Akses Mafia Tambang Tahun 2008 - 2010; GNKL Memukul Mundur Bupati Jember dan Mafia Tambang

Pemerintah Kabupaten Jember: Memecah Belah Masyarakat demi Akses Tambang Kebijakan Pemerintah Kabupaten Jember yang mengantung kebijakan izin tambang tanpa sikap politik yang jelas, mendorong GNKL untuk menekan dan menuduh Bupati Jember melakukan tindakan memecah belah masyarakat ditengah kedamaian hidup masyarakat perdesaan; “Tanggung-jawab politik pemerintah kabupaten sesungguhnya tidak cukup hanya berpikir tentang peningkatan PAD, tetapi juga berpikir yang lebih holistik, bahwa keluarnya izin tambang --belum pelaksanaannya-- telah melahirkan kerapuhan sosial antar tokoh dan antar warga serta antar pemuda desa yang luar biasa di Pace dan Mulyorejo Silo, di Curahtakir dan Andongrejo Tempurejo. Harga kedamaian hidup masyarakat dalam kesahajaan lebih berarti dan lebih mahal daripada sekedar berpikir meningkatkan PAD melalui tambang mangan yang secara faktual terbukti rugi dan tidak mensejahterkan masyarakat setempat 260 Sdr. Bupati jangan membangun basis ekonomi masyarakat Jember dengan harapan dan mimpi kosong...Jangan mengorbankan masa depan masyarakat desa hutan, demi berharap upeti tambang;.... Jangan menyakiti hati dan pikiran masyarakat Jember, berapapun jumlah orangnya dengan menerapkan strategi adu-domba “Pro versus Kontra akses tambang”, demi nafsu tambang Sdr. Bupati dan Kepala Disperindag Jember. Jangan bermain tarik-ulur dan menunda-nunda pencabutan SK izin usaha KP, karena hal itu dapat berakibat fatal pada akumulasi kemarahan masyarakat yang berujung pada tindakan anarkhis. Jika tindakan anarkhis terjadi, maka Sdr. Bupati Jember dan Kepala Disperindag Jember, secara nyata dan meyakinkan telah menjadi mediator bagi timbulnya kekerasan masyarakat violance mediated. . Atas dasar ini, maka slogan membangun desa jawabannya pasti bukan dengan tambang. Dampak langsung dari pemaksaan izin akses tambang adalah memanasnya situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Silo, berupa indikasi “target penangkapan disertai ancaman kekerasan fisik dan dihabisi” terhadap masyarakat dan pemuda desa kontra tambang, oleh sekelompok preman pro tambang, yang disewa oleh pihak-pihak tertentu. 261 Tekanan tersebut dilakukan oleh GNKL, sebagai bentuk perlawanan terhadap arogansi statemen politik Bupati Jember pada akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2008, seperti diberitakan oleh Radar Jember menginstruksikan aparat keamanan agar menembak ditempat setiap warga masyarakat Silo yang merambah dan merusak hutan. Pada beberapa bulan kemudian, yakni September 2008, Bupati Jember justeru melakukan tindakan sebaliknya, melalui Kepada Disperindag dan Penanaman Modal justeru mengeluarkan ijin tambang batu 260 Angka Kemiskinan Puger dengan adanya tambang mangan: 16.652 15,59 dari 106.832 Jiwa; sementara angka kemiskinan di Silo, dengan tanpa Tambang: 1.160 1,23 dari 94.558 Jiwa BPS, 2001. Atas dasar ini, maka slogan membangun desa jawabannya pasti bukan dengan tambang 261 Siaran Pers dan Surat Nasihat GNKL untuk Bupati Jember, No: 05GNKL-PCNUKIII.09, Perhal: Nasihat untuk Bupati Jember agar Segera Cabut SK Izin Usaha KP Eksploitasi Mangan dan Semua Jenis Tambang Golongan A dan B di Silo mangan untuk CVWS di kawasan Babansilosanen Silo, yang tidak ada dalam RTRW kabupaten dan RTRW nasional. Keluarnya izin yang mengancam eksistensi dan keamanan kawasan hutan lindung Babansilosanen dan perbatasan TNMB tersebut menunjukkan bahwa Bupati Jember telah melanggar komitmen dan moralitas politiknya sendiri, dengan mengeluarkan kebijakan yang merusak kawasan