Penelitian tahap II : Studi autekologi tumbuhan sagu di P. Seram, Maluku
1. Memberikan nilai dugaan yang dapat dipercaya terhadap rata-rata dan total
parameter populasi karena satuan-satuan sampel diletakkan menyeluruh pada populasi.
2. Memberikan nilai dugaan yang dapat dipercaya terhadap rata-rata dan total
parameter populasi karena satuan-satuan sampel diletakkan menyeluruh pada populasi.
3. Dapat dilaksanakan secara lebih cepat dan murah bila dibandingkan dengan
metode sampling berpeluang, karena kurangnya waktu dan biaya untuk proses pemilihan dari satuan-satuan sampel.
Gambar 4. Prosedur penelitan autekologi
Distribusi spasial sagu
Judgemen Purposive sampling
Pengumpulan data iklim
Analisis Data : Analisis vegetasi, asosiasi,
komponen utama
Metode sampling : Bentuk, ukuran, cara
penetapan
Peta wilayah sampel
Pengamatan vegetasi
Pengumpulan data
Pengambilan contoh air
Pengambilan contoh tanah
Pengamatan spesies
sagu Analisis sifat
kimia fisika Identifikasi tbhn
yang tak diketahui Analisis
data iklim Analisis
sifat air
Studi biodiversitas
4. Perjalanan penjelajahan antara satuan-satuan sampel yang berurutan adalah
lebih mudah, karena adanya arah rintis yang jelas. 5.
Ukuran populasi tidak perlu diketahui selama satuan-satuan sampel diletakan pada jarak yang beraturan setelah satuan sampel pertama ditentukan.
6. Pemetaan areal dapat dilakukan sekaligus di lapangan.
Penempatan unit sampel pada masing-masing wilayah sampel I Luhu Kabupaten SBB, II Sawai Kabupaten MT, dan III Werinama Kabupaten SBT
sebagaimana tersaji pada Gambar 5. Jumlah petak pengamatan disesuaikan dengan luas wilayah sampel. Luas wilayah sampel I sekitar 250 ha, jumlah petak
kuadrat yang dibuat sebanyak 36 petak. Wilayah sampel II luasnya sekitar 500 ha, jumlah petak kuadratnya 54. Luas wilayah sampel III sekitar 300 ha, jumlah petak
kuadrat yang dibuat sebanyak 40 petak. Total petak pengamatan sebanyak 130 petak kuadrat.