sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan
tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas Lutony, 1994.
2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Atsiri
Pada umumnya perbedaan minyak atsiri komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan,
metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak. Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur Karbon C, Hidrogen H, dan Oksigen O. pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1 Hidrokarbon yang terutama terdiri
dari persenyawaan terpen dan 2 Hidrokarbon teroksigenasi. 1. Golongan hidrokarbon yang terdiri dari persenyawaan Terpen
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon C dan Hidrogen H. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian
besar terdiri dari monoterpen 2 unit isoprene, sesquiterpen 3 unit isoprene, diterpen 4 unit isoprene dan politerpen.
2. Golongan hidrokarbon teroksigenasi Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon
C, Hidrogen H, dan Oksigen O. persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.
Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua
Ketaren, 1985.
2.2.3 Biosintesis Minyak Atsiri
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan. Golongan pertama
adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang terbentuk dari biosintesis asam
sikimat melalui jalur fenil propanoid Agusta, 2000. Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid yaitu asam asetat yang telah diaktifkan oleh koenzim A melakukan
kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon
bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah
pertama dari polimerisasai isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang
kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat GPP yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari
senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini
lazimnya adalah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi,
dehidrasi, dekarbosilasi, dan sebagainya Berikut adalah Gambar Reaksi Biosintesa Terpenoid
Universitas Sumatera Utara
CH
3
C SCoA
O
CH
3
C SCoA
O
+ CH
3
C O
CH
2
C O
SCoA
CH
3
C SCoA
O
Asetil koenzim A Asetoasetil koenzim A
CH
3
C OH
CH
2
C O
SCoA CH
2
C SCoA
O
H CH
3
C OH
CH
2
CH
2
OH CH
2
C O
OH
CH
3
C OPP
CH
2
C O
O
-
Asam mevalonat
CH
2
CH
2
OH
- OPP - CO
2
CH
3
C CH
CH
2
H CH
2
OPP
Isopentenil pirofosfat IPP CH
3
C CH
3
CH CH
2
OPP
Dimetilalil pirofosfat DMAPP OPP
OPP H
IPP
DMAPP
OPP
Monoterpen Geranil pirofosfat
OPP H
OPP
Farnesil pirofosfat Seskuiterpen
2 X Triterpen
OPP H
OPP
Diterpen 2 X
Tetraterpen Geranil-geranil pirofosfat
Gambar 2.5. Biosintesis Terpenoid
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjelaskan hal diatas dapat diambil beberapa contoh monoterpen. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol, nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain
berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat GPP dapat menjalani reaksi-reaksi sekunder berikut, misalnya dehidrasi
menghasilkan mirsena, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal. Berikut ini adalah contoh perubahan senyawa monoterpen
CH
2
OH
Geraniol trans
Mirsen
OH
Linalool
CHO
Sitronelal
CH
2
OH
Nerol cis
CHO
Sitral - H
2
O
O H
O ,
Gambar 2.6. Perubahan senyawa monoterpen Achmad, 1986.
Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan trans- farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua isomer farnesil
pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geraniol dan nerol. Perubahan farnesil pirofosfat menjadi seskuiterpen terlihat pada contoh
sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
OH
Farnesol
OPP CH
2
Humulen
OPP H
2
C
Trans-Farnesil pirofosfat
cis-Farnesil pirofosfat - H
+
- H
+
Bisabolen
Gambar 2.7. Reaksi biogenetik beberapa seskuiterpena
2.3 Analisa Komponen Kimia Minyak atsiri