konservasi dan kawasan resapan air. Kerusakan yang diakibatkan oleh kebijakan Bupati Jember yang salah, memiliki konsekuensi kerusakan lingkungan yang jauh lebih parah dibandingkan dengan kerusakan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Kebijakan demikian tidak pantas dipertontonkan kepada masyarakat Silo 262 1. Segera membayar ganti kerugian atau mengembalikan sejumlah biaya perizinan yang sudah dikeluarkan oleh pihak penambang sesuai dengan UU dan peraturan yang berlaku serta sesuai kemampuan keuangan daerah dan dengan cara-cara yang benar dan transparan; . Di samping tekanan di atas, GNKL juga memberi jalan keluar dari maladministrasi kebijakan yang terlanjur dikeluarkan dan peringatan kepada Bupati Jember dan Kepala Disperindag Jember, sebagai berikut; 2. Dalam menjalankan amanat masyarakat Jember, sebagai Bupati Jember agar jangan sekali-kali menjadikan kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai alat transaksi politik; 3. Dalam menjalankan kebijakan pemerintah, Bupati Jember agar tidak membangun moralitas kebijakan publik yang buruk dengan menjadikan tambang sebagai media atau arena adu-domba dan permaianan memecah-belah masyarakat; Pro versus Kontra akses tambang, dalam ketidak-tahuan sebagian kecil masyarakat yang pro tambang, terkait dengan fakta dan sejarah kegiatan tambang yang sesungguhnya; 4. Dalam menjalankan kebijakan pemerintah, Bupati Jember agar tidak bermain dengan logika pembodohan dan penipuan yang dikonstruksi dalam mimpi masyarakat sejahtera dan perluasan lapangan kerja. Pembodohan dan penipuan terhadap masyarakat Jember adalah pembodohan dan penipuan terhadap diri Sudara Bupati sendiri. Fakta telah membuktikan, bahwa dimanapun tambang beroperasi termasuk di kecamatan Puger, kemiskinan dan perbudakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di sekitar lokasi tambang; 5. Kegiatan pertambangan pada kawasan lindung dan konservasi yang rawan bencana tidak sebanding dengan keuntungan yang diharapkan diperoleh dari kegiatan tambang, dalam kondisi kelembagaan Pemerintah kabupaten rapuh dan kolaps. Kegiatan tambang jangan dipaksakan dalam kondisi Kepala Disperindag dan penanaman modal tidak mengerti dan tidak mampu membedakan antara AMDAL dengan UKL dan UPL; 6. Bupati Jember dan Kepala Disperindag Jember agar segera bertobat dan kembali kejalan yang benar; jangan sekali-kali menjadikan perbuatan atau kegiatan ilegal -- tambang ilegal atau tanpa izin peti-- sebagai dasar hukum untuk mengeluarkan izin eksploitasi tambang dan atau legalisasi tambang dalam RTRW 263 262 Ibid. 2009 263 Ibid. 2009

E. Koalisi Pemkab Jember dan Mafia Pertambangan; Memperalat Lembaga

Penelitian Lemlit Universitas Jember Reaksi atas Terbentuknya Tim Peneliti Independen Kontra akses tambang yang massif dari masyarakat Pace dan Mulyorejo yang didampingi oleh GMKL dan Koalisi GARANG, membuahkan kesimpulan DPRD Jember untuk membentuk Tim Independen untuk meneliti kelayakan tambang mangan di Silo, dengan biaya penelitian ≥ Rp. 250 juta. Pembentukan tim independen diputuskan oleh Ketua DPRD Jember 264 “Proses penunjukan dan pembentukan tim serta pembiayaan oleh Pemerintah kabupaten Jember? Lalu bagaimana mengkonstruksi dan menjamin bahwa hasil penelitiannya objektif, independen dan tidak bias kepentingan tambang? . Namun, dalam proses penunjukan dan pembentukan tim serta pembiayaan penelitian, diambil alih oleh pemerintah kabupaten melalui Sekertaris Kabupaten Sekkab Jember. Proses penunjukan tim independan demikian melahirkan kecurigaan dari LSM-L HAMIM Jember. 