk. • Luka kronis : Luka yang mengalami kegagalan setelah penyembuhan, dapat karena factor eksogen. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali, contoh : ulkus dekubitus, ulkus diabetic, ulkus venous dan lain-lain Prabakti Yudhi, 2005.

2.8 Penyembuhan Luka