Tabel 4 Kegiatan yang dilarang X dalam berbagai kategori kawasan yang dilindungi
No Kegiatan
TN menurut
Zonasi Cagar
Alam Suaka
Marga Satwa
Taman Wisata
Taman Buru
Zona Penyangga
dalam Batas
Khusus Hutan
Lindung
01 Menanam tanaman
pangan X
X X
X X
X X
02 Menanam pohon
X X
X -
- -
- 03
Permukiman X
X X
X X
X X
04 Penebangan pohon
untuk komersial X
X X
X X
X X
05 Pengambilan herba dan
kayu bakar X
X -
X X
- -
06 Berburu
X X
X X
- X
- 07
Menangkap ikan -
X X
08 Berkemah
- X
- -
- -
- 09
Koleksi ilmiah dengan izin
- X
- -
- -
- 10
Pengelolaan habitat -
X -
- -
- -
11 Introduksi non eksotik
- X
- -
- -
- 12
Introduksi eksotik X
X X
- X
- -
13 Pengambilan rotan dan
kayu dengan izin X
X X
X -
- -
14 Eksplorasi mineral
- X
- X
- -
- 15
Pengendalian marga satwa
- X
- -
- -
- 16
Pemanfaatan oleh pengunjung
- X
- -
- -
-
Sumber: Sumardja et al. 1984 dalam MacKinnon et al. 1990
2.2.4 Rehabilitasi Kawasan Penyangga TNMB
Kawasan rehabilitasi seluas 5.470 Ha 1995 dan atau 4.023 2005 eks hutan jati di Kabupaten Jember maupun di Kabupaten Banyuwangi yang diduduki
oleh masyarakat kondisinya hingga saat ini masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan Lampiran Kepmenhut No. 8205Kpts-II2002, bahwa bagian
kawasan Taman Nasional di luar selain zona inti yang mengalami kerusakan atau degradasi karena bencana alam atau karena sebab-sebab lainnya, perlu
dilakukan tindakan rehabilitasi secara berencana dan berkesinambungan agar sesuai dengan kriteria Taman Nasional dan kembali dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, sebagai sistem penyangga kehidupan. UU No.411999 tentang Kehutanan, Pasal 40 menegaskan bahwa
rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk, memulihkan, mempertahankan, meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Selanjutnya Pasal 41:
1 Rehabilitasi hutan dan lahan diselenggarakan melalui kegiatan; a. Reboisasi, b. Penghijauan, c. Pemeliharaan, d. Pengayaan tanaman, atau e. Penerapan teknik
konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan tidak produktif. 2 Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan di semua hutan
dan kawasan hutan, kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional.
Pasal 42 ayat 1 dinyatakan bahwa rehabilitas hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik. Ayat 2 bahwa
penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya melalui pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan
memberdayakan masyarakat. Reboisasi adalah upaya rehabilitasi berupa pembuatan tanaman hutan
dengan cara penanaman pohon-pohon yang dilaksanakan di dalamkawasan hutan Dephut 1997. Rehabilitasi Kawasan Taman Nasional
11
11
Dasar hukum pelaksanaan rehabilitasi di Kawasan Taman Nasional adalah; 1 UU Nomor: 5 Tahun 1990 tentang KSDAHE, 2 UU Nomor: 5 Tahun 1994 tentang Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati Kawasan Taman
Nasional, 3 UU No: 23 Tahun 1997 Tentang PLH, 4 UU No: 22 tentang Pemda, sudah direvisi menjadi UU No: 34 Tahun 2004 tentang Pemda, 5 UU No: 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, 6 PP No: 68 Tahun 1998 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, 7. PP No: 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan satwa, 8 PP Nomor: 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah Otonom, 9
Kepmenhut No: 20Kpts-II2001 tentang Pola Umum dan Standar Sert Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan Lamp. Kepmenhut No: 8205Kpts-II2002.