265 “Tim Ahli Kelayakan Pertambangan itu tidak ada dan tidak dikenal dalam kegiatan eksploitasi pertambangan. Yang ada itu tim AMDAL yang dibentuk dan atau konsultan yang dibayar oleh pihak propenant investor. Setelah itu, hasil kajiannya dinilai oleh KOMISI AMDAL berdasarkan tingkatan AMDAL-nya AMDAL Tunggal atau Proyek, AMDAL Terpadu atau Multisektor, dan AMDAL Kawasan, apakah memiliki kelayakan sosial, ekonomi dan ekologi untuk diteruskan. Sementara GNKL merenspon keputusan pembentukan tim tambang dari aspek dasar hukum berkaitan dengan eksploitasi energi dan sumberdaya mineral ESDM sebagai berikut; 266 Karena itu, hasil penelitian tim tambang Lemlit tidak bisa dijadikan sebagai dasar untuk melegalisasi tambang yang ditolak oleh masyarakat Pace dan Mulyorejo, dan juga ditolak oleh PCNU Jember.” 267 LSM dan Ormas mahasiswa anti tambang Jember, yang terdiri dari; YPSM, HAMIM, GPP, STeKSA, SERBUK, ALAM HIJAU, KARST, GNKL, HMI Jember , PMII Jember, dan FORKOMPAC Pace Silo yang tergabung dalam Kolaisi GARANG Gerakan Rakyat Anti Tambang, mengeluarkan komunike politik bersama terkait dengan rencana pembentukan dan penelitian yang akan 264 Radar Jember, September 2009 265 Wawancara dengan Direktur LSM-L HAMIM Jember, September 2009 266 PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL, Pasal 2 ayat 3 267 Wawancara dan statemen politik GNKL pada Diskusi Penolakan Tambang yang diselenggrakan oleh Pers Mahasiswa PRIMA FISIPOL Universitas Jember, Oktober 2009 dilakukan oleh tim independen yang tidak independen, menyambut pelantikan anggota DPRD Jember yang baru, sebagai berikut; 1. Bahwa pembentukan Tim Independen dalam eksplorasi dan eksploitasi ESDM tidak memiliki dasar hukum dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait UU No. 111967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan, UU No. 51990, UU No. 231997, UU No. 411999, UU No. 322004, UU No. 262007, PP No. 291999, PP No. 25, PP No. 262008; 2. Bahwa Tim Independen yang Tidak Independen pada poin 1 satu telah menetapkan alokasi anggaran lebih dari Rp. 250 juta untuk suatu tujuan yang tidak memiliki landasan hukum dan melawan hukum adalah ilegal, dan tidak akan mampu meredam gerakan penolakan dari masyarakat, LSM Lingkungan dan Ormas Mahasiswa Jember. 3. Bahwa motivasi atau inisiatif pembentukan Tim Independen hanyalah akal-akalan sdr. Ketua DPRD, Komisi B DPRD Jember dan sdr. Bupati Jember c.q Kepala Disperindag dan ESDM kabupaten Jember untuk tujuan pemaksaan pelaksanaan eksploitasi tambang serta melegalisasi alokasi dan pencairan anggaran sebagai bekal tambahan dalam mengakhiri masa tugas mereka sebagai anggota DPRD Jember, sementara APBD Jember dalam kondisi defisit sekitar ± Rp. 36 M; 4. Berdasarkan hal tersebut, maka GARANG: Koalisi LSM dan Ormas Mahasiswa Jember YPSM, HAMIM, GPP, STeKSA, SERBUK, ALAM HIJAU, KARST, GNKL, HMI Jember , PMII Jember, dan FORKOMPAC Pace Silo menyatakan SIKAP MENOLAK PEMBENTUKAN TIM INDEPENDEN, dan memohon kepada pihak Kepolisian Resort Jember, Kejaksaan Negeri Jember dan Pengadilan Negeri Jember untuk segera menyiapkan perangkat hukum menghadapi pelanggaran hukum sistematis oleh pihak eksekutif dan legislatif Jember. 268 Sekalipun tim independen yang akan dibentuk ditolak dan kredibilitasnya diragukan oleh Koalisi GARANG, tim independen tetap dipaksakan dibentuk, karena sudah diputuskan oleh Ketua DPRD Jember. Sebagai tindak lanjut dari keputusan DPRD Jember, maka Pemkab. Jember melalui Sekretaris Kabupaten Sekkab Jember meminta Lembaga Penelitian Lemlit Universitas Jember untuk membentuk Tim Ahli Kelayakan Pertambangan. 