Matriks IFE Posisi Usaha Berdasarkan Matriks IE

dan gelombang tinggi sehingga kurang sesuai bagi pertumbuhan rumput laut. Akibat dari perubahan musim seperti gelombang tinggi selama masa berproduksi adalah ikatan pelampung, bibit rumput laut, patok kayu dan jangkar menjadi lebih longgar apabila pada pengikatan awal kurang kuat. Ikatan yang longgar tersebut semakin lama mengakibatkan pelampung, bibit rumput laut, patok kayu dan jangkar terlepas sehingga apabila tidak dilakukan pengontrolan akan merugikan usaha.

4.4. Posisi Usaha Berdasarkan Matriks IE

4.4.1. Matriks IFE

Identifikasi terhadap faktor-faktor internal usaha berupa kekuatan dan kelemahan berpengaruh terhadap pengembangan usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa. Hasil identifikasi faktor-faktor internal didapatkan total skor pembobotan seperti tercantum dalam Lampiran 10. Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta rating untuk setiap faktor, maka dapat diperoleh total skor nilai seperti terlihat pada Tabel 10 . Tabel 10 Faktor strategis internal usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa No Faktor Internal Bobot a Rating b Nilai axb Kekuatan: 1 Potensi lahan budi daya masih besar 0.08 4 0.34 2 Sarana prasarana produksi mudah diperoleh 0.07 3 0.20 3 Masa produksi singkat 0.10 4 0.40 4 Teknik budi daya sederhana 0.11 4 0.45 5 Tenaga kerja dari lingkungan sekitar 0.05 4 0.22 Kelemahan: 1 Kekurangan modal untuk pengembangan usaha 0.12 2 0.25 2 Hasil produksi belum optimal 0.08 2 0.17 3 Kelompok usaha kurang diberdayakan 0.13 1 0.13 4 Sulit mendapatkan bibit berkualitas 0.12 2 0.24 5 Pemilik usaha kurang inovatif 0.12 1 0.12 Jumlah 1.00 2.52 Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa faktor teknik budi daya yang sederhana diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan produksi dengan bobot 0.11 dan rating 4 sehingga skor nilai yang diperoleh 0.45. Teknik budi daya yang sederhana merupakan kekuatan utama yang dimiliki. Faktor tersebut terkait dengan faktor masa produksi yang singkat skor nilai 0.40. Kedua faktor tersebut dilaksanakan karena potensi lahan budi daya masih besar, yang dibuktikan dengan perolehan nilai 0.34. Penggunaan tenaga kerja dari lingkungan sekitar lokasi usaha lebih menjadi perhatian bagi kekuatan usaha dibanding sarana dan prasarana produksi yang mudah diperoleh. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor nilai 0.22 untuk faktor tenaga kerja dari lingkungan sekitar dan 0.20 untuk faktor sarana prasarana produksi. Tabel 10 juga menggambarkan peringat nilai dari faktor kelemahan usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa. Kelemahan terbesar yang terdeteksi adalah faktor pemilik usaha yang kurang inovatif, dengan skor nilai sebesar 0.12. Faktor pemilik usaha kurang inovatif merupakan faktor kelemahan yang sangat kuat bagi usaha sehingga perlu diminimalkan. Faktor kelemahan kedua dan ketiga adalah kelompok usaha kurang diberdayakan dengan skor nilai 0.13 dan hasil produksi belum optimal skor nilai 0.17. Adapun faktor sulit mendapatkan bibit berkualitas skor nilai 0.24 dan faktor kekurangan modal untuk pengembangan usaha skor nilai 0.25 turut serta mempengaruhi usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa. Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total skor nilai sebesar 2.52 Lampiran 12. Nilai ini berada di atas nilai rata- rata sebesar 2.5 yang menunjukkan posisi internal perusahaan yang cukup kuat, dimana perusahaan memiliki kemampuan diatas rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal David 2004.

4.4.2. Matriks External Faktor Evaluation EFE