Metode Isolasi Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa organik yang banyak ditemukan di alam dan berasal dari jaringan tumbuhan. Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang mudah menguap volatile dan bukan merupakan senyawa murni tetapi tersusun atas beberapa komponen yang mayoritas berasal dari golongan terpenoid Guenther,2006. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang essential oil, volatile yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air Sudaryani.1990. Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi aromaterapi atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif sebagai contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik, psikoaktif dan anti bakteri Agusta,200.

2.2.1 Metode Isolasi

Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan sebagai berikut : 1. Metode Destilasi Diantara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai perusahaan industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut : a. Metode destilasi kering langsung dari bahannya tanpa menggunakan air. Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyak-minyak yang tahan pemanasan tidak mengalami perubahan bau dan warna saat dipanaskan. b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakkan dapat rusak akibat panas Universitas Sumatera Utara kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam metode ini ada beberapa versi perlakuan : - Bahan tanaman langsung direbus dalam air. - Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak direbus. Dari bawah dialirkan uap air panas. - Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air dihasilkan oleh air mendidih dari bawah dandang. - Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana tanpa air dan disemburkan uap air dari luar bejana Gunawan, 2004. 2. Metode penyarian Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan seperti cendana. Kebanyakkan dipilih metode ini karena kadar minyaknya di dalam tanaman sangat rendahkecil. Bila dipisahkan dengan metode lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik non polar Gunawan, 2004. Ekstraksi digunakan untuk mengisolasi produk reaksi kimia organik . sebagai contoh, sejumlah campuran senyawa organik yang larut dalam air dan beberapa garam anorganik yang semuanya larut dalam air. Untuk mengisolasi senyawa organik tersebut, maka campuran diatas dituang dalm corong pisah dan dengan menambahkan pelarut organik, misalnya eter. Lalu dikocok sehingga senyawa-senyawa organik akan terdistribusi pada eter karena lebih mudah larut dalam eter dibandingkan dalam air. Sementara garam anorganik berada pada lapisan air karena tidak larut dalam eter. Dengan demikian sudah terjadi pemisahan dan eter dapat dibebaskan dengan penguapan Williamson, 1987. 3. Metode Pengepresan dan Pemerasan Metode pemerasanpengepresan dilakukan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk citrus. Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut Universitas Sumatera Utara penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang rendemennya relatif besar Gunawan, 2004. 4. Metode Enfleurage Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang dilekatkan pada media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa hariminggu, misalnya bunga melati, jasminum sambac, sehingga perlu perlakuan yang tidak merusak aktivitas enzim tersebut secara langsung Gunawan, 2004. Pada proses ini absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah keadaan dingin sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini masih diterapkan di daerah grasse di Perancis selatan dengan peralatan sederhana, praktis dan berkapasitas kecil Ketaren, 1985. Adapun metode- metode penyulingan minyak atsiri dapat dibagi menjadi : 1. Penyulingan dengan air Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang tidak tersuling dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh. 2. Penyulingan dengan uap Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada pronsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap lewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer. 3. Penyulingan dengan uap dan air Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air Universitas Sumatera Utara sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas Lutony, 1994.

2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Atsiri