ditumpuk. Rumput laut yang telah kering akan keluar butir-butir garamberwarna putih.
c. Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan baku
agar-agar, rumput laut kering dicuci dengan air tawar. Sedangkan untuk karagenan, rumput laut dicuci dengan air laut.
d. Rumput laut yang sudah dicuci bersih dikeringkan lagi 1 hari. Apabila
hujan turun, maka rumput laut dapat dimasukkan ke dalam ruangan untuk dikering-anginkan.
e. Rumput laut yang telah mengalami pengeringan kedua diayak untuk
menghilangkan kotoran yang masih menempel. f.
Rumput laut yang telah kering dimasukkan ke karung plastik. Apabila dipadatkan, dalam 1 karung dapat terisi 50 kg, sedangkan apabila
tidak dipadatkan hanya berisi 40 kg rumput laut kering. Di bagian karung ditulis namajenis rumput laut, nomor karung dan berat bersih.
Produksi rumput laut yang dihasilkan pembudi daya dijual dalam bentuk basah, kering tawar dan kering asin namun umumnya dijual dalam
bentuk olahan kering tawar atau kering asin. Hasil wawancara di lapangan menunjukkan pembudi daya tidak menjual rumput laut basah kepada
pedagang pengumpul karena harga rumput laut basah sangat rendah, yaitu sekitar Rp800.00
– 1,100.00 per kg. Penjualan dalam bentuk kering asin ini walaupun harga per satuannya relatif murah namun nilai jualnya lebih baik
dibanding nilai jual rumput laut kering tawar. Dari sisi pembudi daya, penjualan rumput laut kering asin atau tawar tergantung permintaan
pedagang pengumpul dan persyaratannya. Pembeli rumput laut kering asin umumnya tidak memberi persyaratan yang ketat seperti kadar air dan kadar
kotoran terhadap produk yang dibelinya. Produk hasil pembudi daya dibersihkan atau diolah kembali oleh pedagang pengumpul supaya
persyaratan kadar air dan kadar kotoran produk terpenuhi pada saat pengiriman ke pabrik.
4.1.5. Keikutsertaan dalam kelompok usaha bersama
Sebanyak 69 responden telah tergabung dalam kelompok usaha bersama dengan kelompok yang berbeda-beda. Kelompok usaha bersama
yang dilibatkan dalam kajian ini adalah kelompok Usaha Baru, Tropikana Gam, Suka Damai, Gon Bajak, Sukarela, Mitra Alam dan Alga Jaya.
Kerjasama dilakukan oleh sesama kelompok, antar kelompok maupun dengan pedagang pengumpul. Fasilitas juga diberikan kepada unit usaha
yang tergabung dalam kelompok oleh pemerintah pusat dan kabupaten, pedagang pengumpul dan kelompok itu sendiri. Selama menjadi anggota
kelompok usaha bersama, pembudi daya diikutsertakan dalam kegiatan studi banding dan bekerjasama dalam hal modal, penentuan harga,
pemasaran, penyediaan sarana produksi dan cara budi daya rumput laut.
4.1.6. Luasan usaha
Lahan perairan yang digunakan sebagai lokasi usaha budi daya rumput laut pada kajian ini adalah rata-rata seluas 2,407 m
2
. Penggunaan lahan perairan di Kecamatan Karimunjawa untuk budi daya rumput laut
belum dikenakan biaya sewa atau pajak lahan, sedangkan pembudi daya rumput laut yang menjadi anggota kelompok usaha dan mengelola tanaman
rumput laut milik kelompok dikenakan biaya Rp30,000.00tahun oleh pemilik usahaketua kelompok. Lokasi lahan perairan untuk usaha budi
daya rumput laut tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penduduk sehingga
memudahkan dalam hal pemantauan. 4.2.
Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut
Secara umum aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha meliputi aspek teknis produksi, pasar dan keuangan.
4.2.1. Aspek teknis produksi
Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii paling banyak dibudi dayakan di Kepulauan Karimunjawa karena secara geografis perairan di
sana memiliki tingkat keterlindungan arus yang baik. Pulau-pulau kecil yang banyak terdapat di kepulauan tersebut dapat menjadi pelindung
sehingga arus atau pergerakan air laut menjadi tidak terlalu kencang dan tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut yang dibudi dayakan.
Sebelum penggunaan metode rawai, pembudi daya mencoba berbagai metode lain seperti metode lepas dasar, metode rakit apung dan metode
jalur. Namun pada akhirnya gagal, antara lain karena dasar perairan yang
tidak cocok, metode yang tidak efisien dan harga produksi mahal sehingga saat ini metode yang digunakan di perairan Karimunjawa adalah metode
rawai, seperti terlihat pada Gambar 3. Proses pembuatan rawai yang
dilakukan pembudi daya adalah tali nilon atau tali poly ethylen PE pada ujung-ujungnya diikat pada pelampung botol plastik air minum dan
ditambatkan pada jangkar. Tiap 5 – 10 m diberi pelampung. Tanaman
diikat pada tali nilon pada jarak 25 cm, satu bentang tali dengan lainnya 1 –
2 m. Panjang bentangan tali antara 100 – 125 m. Metode budi daya rawai
digunakan oleh pembudi daya di perairan Karimunjawa karena pembuatannya membutuhkan bahan-bahan yang mudah didapat, ringan,
praktis dan biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada metode rakit.
