Periode Evaluasi Karakteristik Wilayah

89 tinggi sebesar 40 persen, disusul dengan program water well sebanyak 285 orang atau 22 persen, kegiatan pelestarian diluar program Senyum Lestari sebanyak 15 persen. Perbaikan sound system sebanyak 15 unit13 persen dan terakhir pada renovasi dan pembangunan masjid sebanyak 10 persen dengan 12 unitset up infrastruktur di tahun 2014.

a. Periode Evaluasi

Program evaluasi merupakan pengukuran sistematis terhadap hasil nyata outcomes yang bermanfaat bagi masyarakat dari suatu proses atau kegiatan yang telah ditetapkan tujuannya karena kondisi nyata sering kali menimbulkan kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan. Tiga hal yang mendasari proses evaluasi sebagai berikut: a Laporan Implementasi, yaitu penerapan setiap strategi komunikasi yang direncanakan dan meninjau kembali faktor internal maupun eksternal dengan periode waktu 6 bulan dari keseluruhan implementasi program selama 3 tahun. b Laporan Perkembangan, yaitu laporan yang menekankan pada perkembangan setiap poin keberhasilan dari strategi yang digunakan. Dalam waktu tertentu laporan ini memungkinkan terjadinya modifikasi strategi, membandingkan hasil yang diharapkan dengan indikator tujuan dan manfaat yang direncanakan. c Dokumentasi, laporan evaluasi akhir kajian analisis dengan mengukur dampak nyata dan manfaat bagi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam program senyum lestari adalah upaya untuk menolong kebutuhan masyarakat pada bidang sanitasi dan lingkungan. 90 Program ini bagus untuk ditindak lanjuti karena menjunjung nilai-nilai sosial dan lingkungan untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Selain membantu mengurangi kerusakan bumi, nilai-nilai didalamnya mengingatkan kita bahwa bumi, alam, dan manusia memiliki keterikatan satu sama lain dalam menjalani siklus kehidupan manusia, kita membutuhkan lingkungan untuk tempat tinggal, bersosialisasi, serta memenuhi kebutuhan pangan sedangkan lingkungan membutuhkan kita untuk menjaga dan mengambil manfaatnya. Disisi lain program ini diharapkan terus dilakukan selama kemiskinan pada lingkungan, pembangunan, dan kekurangan sanitasi air bersih masih terjadi karena terasa efektif walaupun efeknya belum semaksimal seperti tiga program pemberdayaan sebelumnya, besar manfaat yang dirasakan masyarakat kecil karena memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk mandi, mencuci, memasak, bercocok tanam, pembangunan sarana, dan perawatan lingkungan. Realistis untuk terus mencari wilayah yang bermasalah terhadap lingkungan, sanitasi air bersih, dan pembangunan, faktanya jelas akan mengurangi wilayah yang kekeringan, membuat konsumsi air minum dan memasak menjadi layak, masyarakat dapat menjaga kebersihan jasmani dan terhindar dari berbagai penyakit. Sedangkan untuk peran teknologi mempermudah akses informasi sebagai pengetahuan umum dan agama dengan mengurangi buta Internet di Indonesia, memberikan kenyamanan dalam beribadah dan melakukan kegiatan keagamaan dalam hal pembangunan. Sebagian besar pengurus divisi Rumah Zakat yang memiliki wewenang melakukan evaluasi kegiatan strategi perencanaan dan strategi manajemen dilihat 91 dari indikator yang menjadi peluang dan ancaman terhadap lembaga yang tergambar dari analisis SWOT dibawah ini: 12 a. Strenght Kekuatan Faktor mikro yang dimiliki Rumah Zakat Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi adalah : 1 Lebih dikenal dengan lembaga filantrofi yang berbasiskan program pemberdayaan berdasarkan empat aspek disamping sebagai lembaga amil zakat atau LAZ. 2 Telah memiliki jaringan merata dan akses di 52 titik wilayah di Indonesia. 3 Memiliki program inovasi tersendiri dalam manajemen pengolahan daging qurban dengan Superqurban yaitu program optimalisasi pelaksanaan ibadah qurban sesuai syariat dengan mengolah dan mengemas daging qurban menjadi kornet untuk disalurkan di wilayah terpencil. 4 Memiliki program Member Relationship Officer MRO dalam setiap wilayah pemberdayaan yaitu memberikan pendamping warga binaan yang berfungsi sebagai pendamping, pemberdaya, penggerak lingkungan, dan sebagai advokat masyarakat. 5 Konsistensi jumlah donatur aktif cukup meningkat setiap tahunnya yaitu 136.908 orang Berdasarkan jumlah donatur menurut grafik pertumbuhan pemberdayaan 2013-2014 12 Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 77. 92 Hal ini sesuai dengan pengertian analisis kekuatan menurut Rafi’udin dan Abdul Djaliel dalam buku Prinsip dan Strategi Dakwah yaitu dengan memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia, dana serta beberapa piranti yang dimilikinya. Lembaga perlu memikirkan keunggulan yang dimiliki, walaupun kekuatan itu tidak sepenuhnya merupakan keunggulan dalam bersaing. Dari semua itu yang terpenting bagi suatu lembaga adalah memiliki kekuatan yang relatif besar untuk faktor mikro dibandingkan dengan lembaga lain yang sejenis. 13 b. Weakness Kelemahan Setiap perusahaan memiliki kelemahan, termasuk Rumah Zakat dalam pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi memiliki kelemahan yang peneliti analisis diantaranya yaitu: 1 Keterbatasan anggaran dalam publikasi informasi dan agen media massa dalam bekerja sama. Karena publikasi informasi berhubungan dengan bisnis periklanan yang memiliki aturan dalam menayangkannya, serta harga yang harus dibayar relatif tinggi mengingat media periklanan yang digunakan lembaga tidak hanya satu. Untuk mengantisipasinya lembaga membuat suatu paper berbentuk majalah yang diberi nama RZ Magazine diterbitkan setiap beberapa bulan sekali dan terus dikembangkan kepada publik 2 Keterbatasan sumberdaya manusia yang masih jauh dari kemampuan, keterampilan akademik dan profesional. Lembaga kurang bekerja sama dengan para ahli bidang dan institusi dalam mengembangkan program, 13 Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Hal. 77. 93 serta keterbatasan pengetahuan untuk relawan dalam bidang lingkungan. Untuk mengantisipasi hal ini dengan terus memberikan pelatihan ataupun mengadakan seminar untuk publik dan relawan, melakukan kerjasama dalam mengembangkan dan melaksanakan program dengan para ahli yang menekuni bidang lingkungan. 3 Layanan dan penyaluran program senyum lestari dirasa kurang konsisten setiap tahunnya, hal ini dilihat dari data penerima manfaat yang jumlahnya jauh signifikan dari tiga program pemberdayaan lainnya dan tim pelaksana yang dibentuk sebagian besar adalah para anggota yang merangkap pekerjaan dengan staf kantor sehingga kesatuan manjemen yang dibentuk tidak bekerja secara maksimal dan kurang dalam memanfaatkan tenaga relawan dalam berpartisipasi. Dalam meminimalkan hal tersebut lembaga dapat membentuk kesatuan manajemen khusus untuk program senyum lestari dengan lebih memanfaatkan dan memberikan pelatihan kepada para relawan sebelum ataupun saat berlangsungnya program berjalan. Memperhitungkan berbagai kelemahan yang dimiliki seperti menyangkut aspek kekuatan, misalnya kualitas sumber daya manusia yang digunakan, pengelolan dana dan poin lainnya bisa menjadi kelemahan organisasi. Selain mengetahui kekuatan, wajib sifatnya sebuah lembaga mengetahui kelemahan yang dimiliki agar lembaga dapat mengantisipasi lebih dini kelemahannya sebelum memasuki basis persaingan. 14 14 Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 77. 94 c. Opportunity Peluang Melihat seberapa besar peluang yang tersedia di luar, sehingga peluang kecil dapat dimanfaatkan menjadi sebuah keuntungan. Peluang yang dihadapi Rumah Zakat dalam pelaksanaan kegiatan Strategi komunikasi adalah: 1 Memiliki peluang untuk berkembang menjadi lembaga filantrofi nasional dan memperluas jaringan akses di wilayah skala kecil. Hal ini bisa mendekatkan pada peluang status lembaga filantrofi di mata internasional. 2 Menjadi lembaga panutan atau referensi sistem kerja dan program bagi lembaga sosial yang ingin masuk pada sektor pemberdayaan masyarakat. 3 Pertimbangan untuk menjadi mitra yang dipilih pemerintah untuk bekerja sama dalam mengatasi permasalahan lingkungan. d. Threats Ancaman Memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman, baik eksternal dan internal, ancaman ini harus diketahui oleh lembaga sedini mungkin. Dalam mengembangkan kekuatan yang akan bersaing, suatu organisasi akan menghadapi ancaman terutama dari luar, ancaman yang tidak diinginkan pasti akan melemahkan sistem lembaga, untuk itu perlu diantisipasi sedini mungkin. Adapun ancaman yang dihadapi Rumah Zakat Indonesia dalam melaksanakan kegiatan proses strategi komunikasi yaitu: 1 Semakin berkembang lembaga pemberdayaan sejenis sehingga akan memunculkan alternatif berbagai pilihan dalam berdonasi. 95 2 Adanya anggaran tak terduga dalam pelaksanaan strategi komunikasi terlebih pada aspek publikasi informasi dan periklanan. 3 Perizinan pemerintah daerah maupun pusat dalam pelaksanaan program secara legal. 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dengan demikian penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Strategi komunikasi yang diterapkan oleh Rumah Zakat Indonesia sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Bintaro yaitu: a. Perumusan strategi yaitu mengetahui faktor internal dan eksternal yang akan dihadapi dengan melibatkan anggota lembaga, donatur, dan masyarakat, seperti menetapkan standar operasi dalam pelaksanaan dan pengawasan, pertimbangan dan keputusan program yang akan digunakan sebagai alternatif solusi sesuai dengan misi dan visi yang dijalankan lembaga, pemilihan skala prioritas sasaran dan kegiatan, serta menyesuaikan persantase alokasi anggaran yang telah diputuskan. b. Implementasi strategi, lembaga Rumah Zakat menerapkan tindakan dalam beberapa pilihan seperti donatur perseorangan, donatur institusi, dan donatur program. ICD Integrated Community Development atau karakteristik wilayah, publikasi informasi yang telah direncanakan baik secara langsung maupun menggunakan media, public relation yang berperan menjembatani komunikasi antara keinginan lembaga dan kebutuhan masyarakat, serta periklanan berfungsi sebagai akses informasi bagi publik di suatu wilayah dan donatur untuk pemasukan donasi. c. Evaluasi strategi dari pelaksanaan program baik secara internal maupun eksternal dengan periode waktu 6 bulan dari keseluruhan implementasi program selama 3 tahun. Mengukur berbagai keberhasilan secara internsif dengan tujuan mengetahui