269 Berdasarkan surat tersebut maka Ketua Lembaga Penelitian Universitas Jember membentuk Tim 16 enam belas 270 268 Surat Terbuka No: 02GARANG-JBRVIII2009, Perihal : Komunike bersama penolakan Tim Independen Tambang, yang ditujukan kepada Bupati Jember dan Ketua DPRD Jember, tanggal 5 Agustus 2009 269 Surat Sekretaris Kabupaten Jember No. 5402294412009 tertanggal 23 Juni 2009, tentang Bantuan tenaga Ahli Tim Kelayakan Pertambangan, ditujukan kepada Ketua Lembaga Penelitian Lemlit Universitas Jember 270 Surat Tugas No: 1455H25.3.1 PL.62009, kepada Tim 16 enam belas, tertanggal 30 Oktober 2009, yang ditanda-tangani oleh Dr. Ir. Cahyoadi Bowo Tabel 52. Tujuan dari surat tugas tersebut adalah untuk melakukan Kajian Kelayakan Pertambangan di desa Mulyorejo dan desa Pace Kecamatan Silo kawasan Babansilosanen dan perbatasan TNMB, eks kawasan yang hendak di tambang oleh PT. Hakman dan PTJM tahun 2000, dari tanggal 1 November 2009-31 Januari 2010, setelah ditolak oleh FORKOMPAC dan GNKL serta Koalisi Gerakan Rakyat Anti Tambang GARANG. Setelah tim terbentuk, tim tambang menyampaikan surat tugas tersebut ke aparat desa Pace dan Mulyorejo pada tanggal 30 Oktober 2009 siang menjelang sore. Oleh aparat desa Pace BPD surat tersebut kemudian di sampaikan kepada tokoh pemuda Pace yang tergabung dalam FORKOMPAC. 271 No Surat tugas dari Lemlit Universitas Jember tersebut, sekitar jam 16.00 WIB langsung difotocopi diperbanyak oleh aktivis FORKOMPAC dan disebarkan kepada seluruh tokoh masyarakat desa Pace dan desa Mulyorejo Baban yang kontra akses tambang. Tabel 61 Tim Ahli Pemkab. Jember yang melakukan studi kelayakan dan legalisasi kegiatan pertambangan secara akademik Nama Jabatan dalam Tim Unit Kerja Bidang Keahlian 1. RH Ketua Tim Fak. Pertanian Kelembagaan 2. BP Sekretaris Fak. Hukum Hukum 3. AW Anggota Tenaga Ahli Fak. Hukum Ekonomi 4. DS Anggota Tenaga Ahli FISIP Komunikasi Sosial 5. PW Anggota Tenaga Ahli FISIP Lingkungan 6. AS Anggota Tenaga Ahli FMIPA Geofisika Tanah 7. SAB Anggota Tenaga Ahli Fak. Pertanian Konservasi Tanah 8. DAW Anggota Tenaga Ahli ITATS Surabaya Geologi 9. RY Anggota Tenaga Ahli ITATS Surabaya Pertambangan 10. GWS Asisten Tenaga Ahli Fak. Hukum Hukum 11. RK Asisten Tenaga Ahli Fak. Pertanian Sosiologi 12. MR Asisten Tenaga Ahli Fak. Pertanian Statistika 13. EBK Tenaga Surveyor Fak. Pertanian Pertambangan 14. GP Tenaga Surveyor Fak. Ekonomi Statistika 15. HS Desa Karangharjo Silo Tenaga Surveyor Lokal LSM Torab Pemberdayaan Masyarakat 16. UF Desa Mulyorejo Silo Tenaga Surveyor Lokal Ketua LMDH Pemberdayaan Masyarakat 17. DS Tenaga Surveyor Fak. Pertanian Morfografi dan Kualitas Tanah 18. CGQ Tenaga Surveyor Fak. Ekonomi Ekonomi Kelembagaan Sumber: Surat Tugas Lembaga penelitian Universitas Jember, 30 Oktober 2009 Mengetahui ada dua orang Silo, yakni HS asal desa Karangharjo, aktivis LSM Torab dan UF Ketua LMDH desa Mulyorejo masuk sebagai tenaga surveyor tim tambang Lemlit, pada malam harinya, rumah UM Ketua LMDH desa Mulyorejo dikepung oleh para pemuda desa Mulyorejo. Karena merasa tertekan, maka UM kemudian besoknya langsung mengundurkan diri dari tim tambang, yang diikuti oleh HS. Akibat dari pengunduran diri kedua orang tersebut, maka Lemlit Universitas Jember melakukan revisi dan penggantian 271 Wawancara dengan RI, CT, PFR, PSY BPD Pace, Pak NR, Pak JF Baban, Pak LG Kades Mulyorejo dan Cak SL Baban, 2 Nopember 2009. FORKOMPAC segaja dibentuk oleh pemuda desa Pace sebagai wadah konsolidasi gerakan kontra dan menutup pintu akses tambang di kawasan Babansilosanen dan TNMB, yang pernah dicoba dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jember bekerjasama dengan PT. Hakman dan PTJM tahun 19992000. terhadap kedua nama tersebut dengan mengeluarkan surat tugas baru nomor dan tanggal suratnya sama. Terbentuknya tim peneliti tambang melalui prosedur dan penunjukan seperti di atas, setelah diberitahu oleh aktivis FORKOMPAC, LSM-L HAMIM mengkritik Universitas Jember, sebagai berikut; “Universitas Jember itu belum memberi kontribusi apapun --kalaupun ada sangat kecil-- dalam proses pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi serta pemberdayaan masyarakat. Dengan kontribusinya yang minim dan duit kecil malah mau dan senang diperalat oleh Pemkab Jember dan pihak tambang, untuk membenarkan perusakan kawasan resapan air, lindung dan konservasi”. 272 Dalam pertemuan dengan HS tokoh NU Pace, JS, menyatakan bahwa kehadirannya ke Pace disuruh oleh Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jember AJ, teman sejawat JS di FISIP UNEJ. Setelah kehadiran Tim tersebut, sekitar ba’da maghrib ....tokoh NU Pace tersebut kemudian melaporkan kehadiran Tim ke KH. IH Tokoh NU Silo dan Wakil Rois PCNU Jember. Tekanan dan Pengusiran terhadap Tim Peneliti Lemlit Universitas Jember Pasca mendapatkan legalitas penugasan, pada tanggal 31 Oktober 2009, Tim Tambang yang diwakili oleh DJS dan RK, dengan dua orang anggota tim lainnya, datang ke Pace untuk menemui beberapa tokoh di Pace dan Mulyorejo. Kehadirannya juga sekaligus membawa dan menyerahkan Surat Tugas hasil revisi sebagai Tim Independen yang akan melakukan studi kelayakan tambang mangan ke Kepala Desa Pace dan Mulyorejo. Pada pertemuan pertama di 2 dua desa tersebut, tim tambang Lemlit Universitas Jember hanya berhasil menemui satu tokoh NU Pace Silo, yakni UHS, dengan substansi pembicaraan sebagai berikut; 273 Tanggal 1 November 2009, KH IH kemudian menelfon AJ untuk menanyakan kebenaran apakah kehadiran Tim UNEJ, benar-benar disuruh oleh Pak AJ. Kepada KHIH, Pak AJ menjelaskan bahwa sekalipun sering bertemu dengan Joko di FISIP Universitas Jember, Pak AJ tidak pernah membicarakan masalah tambang dengan DjS. 274 Pasca dari Pace dan Mulyorejo, DjS, karena faktor kedekatan nilai dengan NU, ditugaskan oleh tim untuk membangun komunikasi dengan PCNU Jember dan masyarakat Pace dan Mulyorejo. DjS meminta bertemu dengan PCNU Jember di rumah AJ 275 272 Satemen dalam Diskusi Tambang di Jember yang diselenggarakan oleh Komunitas Baca Tulis di Kantor Radio RRI Jember, Januari 2010 273 Wawancara dengan H. Syirad, November 2009 274 Wawancara dengan KH. Imam Haramain dan Bapak Alfan Djamil, November 2009 275 Kehadiran Djoko Susilo diterima oleh Alfan Djamil dan Abd. Qadim HS M Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jember , untuk meminta pendapat dan pengawalan dari PCNU Jember dalam melakukan penelitian di Pace dan Mulyorejo. Tujuan penelitiannya menurut DjS hanya meminta pendapat dan respon masyarakat tentang eksploitasi ESDM tambang galian B di Pace dan Mulyorejo. Oleh PCNU Jember kemudian dijelaskan sebagai berikut; 1. Terkait dengan tujuan sampean ke sini, perlu pak Djoko ketahui bahwa PCNU Jember sudah mengkosolidasi para ahli dibidang pertambangan dan lingkungan hidup, yang berasal dari putera asli Jember, itu sudah 10 sepuluh tahun yang lampau. Atas rekomendasi dari para ahli itu, maka PCNU Jember sudah menolak tambang di kawasan lindung dan konservasi, itu sejak 10 sepuluh tahun yang lampau. Karena ini berkaitan langsung dengan kebelanjutan hidup ummat NU di sekitar lokasi tambang, sikap PCNU Jember tetap menolak tambang. Ini tidak perlu diteliti lagi, kami sudah dan masih percaya dengan penelitian dan rekomendasi tim yang kami bentuk dulu itu; 2. PCNU Jember tidak dapat dan tidak