adalah kegiatan pemulihan kondisi sebagai kawasan Taman Nasional selain di dalam zona inti
menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiah, melalui kegiatan reboisasi, pemeliharaan dan pengkayaan jenis. Beberapa kegiatan rehabilitasi mencakup
inventarisasi, persemaian, pemeliharaan jenis, pengkayaan tumbuhan, pemeliharaan tanaman reboisasi, dan pengamanan Lamp. Kepmenhut No:
8205Kpts-II2002. Prinsip dasar dari pelaksanaan rehabilitasi di Kawasan Taman Nasional,
dari aspek ekologi, adalah; 1. Pelestarian keanekaragaman jenis yang tinggi dalam menentukan jenis tumbuhan, jumlah dan anakan atau bibit yang digunakan dalam
rehabilitasi, b. Pembinaan dan peningkatan untuk pemulihan kualitas habitat jenis flora dan fauna seperti keadaan semula. Waktu pelaksanaan penanaman
disesuaikan dengan musim penghujan atau dengan teknik penyiraman lainnya. Dari aspek sosial ekonomi, yakni; 1. Melibatkan keikutsertaan para pihak terkait
stakeholders, dan, 2. Menghindarkan atau menekan sekecil mungkin segala bentuk penyimpangan yang menyebabkan yang menyebabkan pelaksanaan
rehabilitasi tidak efisien Lamp. Kepmenhut No: 8205Kpts-II2002.
2. 3 Akses Masyarakat terhadap Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Ribot Pelusso 2003 menyatakan akses berbeda dengan properti dalam banyak hal. Akses adalah kemampuan ability untuk mendapatkan manfaat dari
sesuatu – termasuk materi, orang, institusi, dan simbol -- merupakan perluasan dari definisi klasik properti property sebagai hak untuk mendapat keuntungan
dari sesuatu. Dalam konteks ini, maka akses berkaitan dengan bundle of power daripada sebagai gagasan properti bundle of rights. Dengan memfokuskan
pada hal kemampuan, ketimbang dalam hal hak dalam teori properti, formulasi ini memberi cakupan yang lebih luas dalam hubungan sosial yang dapat mendesak
atau memungkinkan orang untuk memanfaatkan sumberdaya tanpa memfokuskan dalam hubungan properti
12
Analisis akses menurut Ribot Pelusso 2003 dapat membantu memahami mengapa beberapa orang atau institusi memperoleh manfaat dari
sumberdaya, apakah mereka mempunyai hak right atau tidak untuk menggunakannya. Hal inilah yang merupakan perbedaan penting antara analisis
akses dan properti. Studi tentang akses berkaitan dengan pemahaman bermacam cara orang untuk mendapatkan manfaat dari sumber daya termasuk hubungan
properti. Fokusing pada sumberdaya alam, memungkinkan diselidikinya jarak kekuasaan yang mempengaruhi kemampuan orang untuk mengambil manfaat
. MacPherson 1978 mengkarakteristikkan properti sebagai ”... hak dalam
pengertian sebagai klaim yang dapat dilaksanakan enforceable claim untuk menggunakan atau mendapatkan manfaat dari sesuatu. Enforceable claim adalah
sesuatu yang telah dikenal dan didukung oleh lingkungan masyarakat society melalui hukum, kebiasaan, atau konvensi. Properti dan akses berkaitan dengan
hubungan diantara orang dalam hal mendapatkan manfaat atau nilai. Konsep akses bertujuan untuk memfasilitasi analisis dasar terhadap siapa
yang sebenarnya memperoleh manfaat dari sesuatu dan melalui proses apa mereka dapat melakukannya. Akses secara empiris”...fokus terhadap isu siapa yang
menggunakan dan siapa yang tidak apa, dengan cara apa, dan kapan dalam hal apa”? Neale 1998. Menggunakan dapat berarti kesenangan terhadap semacam
manfaat atau urutan manfaat Hunt 1998.
12
Properti dapat menimbulkan semacam klaim atau hak right pengakuan dan dukungan sosial socially acknowledged and supported, baik pengakuan oleh hukum positif, kebiasaan, atau konvensi Ribot dan Pelusso , 2003.