Jumlah
Kategori
Gambar 5.5. Sebaran Tingkat Konsumsi Serat Laki-Laki dan Perempuan
5.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat konsumsi kalori, karbohidrat, protein, lemak dan serat serta untuk melihat sebaran tingkat konsumsinya
berdasarkan jenis kelamin. Kalori diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak yang ada di dalam
bahan makanan, dimana ketiga zat gizi tersebut menentukan nilai energinya Almatsier, 2009. Dari hasil penelitian ini didapatkan tingkat konsumsi kalori
dari 86 responden adalah 78 AKG, yang berarti berada pada kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari data yang diolah dengan Nutrisurvey dimana nilai kalori
dari keseluruhan responden rata-rata di bawah standar yang ditetapkan oleh AKG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012 2487,5 kkal. Kalori diperoleh dari
karbohidrat, protein dan lemak. Dalam penelitian ini, kurangnya kalori disebabkan oleh karena rendahnya asupan dari karbohidrat yaitu sebesar 44 dari total kalori,
43 43
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Defisit Kurang
Sedang Baik
Lebih laki-laki
perempuan
Universitas Sumatera Utara
dimana WHO 2003 menganjurkan konsumsi karbohidrat sebesar 55 - 75 dari kebutuhan total kalori. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilaporkan oleh Elnovriza, Yenrina Bachtiar 2008 bahwa asupan energi mahasiswa Universitas Andalas mencapai 84,4 AKG dalam kategori sedang
dan penyebab masih kurangnya energi yang masuk karena rendahnya asupan dari lemak dan karbohidrat.
WHO 2003 merekomendasikan kebutuhan karbohidrat adalah 55 - 75 dari total kalori. Pada penelitian ini, tingkat konsumsi karbohidrat
sebesar 62 AKG, berada pada kategori defisit, dengan persentase terhadap total kalori adalah 44. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan
pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas dan sagu Almatsier, 2009. Dari hasil penelitian penulis, sumber karbohidrat utama
responden adalah nasi, roti dan mie. Namun, tingkat konsumsi makanan tersebut masih sedikit yang menyebabkan defisitnya asupan karbohidrat. Berbeda dengan
penelitian Elnovriza, Yenrina Bachtiar 2008 yang mendapatkan tingkat konsumsi karbohidrat 84,61 dalam kategori sedang. Hasil penelitian Elnovriza
menyatakan, sumber karbohidrat utama berasal dari bahan pokok berupa nasi, selain itu juga berasal dari singkong, pisang, terigu.
WHO 2003 merekomendasikan kebutuhan protein adalah sebesar 10 - 13 dari total kalori. Protein pada penelitian ini, memiliki persentase sebesar
106 AKG, berada pada kategori baik, dengan persentase 13 dari total kalori. Hal ini disebabkan karena mahasiswa mengonsumsi bahan makanan sumber
protein sebagian besar sebagai lauk pauk yang sumbernya banyak dari protein hewani seperti daging sapi, daging ayam, ikan dan telur. Sebayang 2012
mendapatkan hasil penelitian tingkat konsumsi protein yang sedikit lebih besar yaitu 110,3 yang artinya rata-rata asupan protein seluruh responden melebihi
angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Dalam penelitiannya, Sebayang mendapatkan asupan protein hewani adalah jenis protein yang paling banyak
dikonsumsi oleh responden, yang berupa daging ayam dan telur, untuk sumber protein nabati adalah tahu dan tempe.
Universitas Sumatera Utara
WHO 2003 merekomendasikan kebutuhan lemak adalah sebesar 15 - 30 dari total kalori. Tingkat konsumsi lemak pada penelitian ini adalah
43 dari total kalori, dengan rata-rata konsumsi 96,7 gram. Didapatkan pula perbandingan terhadap AKG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X 2012,
tingkat konsumsi lemak sebesar 116 AKG, yang termasuk pada kategori lebih. Hal ini disebabkan karena konsumsi sumber lemak responden, berasal dari bahan
untuk memasak sumber zat gizi lain, seperti minyak kelapa sawit dan mentega. Dan jenis makanan yang sering dikonsumsi responden adalah gorengan. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Amare et. al. 2012 bahwa konsumsi rata-rata lemak penduduk di Gondar, Ethiopia adalah 80 grhari yang berkontribusi sebesar 33
dari total energi, termasuk kontribusi lebih. Angka kecukupan serat yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi X 2012 untuk orang Indonesia adalah 38 gram untuk laki-laki dan 32 gram untuk perempuan. Pada penelitian ini, tingkat konsumsi serat yang
didapat adalah 9,2 gram dengan persentase terhadap nilai AKG sebesar 26 yang berada pada kategori defisit. Hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi sumber
serat, seperti sayur dan buah yang sedikit. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Apriany 2012, dimana rata-rata asupan serat 18,5
gram. Sumber serat yang banyak dikonsumsi pada penelitian tersebut, berasal dari protein nabati dan serealia biji-bijian, sedikit sekali yang mengonsumsi serat
yang berasal dari sayuran dan buah. Selanjutnya peneliti melakukan pengukuran sebaran tingkat konsumsi
secara terpisah antara responden laki-laki 43 orang dan responden perempuan 43 orang. Dari pemisahan tersebut didapatkan data sebaran untuk konsumsi kalori
responden laki-laki yang paling dominan adalah kategori sedang, yaitu sebanyak 16 orang 37,2, perempuan yang paling dominan berada pada kategori defisit
sebanyak 14 orang 32,6. Laki-laki lebih banyak membutuhkan kalori daripada perempuan karena adanya perbedaan ukuran tubuh dan komposisi tubuh, dimana
perempuan memiliki proporsi lemak yang lebih dibandingkan laki-laki yang proporsi tubuhnya lebih didominasi oleh otot Mahan Escott-Stump, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Perempuan sangat memperhatikan citra tubuhnya, sehingga banyak dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi porsi makan sesuai kebutuhannya, agar
memiliki proporsi tubuh yang sempurna. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Gharib Rasheed 2011 yang melaporkan konsumsi kalori laki-laki
2097,1 kkal dan perempuan 1786,8 kkal di Bahrain, rata-rata tingkat konsumsi energi pada laki-laki lebih tinggi secara signifikan daripada perempuan p0,01.
Sebaran tingkat konsumsi karbohidrat responden laki-laki dan perempuan yang paling banyak berada pada kategori defisit masing-masing sebanyak 30
orang 69,8 untuk laki-laki dan 29 orang 67,4 untuk perempuan. Hasil yang didapat tidak sejalan dengan penelitian Amare et. al. 2012 bahwa konsumsi
karbohidrat laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, laki-laki 460,42 grhari dengan pemenuhan sebesar 59,67 dari total energi dan perempuan 264,78
grhari dengan pemenuhan sebesar 52,73 dari total energi. Tingkat konsumsi protein responden laki-laki dan perempuan paling
banyak berada pada kategori lebih dengan jumlah sebanyak 17 orang 39,5 laki-laki dan 17 orang 39,5 perempuan. Hasil yang sama juga dilaporkan
Amelia 2008 bahwa tingkat konsumsi protein laki-laki 120,75 dan perempuan 120,57 dalam kategori lebih dan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan. Sebaran tingkat konsumsi lemak pada responden laki-laki dan perempuan
juga paling banyak berada pada kategori lebih, laki-laki 30 orang 69,8 dan perempuan 22 orang 51,2. Hal ini sejalan dengan penelitian Amare et. al.
2012, bahwa konsumsi lemak laki-laki di Gondar, Ethiopia, 92,06 grhari dengan pemenuhan sebesar 26,85 dari total energi dan perempuan 74,63 grhari
dengan pemenuhan sebesar 33,44 dari total energi. Tingkat konsumsi serat berada pada kategori defisit, dengan populasi yang
sama yaitu 43 orang 100 laki-laki dan 43 orang 100 perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Amare et. al. 2012 bahwa tingkat konsumsi serat laki-
Universitas Sumatera Utara
laki 21,44 gr dan perempuan 18,41 gr tidak sesuai dengan rekomendasi zat gizi untuk laki-laki 38 grhari dan perempuan 21 grhari.
Data konsumsi makanan dan minuman diambil dengan menggunakan food recall 24 jam yang membutuhkan daya ingat yang baik Supariasa, Bakri
Fajar 2002. Metode ini cocok dilakukan untuk responden penelitian ini, yang merupakan mahasiswa. Dalam membantu responden mengingat apa yang
dimakan, diberi penjelasan waktu kegiatannya, dimulai dari waktu baru bangun, waktu makan siang, makan malam, beserta selingan di setiap waktu makan. Untuk
memudahkan responden dalam menaksir atau memperkirakan jumlah porsi, pewawancara menggunakan alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga
piring, gelas, sendok dan lain-lain atau model dari makanan food model. Keterbatasan yang penulis temukan dalam penelitian ini antara lain adalah
kurang tepatnya perhitungan asupan makanan dan minuman responden menggunakan daftar makanan penukar atau food model. Kemungkinan tidak
jujurnya responden atau responden tidak dapat mengingat makanan dan minuman yang dikonsumsinya selama 24 jam yang lalu.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian gambaran tingkat konsumsi kalori, makronutrien dan serat di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan 2010, didapatkan kesimpulan adalah sebagai berikut: 1.
Tingkat konsumsi kalori pada 86 sampel sebesar 78 termasuk kategori kurang 70-80 AKG, karbohidrat sebesar 62 kategori defisit 70
AKG, protein sebesar 106 kategori baik 100 - 110 AKG, lemak sebesar 116 kategori berlebih 110 AKG, serta serat sebesar 26
kategori defisit 70 AKG. 2.
Sebaran tingkat konsumsi kalori, makronutrien, dan serat jika dibagi berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
a. Tingkat konsumsi kalori responden laki-laki berada pada kategori
sedang sebanyak 16 orang 37,2 dan perempuan berada pada kategori defisit sebanyak 14 orang 32,6.
b. Tingkat konsumsi karbohidrat responden laki-laki berada pada
kategori defisit sebanyak 30 orang 69,8, dan perempuan juga berada pada kategori defisit sebanyan 29 orang 67,4.
c. Tingkat konsumsi protein responden laki-laki dan perempuan berada
pada kategori berlebih sebanyak 17 orang 39,5 laki-laki dan 17 orang 39,5 perempuan.
d. Tingkat konsumsi lemak responden laki-laki dan perempuan berada
pada kategori lebih sebanyak 30 orang 69,8 laki-laki dan 22 orang 51,2 perempuan.
e. Tingkat konsumsi serat responden laki-laki dan perempuan berada
pada kategori defisit sebanyak 43 orang 100.
Universitas Sumatera Utara