berkenan mengawal Tim Ahli Lemlit. PCNU Jember bukan dan tidak tepat melakukan itu pada situasi saat ini, karena tujuan penelitian sampean ingin mengetahui pendapat persepsi masyarakat. PCNU Jember menilai, tujuan sampean akan membelah masyarakat dengan permainan angka-angka prosentase setuju dan tidak setuju. Otoritas permainan angka-angka prosentase ada ditangan tim. Ini akan merusak sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat Silo; 3. PCNU Jember sudah mengetahui nama-nama, kapasitas dan kredibilitas Tim Ahli Lemlit. Jika penelitian Tim Ahli Lemlit berbeda signifikan dengan Tim Pengkajian Tambang yang dikonsolidasi PCNU Jember pada tahun 2000, berarti ada yang tidak beres dari hasil penelitian Tim Lemlit, pasti ada bias kepentingan, sehingga objektivitas dan validitas ilmiahnya rendah; 4. PCNU Jember perlu mengingatkan sampean dan tim, bahwa masyarakat di sana, saat ini tidak berada pada posisi persepsi, tetapi pada posisi sikap menolak. Karena itu, tim sampean telat masuk, Tim Ahli Lemlit Universitas Jember tidak memiliki kahlian dan kapasitas untuk mendamaikan masyarakat. 5. Tim Ahli Lemlit jangan mengorbankan kredibilitas Universitas Jember, karena Pusat Studi Lingkungan PSL Universitas Jember pada periode ST, tahun 2000, bersama dengan PCNU Jember, LSM-L dan OPA se-Jember sudah menolak tambang pada kawasan lindung dan konservasi. Langkah selanjutnya terserah sampean. 276 Jawaban formal PCNU Jember yang sangat politis dan sarat dengan tekanan pressure, tidak cukup memuaskan tim peneliti Lemlit Universitas Jember. Tanggal 26 November 2009, Tim Lemlit kembali lagi ke Pace dan Mulyorejo Silo, setelah terlebih dahulu menghubungi Pak Kampung Kepala Dusun Curahwungkal via telephon. Ketika Tim Lemlit sampai di Curahwungkal, suasana di lokasi hujan gerimis. Tim Lemlit langsung masuk ke lokasi tambang mangan Curahwungkal desa Pace dan desa Mulyorejo Silo, dengan mengendarai mobil Kijang. Tim Lemlit tidak menyadari bahwa kehadiran mereka sedang diintai oleh sekitar 50 orang pemuda dusun Curahwungkal. Ketika 2 dua orang dari Tim Lemlit sudah benar-benar berada dilokasi, seorang tokoh pemuda Cak 276 Jawaban dan penjelasan Alfan Djamil dan Abd. Qadim HS M Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jember atas kehadiran dan pertanyaan Djoko Susilo, tanggal 10 November 2009 pagi. Fery mendatangi pecahan Tim Lemlit yang juga sedang mengawasi kehadiran massa. Cak Fery menanyakan tujuan kedatangan mereka Tim Lemlit ke Curahwungkal, dan setelah mengetahui tujuannya untuk penelitian tambang, Cak Fery kemudian memberi saran kepada Tim Lemlit sebagai berikut; “Pak dan Ibu, mohon segera sampean panggil dan suruh turun teman-temannya di atas gunung, mumpung massa belum tahu dan belum datang. Karena saran Pak Fery tidak cukup diperhatikan, akhirnya sekitar 50 orang yang mengintai keluar dan mendatangi Tim Lemlit. Ketika turun dari gunung, massa sulit dikendalikan, akhirnya, pimpinan rombongan Tim Lemlit dibawa diamankan masuk ke rumah Pak Kasun Kepala Dusun, supaya tidak melarikan diri. Setelah sampai di rumah Pak Kasun, Pak Danis Danis Agoes Wiloso, ST.MT. Setelah masuk ke dalam rumah, Pak Danis PD ditanya oleh Pak Kasun PK; PK : Pak Danis, apakah sampean masuk desa Pace, sudah lapor ke Pak Kades? PD : Sudah Padahal Pak Kades sedang Opname di RSUD Dr. Subandi Jember PK : Pak Budi, apakah sampean masuk desa Pace, sudah lapor ke Pak Carik Pak Sekretais Desa? PD : Sudah Pak Carik sedang ikut Pelatihan di Malang PK : Pak Danis, apakah sampean masuk desa Pace, sudah lapor ke Pak Kasun Pak Kepala Dusun, kapan laporannya? Bukan informasi via telephon di atas PD : Sudah, tadi sebelum ke lokasi yang sedang bertanya ke Pak Danis adalah Pak Kasun Mendengar Pak Budi berbohong pada Pak Kasun, salah seorang dari warga yang baru pulang bekerja dari kebun Pak Dul Somad, memaksa masuk ke rumah Pak Kasun dan mengalungkan clurit ke leher salah seorang Tim Lemlit Danis, ITTAS. Sementara, itu massa yang di luar rumah meraupi mobil Tim Lemlit dengan tletong sapeh tahi sapi.” Pasca ancaman dan pengusiran di atas, berbagai cara dilakukan oleh Tim Lemlit untuk dapat segera melaksanakan penelitian, seperti meminta pengawalan dari Polsek Sempolan Silo dan Polres Jember, serta meminta bantuan beberapa mahasiswa Universitas Jember. Pada kasus pertama, sekalipun dikawal oleh Polisi, Tim Lemlit harus terpaksa dipulangkan oleh Polres, karena suasana tidak kondusif, masyarakat Curahwungkal bergerombol keluar dipinggir jalan dengan maksud menutup jalan bagi Tim Lemlit menuju lokasi. Hal yang sama juga terjadi di desa Mulyorejo, Tim Lemlit dikepung oleh warga Mulyorejo ketika datang di Balai Desa Mulyorejo untuk tujuan mewawancarai warga. 277 Pada kasus kedua, akibat dari pengusiran dan penutupan jalan oleh warga masyarakat Curahwungkal Pace terhadap Tim Lemlit dan juga demonstrasi warga terhadap Tim Lemlit di Balai Desa Mulyorejo, maka Tim Lemlit, tidak dapat 277 Wawancara dengan MT dan FR FORKOMPAC Pace, SL dan JF FKPMM Mulyorejo, Januari 2010. menjalankan aktivitas penelitian. Agar penelitian dapat berjalan, akhirnya Tim Lemlit menyebar kuisoner dengan memakai tenaga RT, salah satu anggota BPD Badan Perwakilan Desa Pace, Remaja Masjid Remas dan mahasiswa. Penyebaran kuisioner dilakukan sekitar tanggal 21 atau 22 Januari 2010. Pada kasus kedua pun akhirnya bocor ke tokoh Pemuda Pace, sehingga 35 tiga puluh lima bendel dari 50 lima puluh bendel kuisioner ditahan oleh Pak Kasun Curahwungkal. 278 Apakah karena orang di PCNU Jember tidak dimasukan dalam Tim Peneliti? Oleh PCNU Jember dijawab, kuisioner disebarkan ke masyarakat Pace dan Mulyorejo, yang bisa menjawab ya masyarakat Pace dan Mulyorejo, bukan PCNU Jember. PCNU Jember tidak butuh menjadi Tim Peneliti, bagi PCNU Jember, ekplorasi tambang sudah berlansung sejak tahun 1983-an sampai tahun 1995, PCNU Jember punya dokumennya, penelitian oleh tim PCNU sudah berlansung 10 sepuluh tahun yang lampau, lalu apanya yang mau diteliti? Penelitian Tim Lemlit Universitas Jember itu terlambat 10 sepuluh tahun mas. Tersendatnya proses penelitian di atas, maka Kasat Intel Polres Jember HW datang ke PCNU Jember untuk menanyakan kenapa penelitian saja ditolak oleh masyarakat? 279 Penelitian yang ditolak oleh masyarakat Pace dan Mulyorejo tersebut, hasilnya sudah diserahkan ke DPRD Jember pada bulan Pebruari 2010, tetapi belum diketahui bagaimana kesimpulan akhir dari penelitian kelayakan tambang yang dilakukan oleh Tim Lemlit Universitas Jember. Hasil akhir dari penelitian Tim Lemlit, menurut DjS anggota Tim Lemlit akan dijadikan sebagai alat justifikasi penolakan tambang, yang terlanjur dikeluarkan, agar Pemerintah Kabupaten Jember tidak disalahkan dan tidak dituntut oleh pihak investor. 280 278 Ibid. 2010 279 Wawancara Kasat Intel Polres Jember HW dengan PCNU Jember, Januri 2010 280 Statement DjS Namun, jika melihat arah perubahan RTRW tahun 2008 -2028 yang dipersoalkan oleh GNKL, statemen DjS sangat diragukan, justeru sebaliknya, hasil penelitian tambang akan dijadikan sebagai alat justifikasi eksploitasi tambang dalam perubahan RTRW kabupaten Jember, yang dibahas secara tertutup tahun 2010-2012 ini, sekalipun hal tersebut bertentangan dengan RTRW Nasional PP No. 262008.

