4 Keadaan Tanah, Geologi dan Topografi

4.6.2 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat merupakan indikator kualitas sumberdaya manusia suatu masyarakat yang berpengaruh nyata terhadap cara suatu masyarakat dalam menilai dan mempersepsi keberadaan TNMB. Pendidikan masyarakat di sekitar TNMB, secara umum berpendidikan rendah. Kenyataan ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti tingkat pendapatan yang relatif rendah, keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara pemukiman penduduk dengan lokasi lembaga pendidikan yang relatif jauh, kultur dan tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pentingnya investasi pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar TNMB dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di desa-desa penyangga TNMB No Kabupaten KecamatanDesa Tingkat Pendidikan Tdk Sekolah Tdk Tamat SD Lulus SD Sederajat Lulus SMP Sederajat Lulus SLTA Sederajat Lulus Diploma PT Jumlah

1. Kab. Jember:

A. Kec. Tempurejo:

1. Ds. Andongrejo 2.934 9 2.230 190 36 11 5.495 2. Ds. Curahnongko 2.350 341 2.314 324 296 41 5.716 3. Ds. Wonoasri 801 1.025 5.302 809 763 31 8.731 4. Ds. Sanenrejo 2.704 960 1.734 289 159 13 5.859 5. Ds. Curahtakir 2.735 1.258 2.442 3.203 1.270 27 10.939

B. Kec. Silo:

6. Ds. Mulyorejo 2.403 1.247 2.475 2.231 1.143 23 12.307

2. Kab. Banyuwangi

C. Kec. Pasanggaran

7. Ds. Sarongan 496 990 2.177 1.351 901 8 5.923 8. Ds. Kandangan 768 1.134 2.908 2.142 1.560 47 8.559 Jumlah 15.191 6.964 21.582 10.539 6.128 201 60.744 Sumber: Anonim 2007 Pada Tabel 19 di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan TNMB sangat beragam, dari tidak pernah sekolah hingga tamat perguruan tinggi. Sebagian besar masyarakat di sekitar TNMB berpendidikan lulus SDSederjat sebanyak 21.582 orang, kemudian berturut-turut disusul tidak atau belum sekolah sebanyak 15.191 orang, lulus SMPSederajat sebanyak 10.539 orang, tidak lulus SD sebanyak 6.964 orang, lulus SLTASederajat sebanyak 6.128, lusus PTDiploma sebanyak 21 orang.

4.6.3 Jenis mata pencaharian

Mata pencaharian utama masyarakat desa di sekitar kawasan penyangga TNMB pada umumnya adalah petani dan buruh tani maupun penggarap dengan distribusi penguasaan lahan pertanian yang kecil dan tidak merata. Jumlah penduduk menurut jenis mata pencaharian atau jenis pekerjaan dapat dilihat dalam Tabel 20. Tabel 20 Jenis mata pencaharian penduduk desa-desa di sekitar TNMB No Kabupaten KecamatanDesa Mata pencaharian penduduk Total Petani Pedagang PNSTNI Polri Nelayan Peg. Swasta Tukang Jasa Pemilik Buruh 1. Kab. Jember: A. Kec. Tempurejo: 1. Ds. Andongrejo 1.230 1.269 280 10 53 1.664 301 5 4.812 2. Ds. Curahnongko 1.540 1.211 42 54 - 1.203 216 35 4.301 3. Ds. Wonoasri 3.766 2.177 277 57 - - 289 22 6.588 4. Ds. Sanenrejo 3.265 1.906 319 43 - 56 109 8 5.706 5. Ds. Curahtakir 6.388 4.011 137 63 - 138 60 - 10.797

B. Kecamatan Silo:

6. Ds. Mulyorejo 304 1.693 153 32 - 1.084 26 29 3.321

2. Kab. Banyuwangi

C. Kec. Pasanggaran

7. Ds. Sarongan 982 1.102 39 112 235 896 19 16 3.401 8. Ds. Kandangan 3.200 1.411 120 37 3 1.242 - 20 6.033 Jumlah 20.675 14.780 1.367 408 291 6.283 1.020 135 44.959 Sumber: Anonim 2007 Dari Tabel 20, maka jenis sumber mata pencaharian utama masyarakat di sekitar TNMB adalah sektor pertanian, dengan jumlah petani pemilik sebanyak 20.675 orang, buruh tani sebanyak 14.780 orang, pegawai swasta sebanyak 6.283 orang, Dagang sebanyak 1.367 orang, tukang sebanyak 1.020 orang, PNSTNIPolri sebanyak 408 orang, nelayan sebanyak 291 orang, dan jasa sebanyak 135 orang. Pekerjaan pokok penduduk yang tinggal di kawasan TNMB terdiri dari dua kelompok masyarakat, yakni masyarakat di luar sektor perkebunan dan masyarakat yang bekerja di sektor perkebunan. Masyarakat yang bekerja di sektor perkebunan sebagai pegawai PT. Sukamade dan PT. Bandealit mendapatkan upah harian sebesar Rp. 16.000 – Rp. 17.500hari, khusus pada hari kerja 15 15 Wawancara dengan Kepala Dusun Sukamade, sekaligus sebagai pegawai tetap PT. Sukamade . Di luar hari kerja mereka tidak mendapatkan gaji, dan untuk menyambung hidup di tengah hutan mereka diperkenankan untuk bercocok tanam pada lahan yang disewa oleh pihak Perkebunan.