18 ini antara lain kantor pengelola pelabuhan, jalan di dalam komplek,
perumahan, toko, kamar mandi umum dan tempat ibadah.
2.4 Manajemen Strategi
Strategi pada intinya adalah keterampilan dan ilmu memenangkan persaingan. Persaingan dalam dunia bisnis adalah perebutan pangsa pasar, pada
kondisi yang selalu berubah. Oleh karena itu strategi perlu selalu dikelola agar tujuan organisasi dalam jangka pendek, jangka menengah dan panjang dapat
dicapai. Menurut David 1999 definisi manajemen strategis adalah seni dan
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai
sasarannya. Pengertian yang senada juga diberikan oleh Wheelen dan Hunger 2000 bahwa manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang suatu organisasi. Menurut David 1999 proses manajemen strategis yang efektif dan efisien
diterapkan dengan menggunakan suatu model manajemen strategis, dimana model tersebut membagi proses manajemen strategi ke dalam 3 tiga tahap yaitu tahap
formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
2.5 Kelembagaan
Kelembagaan dapat diartikan dalam 2 dua pengertian, pertama
kelembagaan sebagai institusi yaitu lembaga atau organisasi berbadan hukum
untuk mengelola suatu kegiatan, dan kedua pelembagaan nilai atau
institutionalized . Kelembagaan sebagai institusi dikembangkan melalui 3 tiga
aspek yaitu peningkatan kemampuan aparatur yang bekerja di lembaga tersebut
19 dan memobilisasi tenaga untuk bekerja di lembaga tersebut, penyediaan fasilitas
ruang kantor, peralatan dan bahan serta fasilitas lainnya untuk mengoperasikan lembaga tersebut; serta penyediaan dana operasional dan pemeliharaan serta
pembangunan untuk membiayai kegiatan lembaga tersebut. Pelembagaan nilai-nilai dikembangkan dengan memasyarakatkan hasil-
hasil yang dikerjakan oleh lembaga tersebut ke masyarakat yang menjadi sasaran atau pengguna jasa tersebut. Nilai-nilai yang dilembagakan bisa berupa peraturan
per Undang Undangan, peraturan daerah, tata ruang pesisir dan lautan dan bentuk- bentuk lainnya yang dihasilkan oleh lembaga tersebut.
Menurut Mubyarto 1987, yang dimaksud dengan lembaga adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur
perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Hayami dan
Kikuchi 1987 mendefinisikan bahwa lembaga pranata adalah sebagai aturan- aturan yang dikukuhkan dengan sanksi oleh para anggota komunitas. Ruttan
1985, mendefinisikan bahwa lembaga sebagai aturan perilaku yang menentukan pola-pola tindakan dan hubungan sosial, sedangkan organisasi adalah kesatuan
sosial yang memiliki kewenangan untuk pengambilan keputusan, seperti keluarga, perusahaan dan kantor dengan menjalankan pengendalian terhadap berbagai
sumberdaya. Menurut Purwaka 2004, kelembagaan K adalah satu set atau satu
perangkat peraturan per Undang Undangan yang mengatur tata kelembagaan
Institutional Arrangement : IA dan mekanismekerangka kerja kelembagaan Institutional Framework : IF dalam rangka fungsionalisasi kapasitas potensial
20
Potential Capacity : PC, daya dukung Carrying Capacity : CC, dan daya tampung Absorptive Capacity : AC. AC juga disebut sebagai daya lentur
kelembagaan, yaitu kelenturan sesuatu lembaga dalam menghadapi dan mengantisipasi dinamika perubahan yang terjadi di dalam pembangunan kelautan.
Kelembagaan tersebut dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
K = f IA, IF PC, CC, AC
dimana : K : Kelembagaan
f : Fungsi IA : Tata kelembagaan bersifat statis
IF : Kerangka kerjamekanisme kelembagaan bersifat dinamis yaitu tata kelembagaan dalam keadaan bergerak atau bekerja
PC : Kapasitas potensial CC : Daya dukung
AC : Daya tampung Di dalam IA dan IF, masing-masing mengandung PC, CC dan AC, dimana
PC, CC dan AC adalah kapasitas kelembagaan. Dengan demikian, pengembangan kapasitas kelembagaan adalah upaya optimalisasi kapasitas kelembagaan dalam
kerangka tata dan mekanisme kelembagaan. Dalam kaitan ini, analisis pengembangan kapasitas kelembagaan dapat mempergunakan politik, ekonomi,
sosial, budaya dan hankam sebagai tools of analysis. Tools of analysis ini juga dapat dipergunakan dalam upaya membuat desain kelembagaan.
21
2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif