Analytical Hierarchy Process AHP

23 3 Strategi WO atau InvestementDivestment bertambahberkurang, dimana peluang yang tersedia sangat menyakinkan, tetapi tidak ada kemampuan organisasi untuk menggarap dan memberikan reaksi positif. Organisasi akan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. 4 Strategi WT atau Damage rugi, merupakan keadaan yang paling lemah bagi organisasi. Pada keadaan ini ancaman dari luar dihadapkan pada sumberdaya organisasi yang sangat lemah. Organisasi perlu mengendalikan kelemahan untuk menghindari ancaman. Tabel 1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan eksternal INTERNAL KEKUATAN S KELEMAHAN W X1 X1 X2 X2 . . . . EKSTERNAL Xn Xn PELUANG O Strategi SO Strategi WO X1 a a X2 b b . . . . . . Xn n n ANCAMAN T Strategi ST Strategi WT X1 a a X2 b b . . . . . . Xn n n Sumber : Rangkuti, 2002

2.6.2 Analytical Hierarchy Process AHP

Dalam mengambil keputusan seringkali harus memecahkan suatu masalah hubungan antar komponen dalam sistem yang kompleks seperti sumberdaya, hasil-hasil yang diinginkan atau tujuan-tujuan, kelompok orang dan sebagainya. Analytical Hierarchy Process AHP atau Proses Hirarki Analitik PHA adalah 24 merupakan analisis yang digunakan untuk memahami kompleksitas sistem dan dapat meningkatkan kualitas prediksi dalam mengambil keputusan. Dalam penerapannya, Saaty 1991 menyarankan sedapat mungkin menghindari adanya penyederhanaan seperti dengan membuat asumsi-asumsi, dengan tujuan dapat diperoleh model-model yang kuantitatif. AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini ditujukan untuk memodelkan problem tak terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun sains manajemen yang dikembangkan pertama sekali oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an, seorang ahli matematika dari university of Pittsburg Amerika Serikat. Prinsip dasar AHP adalah penyusunan hirarki, penerapan prioritas dan prinsip konsistensi Saaty, 1991. Tolok ukur kekonsistenan pendapat responden diukur dengan menggunakan rasio konsistensi atau Consistency Ratio CR. Dari hasil AHP ditentukan urutantingkatan pengaruh elemen-elemen dalam suatu hierarki. Prinsip menyelesaikan masalah dengan menggunakan AHP adalah dipergunakannya hirarki untuk menguraikan sistem yang komplek menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana. Hirarki dari metode ini dibagi menjadi fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif seperti terlihat pada Gambar 2. 25 Fokus : Faktor : Aktor : Tujuan : Alternatif : Gambar 2 Analytical Hierarchy Process Saaty, 1991 AHP mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut : 1 Memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk anekaragaman persoalan yang tak terstruktur. 2 Memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. 3 Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. 4 Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen- elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5 Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas. Sasaran Utama Ultimate Goal Faktor yang terlibat internal dan eksternal Alternatif Strategi Tujuan dari pelaku Pelaku yang terlibat 26 6 Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 7 Menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. 8 Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. 9 Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari penilaian yang berbeda-beda. 10 Memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu