Gambaran Umum Iklim Investasi di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Iklim Investasi di Indonesia

Pada awal 1990-an, Indonesia digolongkan menjadi salah satu tujuan utama para investor untuk menanamkan modalnya, diikuti negara Malaysia dan Thailand sebagai negara berkembang yang segera menjadi negara industri baru. Namun pada awal 2000-an, Cina dan Vietnam lebih menarik minat pemodal asing dibandingkan dengan negara Indonesia. 500 50500 100500 150500 200500 250500 300500 350500 400500 1973 1975 1977 19 79 198 1 198 3 198 5 198 7 1989 1991 1993 19 95 19 97 19 99 200 1 Tahun J u m la h M ilia r R p PDB PMDN PMA Sumber: BPS Statistik Indonesia 2002. Gambar 4.1. Perkembangan PMA dan PMDN di Indonesia 1973-2002 Berdasarkan Gambar 4.1. di atas, perkembangan penanaman modal asing atau PMA di Indonesia setiap tahunnya masih jauh kontribusinya terhadap PDB jika dibandingkan dengan kontribusi penanaman modal dalam negeri. Peningkatan penanaman modal dalam negara tidak selalu diikuti oleh peningkatan penanaman modal asing. Peningkatan modal dalam negeri sangat penting manfaatnya bagi penerimaan PDB, tetapi alangkah lebih baik jika penanaman modal asing juga mengalami peningkatan. Rendahnya pertumbuhan penanaman modal asing di Indonesia merupakan gambaran kurangnya minat para investor asing untuk menanam modal di Indonesia. Iklim investasi yang baik membutuhkan stabilitas ekonomi makro yang kondusif. Kemampuan pemerintah memberikan jaminan kepastian keamanan bagi investor secara makro ekonomi akan mengurangi risiko memulai usaha. Berdasarkan laporan Bank Dunia diketahui bahwa tingkat risiko berinvestasi di Indonesia hanya lebih baik sedikit dibandingkan dengan negara Myanmar untuk wilayah Asia Tenggara. Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan karena jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya Indonesia jauh lebih berisiko untuk melaksanakan investasi. Dipastikan bahwa para investor akan lebih tertarik berinvestasi di negara lain daripada di Indonesia. Untuk kesekian kalinya, iklim investasi di Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terburuk di dunia Investor Daily: 17 November 2005. Menurut Bank Dunia, Indonesia bukanlah menjadi tujuan utama investasi asing para pemodal yang sudah mengenal Indonesia pun berusaha menghindari negeri ini. Hasil survei Bank Dunia terhadap 175 negara menunjukkan, iklim investasi di Indonesia tergolong paling buruk di dunia dengan urutan ke 155 negara. Iklim investasi yang dimaksudkan mencakup stabilitas ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan, ketidakpastian hukum, sistem perpajakan, regulasi, korupsi, ketersediaan sumber daya manusia yang terampil, dan ketersediaan fasilitas infrastruktur yaitu seperti listrik, jalan, pelabuhan, telekomunikasi, dan lain sebagainya. Semuanya ini tidak berarti bahwa tidak ada kemajuan, Homi Karas Ekonom Bank Dunia Investor Daily: 17 November 2005 menyatakan bahwa tahun 2005 volume investasi di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan, sehingga mencapai pertumbuhan dua digit. Namun pemerintah wajib mereformasi berbagai sektor terkait dengan investasi secara konsisten. Dalam rangka memperbaiki iklim investasi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden mengenai paket kebijakan perbaikan iklim investasi nomor 3 tahun 2006. Melalui paket perbaikan iklim investasi ini, pemerintah berharap realisasi investasi di Indonesia semakin meningkat. Tingginya realisasi paket investasi ini diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi, yang beberapa triwulan terakhir ini melambat akibat tingginya laju inflasi dan naiknya suku bunga perbankan pasca kenaikan harga bahan bakar minyak. Indonesia diharapkan menjadi salah satu negara yang cukup menarik bagi para investor. Laporan terbaru, survei dari IFC International Finance Corporation dan Bank Dunia Kompas, 07 September 2006 menyatakan, Indonesia berada diperingkat ke-135 dari 175 negara dalam hal kemudahan memulai usaha baru. Peringkat ini mengalami peningkatan dari posisi ke-155 tahun lalu, perbaikan ini tidak sesignifikan dibandingkan negara lain. Menurut Caralee McLiesh Ekonom IFC, penurunan peringkat tersebut bukan berarti negatif bagi Indonesia, tetapi perbaikan iklim investasi yang terjadi di negara-negara lain sangat signifikan sementara di Indonesia tidak.

4.2. Gambaran Iklim Investasi di Beberapa Negara