Gambar 3 Usaha budi daya rumput laut dengan metode rawai. Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, bibit rumput laut yang
digunakan responden di perairan Karimunjawa dikembangbiakkan secara berulang-ulang pola stek, bahkan sampai digunakan selama 3 tahun. Hal
ini berpengaruh terhadap mutu hasil panen berikutnya karena penggunaan bibit yang sudah beberapa kali dipanen menjadi kurang produktif dalam
pertumbuhan. Oleh karena itu pembudi daya perlu dibina mengenai cara berbudi daya rumput laut yang tepat, seperti pembiakan bibit melalui
anakan agar mutu hasil panen berikutnya tetap stabil. Penyakit yang paling banyak ditemukan menyerang tanaman rumput
laut adalah ice-ice. Penyebab penyakit ini adalah arus laut dan suhu yang berubah-ubah. Kecerahan air yang sangat tinggi dan rendahnya kelarutan
unsur hara nitrat dalam perairan juga merupakan penyebab munculnya penyakit tersebut. Pencegahan yang dilakukan pembudi daya di
Karimunjawa antara lain dengan menggeser lokasi penanaman ke perairan yang lebih sehat kualitas airnya. Adapun rumput laut yang telah terserang
penyakit ice-ice biasanya langsung dipotong pada bagian yang terserang dan rumput laut yang masih sehat segera dipanen walaupun umur tanaman
kurang dari 47 hari. Apabila penyakit telah menyebar diseluruh badan tanaman, rumput laut diangkat ke daratan dan dibuang karena busuk.
Hama tumbuhan yang sering mengganggu pertumbuhan rumput laut di perairan Karimunjawa adalah lumut gotho. Penyebab munculnya lumut
ini adalah kualitas air yang kurang baik, seperti tidak adanya arus laut sehingga kondisi perairan statis. Hal itu memacu pertumbuhan lumut yang
menempel di thallus rumput laut. Penanganan yang biasa dilakukan pembudi daya antara lain menyiangi lumut yang menempel, menggoyang-
goyangkan rumput laut agar lumut yang menempel terlepas, memotong thallus rumput laut yang sudah busuk.
Hama binatang yang menyerang tanaman rumput laut antara lain: ikan baronang dan penyu. Kedua binatang tersebut sangat menyukai tumbuhan
laut bagi sumber makanannya. Pencegahan yang dilakukan responden dalam menghadapi hama binatang antara lain dengan melingkupi tanaman
rumput laut dengan menggunakan jaring. Namun penggunaan jaring ini tidak dilakukan oleh semua responden karena pertimbangan biaya investasi.
Solusi dalam penggunaan jaring untuk menghalangi hama binatang dapat juga diterapkan namun agar efisien sebaiknya pembudi daya menempatkan
areal budi dayanya di lokasi yang terhindar dari jalur migrasi ikan baronang dan penyu.
Hama dan penyakit pada budi daya rumput laut dapat menurunkan produksi hingga 50. Berdasarkan pemecahan masalah hama dan penyakit
yang menyerang tanaman rumput laut, diketahui bahwa pembudi daya rumput laut di perairan Karimunjawa telah mengantisipasi ancaman dalam
berbudi daya dan penanganan yang dilakukan telah sesuai dengan teknik budi daya rumput laut. Berdasar hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
penentuan lokasi usaha budi daya merupakan salah satu faktor utama dalam keberhasilan usaha. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk
melakukan penanaman, pembudi daya sebaiknya mengikuti persyaratan dalam pemilihan lokasi budi daya seperti yang telah diuraikan dalam Bab
Tinjauan Pustaka. Adapun terkait dengan pengaruh perubahan musim dan keamanan
lahan usaha budi daya, pembudi daya hendaknya meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pemantauan secara terus-menerus dan
bekerjasama dengan pembudi daya lain disekitarnya. Keberhasilan usaha budi daya rumput laut harus didukung usaha perawatan selama masa
pemeliharaan, seperti terlihat dalam Gambar 4, bukan hanya terhadap
tanaman itu sendiri tapi juga fasilitas budi daya yang digunakan. Oleh karena itu peranan pembudi daya dituntut untuk selalu mengawasi rumput
laut yang dibudi dayakan sehingga kemungkinan adanya kerusakan khususnya kekuatan alam dapat diperkecil.
Gambar 4 Usaha perawatan selama masa pemeliharaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang pengumpul bahwa
usaha budi daya rumput laut sangat baik untuk dikembangkan, karena dapat memberdayakan masyarakat lebih mandiri dan dapat menciptakan lapangan
kerja sehingga pendapatan keluarga meningkat. Usaha budi daya rumput laut dapat memberikan alternatif usaha, baik sebagai sampingan maupun
pokok berskala besar, yang sifatnya mudah, tidak memerlukan modal besar, murah dan ramah lingkungan. Semua orang dapat dengan mudah belajar
membudi dayakan rumput laut karena yang terpenting adalah ketekunan dan ketelitian. Berhasil tidaknya budi daya rumput laut sangat tergantung
dari pengalaman masing-masing pembudi daya, disamping itu juga perlu ketekunan dan keuletan untuk mau belajar mencari upaya agar dapat
meningkatkan hasil produksi sehingga hasil produksi dari musim tanam ke musim tanam berikutnya dapat mengalami peningkatan, baik mutu maupun
jumlahnya.
4.2.2. Aspek pasar