43
Tabel 8 . Biaya Produksi Per m3 Air
Keterangan Satuan
Alumina Basah Alumina Kering
Aluminium Sulfat Bubuk
Harga Pokok Produksi
Rp kg 1.131,17
1538,46 1.760
Koefisien 2,125
2,125 1
Rasio Pemakaian 1,008
1,016 1
PPM Pemakaian ppm
107.10 107.95
50 Produksi Air
m
3
100.000 100.000
100.000 Pemakaian
Aluminium Ton
10,710 10,795
5 Perbandingan
Dengan Alum Bubuk
Ton 5,04
5,3 5
Biaya Produksi Rp
5.559.526 7.923.500
8.800.000 Biaya produksi per
m
3
Rp 55
79 88
.
4.4 Sensitivitas Biaya
4.4.1 Sensitivitas Harga Pokok Produksi Alumina Basah
Gambar 27 . Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina basah
44
Gambar 28 . Tornado Chart HPP alumina basah
Dengan menggunakan Crystal Ball dilakukan uji untuk mengetahui sensitivitas dari harga pokok produksi aluminium sulfat cair baik dengan menggunakan alumina basah dan alumina
kering.dengan memasukkan variabel asumsi pada distribusi Triangular dan Normal. Pada Gambar 28 terlihat Tornado Chart yang menunjukkan besarnya nilai dari variabel yang mempengaruhi
perubahan nilai harga pokok produksi alum sulfat cair dengan bahan baku alumina basah. Variabel yang memiliki nilai sensitivitas tertinggi adalah asam sulfat sebesar 51, alumina basah
sebesar 15,5 , tenaga kerja 10, listrik 1,5 , perawatan 0,7, jumlah produksi -2,9 dan penyusutan -6,6 seperti yang terlihat pada Gambar 27. Perubahan harga pokok produksi
aluminium sulfat cair dengan bahan baku alumina basah sangat dipengaruhi atau paling sensitiv terhadap harga asam sulfat. Kenaikan HPP asam sulfat dengan alumina basah paling maksimum
yang dapat diterima adalah hingga menjadi Rp 1.200 kg.
Apabila harga asam sulfat meningkat menjadi Rp 3.093.857 atau sebesar 23,7 maka HPP asam sulfat dengan menggunakan alumina basah menjadi Rp 1.200. begitu juga dengan
variabel alumina basah apabila terjadi kenaikan harga menjadi Rp 2.5593.562 atau sebesar 3,7 maka HPP asam sulfat dengan alumina basah menjadi Rp 1.200 kg begitu juga terhadap variabel
lainnya. Kenaikan HPP pada saat itu ditentukan oleh perubahan dari satu variabel produksi saja, bukan dari keseluruhan variabel secara bersamaan. Biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja jika
dilihat pada Tornado Chart berada pada bagian bawah urutan keenam dan ketujuh grafik hal ini cukup menjelaskan bahwa pengaruh dari perubahan harga yang mungkin terjadi pada varibael
– variabel tersebut tidak memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap perubahan HPP dan
nilai dari ketiga variabel tersebut cenderung tetap biaya tetap atau biasa disebut dengan keadaan non- monotomik.
Biaya perawatan berada pada urutan keempat cukup memberikan dampak terhadap HPP karena biaya perawatan mempengaruhi dari biaya overhead pabrik, dan biaya perawatan dapat
berubah- ubah setiap waktunya tergantung pada keadaan pabrik apabila pabrik mengalami
45 kerusakan alat atau sebagainya. Biaya listrik berada pada urutan ketiga hal ini dapat dilihat dari
pengaruh kemungkina perubahan harga satuan listrik sehingga dapat menyebabkan perubahan pula pada biaya listrik yang harus dikelurakan. Pada saat pelaksanaan penggunaan alumina basah
sebagai bahan baku dalam memproduksi aluminium sulfat variabel yang perlu mendapat perhatian khusus adalah asam sulfat dan harga dari alumina basah itu sendiri. Karena kedua
variabel ini yang menunjukkan nilai sensitivitas yang cukup tinggi.
4.4.2 Sensitivitas Harga Pokok Produksi Alumina Kering