5.3.1.3 Gus Dur: Spirit akses pendudukan lahan

“Kita terlalu terbiasa dan dipaksa memperhalus fakta sosial yang kita hadapi. Saya pun dihadapkan pada kenyataan ini. Terus terang, masyarakat yang bertani dan berladang dalam kawasan rehabilitasi, itu sebetulnya sudah masuk kategori pendudukan lahan land occupation. Namun, karena kompleksitas masalah yang di hadapi ketika itu, maka UU dan aturan pelaksananya di lapangan dipaksa untuk tidak mendefinisikan demikian.” 281 Akses pendudukan lahan merupakan rangkain atau tahapan lanjutan dari akses SDH kayu jati dan rencekan ranting, akses tonggak dan tunas jati sunten menuju pembukaan lahan pertanian dan perladangan. Akses lahan dipicu oleh situasi politik nasional dan lokal 282 Semangat akses memiliki lahan berbaur dengan beragam faktor sosial di atas serta diperkuat oleh gerakan advokasi beberapa LSM , faktor keterbatasan kepemilikan lahan rata- rata 0,19 HaKK dan hak privasi PT. LDO Jember yang mengelola ribuan hektar dalam kawasan TNMB. Eksistensi PT. LDO Jember yang berlindung dibalik argumentasi sejarah kawasan, sudah menyebar menjadi virus kecemburuan sosial bagi beberapa kelompok warga masyarakat desa-desa penyangga. Masalah keterbatasan lahan di desa-desa penyangga TNMB, kaitannya dengan eksistensi PT. LDO Jember, perkembangan saat ini tidak lagi semata-mata berdimensi sejarah, hukum hak kelola berdasarkan UU No. 51960 tentang Pokok Agraria dan ketenaga-kerjaan akses buruh kebun, tetapi telah berdimensi sosial budaya, ekonomi, ekologi, politik dan keamanan. 283 , bahwa menduduki lahan milik negara yang mempunyai latar sejarah dengan kehidupan warga masyarakat sekitarnya dalam jangka waktu tertentu minimal 25 tahun dapat mengantarkan mereka untuk memiliki hak kepemilikan atas lahan sertifikasi 284 281 Wawancara dengan Ir. HS, Kepala Balai TNMB, Oktober 2007 282 Statement politik Gus Dur pada Konferensi Nasional SDA tanggal 23 Mei 2000 di Hotel Indonesia Jakarta point 5.1.2 283 Di Jember dan Banyuwangi, menurut LSM SD Inpres Jember terdapat lebih dari 30 kasus konflik agraria, diluar konteks konflik lahan dalam kawasan TNMB, tetapi disalahtafsirkan oleh masyarakat yang lapar lahan, Wawancara Oktober 2008 284 Wawancara dengan anggota OPR, Oktober 2007. . Terlepas dari kemungkinan untuk dapat memiliki lahan dalam kawasan TNMB dan lahan Perhutani, setelah sekian tahun masa pendudukan lahan, seorang tokoh muda NU Dusun Mandilis Sanenrejo yang tidak memiliki lahan tetelan menyatakan bahwa tidak menduduk i lahan dalam kawasan tersebut adalah sebuah penyesalan 7 tujuh turunan 285 . Perasaan penyesalan yang sama juga dimiliki oleh sejumlah tokoh pemuda di 7 tujuh desa penyangga atau desa hutan yang belum mendapatkan akses lahan dalam kedua kawasan tersebut. 286 285 Wawancara dengan Untung MF, tokoh NU muda Mandilis, Oktober 2007. Pada saat pendudukan lahan ia menahan warga Mandilis, agar tidak menduduki lahan karena kuatir akan menjadi masalah yang justeru merepotkan masyarakat dan memperparah kerusakan kawasan. Akibat dari seruanya, ia dan warganya setiap musim panen menjadi buruh di ladang tetelan para tetangga dusunnya yang menduduki lahan TNMB dan Perhutani. 286 Wawancara dengan anggota masyarakat non pendudukan lahan 7 tujuh desa penyangga, Oktober 2007. Rasa penyesalan itu menjadi pertanda bahwa masa depan kawasan TNMB dan kawasan hutan lainnya di Jember dan Banyuwangi sedang menanti situasi politik kembali chaos seperti yang terjadi pada tahun 1998-2003, untuk dapat diduduki kembali dalam skala yang lebih luas. Proses akses pendudukan lahan di masing-masing desa penyangga relatif beragam Kawasan penyangga yang berbatasan dengan Desa Curahnongko dan Desa Andongrejo, pada mulanya, masyarakat kedua desa tersebut, hanya sedikit yang memiliki keberanian untuk menduduki lahan. Kebanyakan yang menduduki lahan adalah orang luar desa yang berasal dari kecamatan Ambulu. Masyarakat kedua desa tersebut, memang memiliki demplot 7 Ha yang diperoleh secara legal melalaui fasilitasi Konsorsium LSM Latin dan IPB Bogor yang bekerja-sama dengan Balai TNMB untuk mengembalikan fungsi kawasan yang rusak parah akibat tindakan pelanggaran hutan era Orde Baru. Kerja-sama tersebut berakhir pada tahun 1999 dan dinilai relatif berhasil mengembalikan fungsi kawasan pada demplot dimaksud. Akses lahan untuk tanaman obat-obatan jamu yang difasilitasi oleh Konsorsium Latin dan IPB Bogor, dengan demikian tidak ada kaitannya dengan akses pendudkan lahan pasca tahap dua akses tongak dan sunten Gambar 24. Gelombang akses pendudukan lahan yang terjadi secara merata di 6 enam desa penyangga, setelah akses tahap dua, semuanya terjadi karena spirit dari statemen politik --”perintah”-- Gus Dur, kemudian mereka melakukan konsolidasi nilai sesama warga desa dan antar warga antar desa atas dasar sama- sama tidak memiliki lahan pertanian. Spirit statemen politik Gus Dur juga tetap menjadi landasan akses lahan TNMB di desa Wonoasri, tetapi dari sisi proses, kasusnya berbeda dengan 6 enam lainnya.