II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Potensi Sumber Daya Rumput Laut
Perairan Karimunjawa merupakan kawasan kepulauan dan memiliki daya dukung bagi usaha budi daya rumput laut. Berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK.79IVSet-32005 tanggal 30 Juni 2005 tentang Revisi MintakatZonasi Taman Nasional Kepulauan
Karimunjawa, zona budi daya yang diperuntukkan untuk kepentingan budi daya perikanan termasuk rumput laut seluas 788.21 hektar, meliputi perairan Pulau
Karimunjawa, Pulau Kemojan, Pulau Menjangan Besar, Pulau Parang dan Pulau Nyamuk.
Saat ini pemanfaatan rumput laut sangat terbatas pada jenis yang telah umum dikenal saja, yaitu jenis rumput laut Carrageenophytes, yaitu jenis rumput
laut penghasil karagenan seperti Kappaphycus alvarezii, Gracilaria sp., dan Euchema spinosum. Rumput laut jenis Kappaphicus alvarezii atau dulu lebih
dikenal dengan sebutan Eucheuma cottonii dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional. Ciri fisik Kappaphycus alvarezii
adalah keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor
lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan Aslan
1998. Kappaphycus alvarezii tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk
rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari Sudradjat 2008. Umumnya Kappaphycus alvarezii tumbuh dengan
baik di daerah pantai berkarang. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut.
Doty 1985 dalam Parenrengi et al. 2006 mengemukakan bahwa Kappaphycus sp. merupakan rumput laut yang secara luas diperdagangkan untuk
keperluan industri, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Oleh karena itu
Kappaphycus sp. paling banyak dibudi dayakan oleh masyarakat pantai. Jenis ini paling banyak diusahakan karena mengandung karagenan yang tinggi. Ismail et
al. 2009 mengemukakan bahwa karagenan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah dan dibedakan dengan agar berdasarkan
kandungan sulfatnya. Karagenan mengandung minimal 18 sulfat sedang agar- agar hanya mengandung sulfat 3
– 4. Karagenan memiliki kekuatan gel serta rendeman yang tinggi. Karagenan banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
dalam industri makanan, minuman, farmasi, keramik, tekstil dan kosmetik serta digunakan sebagai bahan stabilisator, pengental, pembentuk gel, pengikat dan
pencegah kristalisasi dalam industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik dan lain-lain.
2.2. Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut