Latar Belakang Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta

1 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan terarahnya usaha peningkatan produksi perikanan yang pada gilirannya meningkatkan pula konsumsi ikan, ekspor hasil perikanan, pendapatan petani nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap pembangunan bidang industri dan menunjang pembangunan daerah serta pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Menurut Lubis 2000 bahwa dalam usaha menunjang peningkatan produksi perikanan laut, maka tersedianya prasarana ”Pelabuhan Perikanan” mempunyai arti yang sangat penting. Pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Dengan pengelolaan perikanan yang baik, maka kelancaran operasi penangkapan, pengolahan maupun pemasarannya menjadi lebih terjamin. Fungsi pelabuhan perikanan menyangkut berbagai aspek, teristimewa merupakan lingkungan kerja yang akan melaksanakan pelayanan umum, maka perlu adanya pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi, pengelolaaan dan penggunaannya, maupun tujuan serta kewenangannya melalui peraturan pemerintah. Kelembagaan kelautan dan perikanan diadakan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah ditetapkan. 2 Berbagai pola kelembagaan kelautan dan perikanan, seperti pengelolaan perikanan terpadu integrated fisheries management, pengelolaan perikanan berbasis masyarakat community based fisheries management, dan pengelolaan perikanan berbasis kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat public private partnership fisheries management , ternyata telah dikembangkan, namun sampai saat ini ternyata belum berhasil established atau belum dapat mencapai taraf kemapanan di masyarakat. Penetapan perikanan sebagai prime mover dari kebijakan umum Departemen Kelautan dan Perikanan merupakan cerminan dari suatu harapan bahwa perikanan akan dapat mengangkat Departemen Kelautan dan Perikanan ke permukaan sebagai salah satu penggerak pembangunan, namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa perikanan di samping memberi harapan, juga memiliki banyak permasalahan yang harus ditangani. Beberapa persoalan mendasar yaitu masih belum jelasnya kebijakan pengelolaan kelautan dan perikanan secara terpadu, perlu dilandasi oleh konsep yang mengintegrasikan antara pemanfaatan dan pelestarian. Konsep ini diharapkan dapat menjamin efektivitas dan efisiensi pelaksanaan disamping pengintegrasian antara aspek kelautan itu sendiri dengan perikanan dalam pengelolaannya. Hal lain yang masih menjadi kendala adalah ketidak jelasan kewenangan dan peranan para stakeholder terkait di berbagai level organisasi, tidak adanya sistem dan mekanisme penegakan hukum yang efektif, masih rendahnya peran para stakeholder dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi laut dan perikanan, masih terbatasnya kelembagaan kelautan dan perikanan terutama di daerah sehingga sulit mengimplementasikan momen desentralisasi. 3 Masih rendahnya kualitas lembaga dan sumberdaya manusia pengelola sektor kelautan dan perikanan yaitu adanya tumpang tindih kewenangan yang mengakibatkan benturan kepentingan antar lembaga, merupakan salah satu indikator bahwa kelembagaan kelautan dan perikanan belum tertata dengan baik sehingga belum siap untuk melakukan integrasi dan koordinasi. Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta PPSJ yang kini memiliki nama baru PPS Nizam Zachman merupakan salah satu dari 5 lima pelabuhan perikanan tipe samudera, diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Semula pelabuhan perikanan ini berbentuk Project Manajement Unit PMU namun seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa, maka pada tahun 1992 dibentuk menjadi Perusahaan Umum Perum Prasarana Perikanan Samudera. Perum PPS tersebut mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas pelabuhan perikanan yang bersifat komersial, sedangkan Unit Pelaksana Teknis UPT Pelabuhan PerikananSamudera mempunyai wewenang dan tanggungjawab melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan non komersial. Untuk meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat dan menghindari terjadinya tumpang tindih tugas di lapangan, maka melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 1082KptsOT.2101099 ditetapkan Tata Hubungan UPT Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan. Dalam Laporan Tahunan 2004 PPS Nizam Zachman Jakarta, disebutkan bahwa tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman, antara lain : 1 Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera. 4 2 Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas. 3 Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan. 4 Menciptakan lapangan kerja. 5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam Zachman melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan, perbekalan dan lainnya. 6 Meningkatkan pengawasan, keamanan, ketertiban dan kebersihan di kawasan pelabuhan. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka diperlukan kelembagaan kelautan dan perikanan yang kuat dan tangguh, namun fleksibel atau lentur dalam menyesuaikan dengan lingkungan strategis yang berkembang secara dinamis. Dalam rangka penataan inilah diperlukan strategi agar kapasitas kelembagaan pelabuhan perikanan meningkat.

1.2 Perumusan Masalah