40 setelah diberikan koagulan. Dari tabel terlihat bahwa sensitivitas baik untuk warna dan turbiditas
pada penggunaan aluminium sulfat bubuk bernilai negatif, hal ini menandakan bahwa walaupun kualitas air meningkat dimana nilai penurunan parameter air baku dan air hasil jar test
mengalami penurun yang cukup besar apabila jumlah dosis ditambahkan, namun nilainya tidak sebesar saat pemberian dosis yang lebih rendah. Dapat dikatakan bahwa dengan dosis yang lebih
rendah diperoleh nilai delta selisih penurunan nilai kualitas yang lebih besar. Dan untuk sensitivitas yang bernilai postif hal ini menandakan bahwa dengan semakin tingginya dosis yang
diberikan maka semakin besar nilai delta selisih penurunan nilai kualitas air yang diperoleh.
4.3 Perhitungan Biaya dan Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair
Tabel 5 .Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina basah
Uraian Satuan
Jumlah Harga Rp
Biaya Rp Alumina Basah
Kg 1421
1.760 2.500.960
Asam Sulfat Kg
2024 1.430
2.894.320 Biaya Listrik
Kwhbatch 150
1.000 300.000
Biaya Penyusutan
Rp 605.700,12
Biaya Tenaga kerja
Rp 2
3.725.747 124.191,57
Biaya Perawatan Rp
2.000.000 66.666,67
Total Rp
6.491.838,36
Tabel 5.Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina kering
Uraian Satuan
Jumlah Harga Rp
Biaya Rp Alumina Kering
Kg 1512
3.200 4.838.400
Asam Sulfat Kg
2024 1.430
2.894.320 Biaya Listrik
Kwhbatch 150
1.000 300.000
Biaya Penyusutan Rp
605.700,12 Biaya Tenaga kerja
Rp 2
3.725.747 124.191,57
Biaya Perawatan Rp
2.000.000 66.666,67
Total Rp
8.829.278,36
Dari Tabel 4 dan Tabel 5 diperoleh biaya produksi untuk aluminium sulfat cair dengan menggunakan alumina basah sebesar Rp 6.491.838,36 per produksi dan Rp 8.829.278,36 per
produksi dengan menggunakan alumina kering. Dengan jumlah produksi sebesar 5.739 kg per
41 produksi maka diperoleh nilai untuk harga pokok produksi sebesar Rp 1.131,17 kg untuk
aluminium sulfat dengan alumina basah dan Rp 1.538,46 kg untuk aluminium sulfat cair dengan alumina kering. Dari perhitungan ini terlihat bahwa harga aluminium sulfat cair sebagai koagulan
baik dengan menggunakan alumina kering atau basah lebih murah dibandingkan dengan harga aluminium sulfat bubuk yang harganya Rp 1.760 kg. Namun perlu dilakukan perhitungan
berdasarkan keadaan yang sebenarnya dilapangan, maka perhitungan harga pokok produksi ini baik dengan alumina kering dan alumina basah harus disesuaikan dengan hari produksi pabrik
aluminium cair dalam memproduksi aluminium sulfat cair setiap bulannya agar lebih terlihat nilai sebenarnya dari harga pokok aluminium sulfat cair tersebut.
Tabel 6 . Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair
Bulan Jumlah Hari Produksi
Hari Harga Pokok Produksi
Rpkg Juli 2011
6 2209,94
Agustus 2011 8
1440.25 Sepetember 2011
15 1211,97
Oktober 2011 10
1282,33 November 2011
8 1152,77
Desember 2011 9
1034,39 Januari 2012
10 1075,44
Februari 2011 17
994,04 April 2011
21 1026,71
Gambar 26. Grafik harga pokok produksi aluminium sulfat cair Dari Gambar 26 terlihat penurunan harga pokok produksi aluminium sulfat cair seiring
dengan meningkatnya hari produksi aluminium sulfat cair itu sendiri. Namun terlihat pada bulan April 2012 terjadi peningkatan harga dibandingkan bulan Februari 2012 meskipun jumlah hari
produksinya meningkat, hal ini disebabkan oleh pengaruh yang cukup besar dari jumlah aluminium sulfat cair yang digunakan. Jumlah konsum aluminium cair disini digunakan sebagai
faktor pembagi dari biaya produksi setiap bulannya sehingga dapat diperoleh harga pokok produksinya.
42
Tabel 7
. Tabel Konsumsi Aluminium Sulfat Cair Bulan
Konsumsi Aluminium Cair Kg
Juli 2011 26.276
Agustsu 2011 48.227
Sepetember 2011 90.205
Oktober 2011 63.049
November 2011 60.254
Desember 2011 98.145
Januari 2012 69.882
Februari 2012 121.440
April 2012 139.764
Apabila jumlah hari produksi meningkat maka biaya produksi pun akan meningkat namun hal lain yang mempengaruhi nilai akhir dari harga pokok produksi itu sendiri adalah jumlah
aluminium cair yang digunakan. Terlihat bahwa apabila hari produksi setiap bulannya lebih dari 17 hari maka dapat menyebabkan kenaikan harga pokok produksi aluminium sulfat sebab biaya
produksinya akan jauh meningkat dan harga pokok tersebut dapat turun lebih murah apabila konsum aluminium yang digunakan juga sangat besar. Sebab nilai dari konsum aluminium yang
berfungsi sebagai pembagi. Jumlah hari produksi apabila dilihat dari harga pokok produksi yang diperoleh setiap bulannya yang tepat adalah apabila diatas 10 hari sehingga harga yang diperoleh
tidak jauh berbeda dengan harga yang diperoleh dari perhitungan harga pokok produksi senilai Rp 1.100,31 kg. Penggunaan alumina basah ataupun alumina kering sebagai bahan baku belum
dapat dianalisis lebih lanjut karena penggunaan alumina kering sebagai bahan baku hanya di bulan Desember tahun 2011 saja selama sembilan bulan pabrik aluminium sulfat beroperasi. Dan
pada bulan tersebut harga pokok produksi yang diperoleh lebih rendah dari perhitungan harga pokok produksi sebelumnya. Harga pokok produksi alum sulfat cair pada bulan Maret tidak dapat
diperoleh disebabkan keadaan dilapangan dimana pada bulan tersebut tidak dilakukan produksi aluminium sulfat sehingga selama sebulan penuh koagulan yang digunakan adalah aluminium
sulfat bubuk.
Agar biaya produksi dapat semakin spesifik maka perlu dilakukan perhitungan biaya produksi aluminium sulfat cair untuk per m
3
air produksi. Dengan menggunakan asumsi produksi air sebesar 100.000 m
3
maka diperoleh perhitungan sebagai berikut
43
Tabel 8 . Biaya Produksi Per m3 Air
Keterangan Satuan
Alumina Basah Alumina Kering
Aluminium Sulfat Bubuk
Harga Pokok Produksi
Rp kg 1.131,17
1538,46 1.760
Koefisien 2,125
2,125 1
Rasio Pemakaian 1,008
1,016 1
PPM Pemakaian ppm
107.10 107.95
50 Produksi Air
m
3
100.000 100.000
100.000 Pemakaian
Aluminium Ton
10,710 10,795
5 Perbandingan
Dengan Alum Bubuk
Ton 5,04
5,3 5
Biaya Produksi Rp
5.559.526 7.923.500
8.800.000 Biaya produksi per
m
3
Rp 55
79 88
.
4.4 Sensitivitas Biaya