Interaksi dengan parameter kualitas air rawa
0,50 0,25
0,00 -0,25
-0,50 0,6
0,4 0,2
0,0 -0,2
-0,4
First Component
S e
c o
n d
C o
m p
o n
e n
t
Salinitas NO3
Magnesium
Kalsium Kalium
pH
Loading Plot of pH; ...; Salinitas
kalium, kalsium, dan magnesium, maka pH air akan meningkat. Kalium, kalsium, dan magnesium merupakan kation basa yang memainkan peranan dalam
meningkatkan pH. Pada uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa bahan kapur untuk memperbaiki kemasaman tanah adalah mengandung kation-kation tersebut.
Korelasi positif terjadi pula antara variabel salinitas dengan pH dan kalium. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya pH air dan kalium dalam air, maka akan
menaikkan kadar salinitas air rawa. Tabel 31. Eigenvector komponen utama variabel kualitas air rawa
Variable PC1
PC2 pH
0,516 -0,290 Kalium
0,255 0,629 Kalsium
0,554 -0,091 Magnesium 0,332 0,565
NO3 -0,499 0,264
Salinitas 0,044 -0,352
Gambar 31. Interaksi variabel kualitas air rawa dalam habitat sagu di P. Seram, Maluku
Kandungan nitrat NO
3
dalam air berkorelasi negatif dengan pH. Hal ini ditunjukkan dengan sudut tumpul yang dibentuk oleh garis loading plot variabel
tersebut. Korelasi yang bersifat negatif ini mengandung pengertian bahwa dengan
meningkatnya pH, maka kandungan nitrat akan berkurang. Pada lahan rawa yang mengalami genangan cukup lama, biasanya oksigen berkurang dibarengi dengan
peningkatan kemasaman air. Di dalam air nitrat mudah tercuci atau terbawa oleh aliran perkolasi. Dalam air yang tergenang dimana kondisinya tereduksi, nitrat
biasanya dirubah ke dalam bentuk ammonium NH
4
. Perubahan ini antara lain diduga berperan dalam turunnya kandungan nitrat dalam air rawa di lahan sagu.
Dengan mempertimbangkan eigenvalues sebagai skor komponen utama skor PC faktor kualitas air rawa dan nilai eigenvector terbesar, maka dapat
ditentukan besarnya kontribusi bobot relatif masing-masing variabel kualitas air rawa terhadap habitat sagu. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah
kontribusi faktor kualitas air rawa terhadap habitat sagu di Pulau Seram sebesar 6,26 Tabel 32. Variabel kualitas air rawa yang memiliki kontribusi tertinggi
adalah kalsium, dengan besarnya kontribusi sekitar 1,73 . Sedangkan variabel dengan kontribusi paling rendah adalah salinitas sebesar 0,14 .
Tabel 32. Kontribusi variabel kualitas air rawa terhadap habitat sagu di P. Seram, Maluku
Variabel Skor PC Eigenvector Kontribusi pH 3,120 0,516
1,61 Kalium 1,876
0,629 1,18
Kalsium 3,120 0,554
1,73 Magnesium 1,876
0,565 1,10
Nitrat NO3 1,876 0,264
0,50 Salinitas 3,120
0,044 0,14
Jumlah 6,26
Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana tertera dalam Tabel 30 di atas, dapat disusun model indeks habitat sagu terkait dengan peran faktor kualitas air
rawa di P. Seram sebagai berikut : HS
F-KAR
= 1,61
pH
+ 1,18
K
+ 1,73
Ca
+ 1,10
Mg
+ 0,50
Nitrat
+ 0,14
Salinitas
……………………………………………………………….. 31
dimana : HS
F-KAR
= habitat sagu terkait dengan faktor kualitas air rawa pH = kemasaman air
K = Kalium Ca = Kalsium
Mg = Magnesium NO
3
= Nitrat Pada model indeks habitat sagu sebagaimana tersaji dalam pers-31 di atas,
tampak bahwa habitat sagu di P. Seram dalam kaitannya dengan sifat kualitas air rawa sangat ditentukan oleh variabel kandungan kalsium. Hal ini berarti bahwa
untuk habitat sagu diperlukan kalsium yang memadai. Kalsium merupakan unsur hara esensial makro, artinya diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah yang relatif
banyak. Kalsium juga merupakan kation basa yang berperan dalam memperbaiki kemasaman air. Selain itu pertumbuhan sagu ditentukan pula oleh kation dan
anion lain seperti kalsium, magnesium, dan nitrat. Setelah kalsium, variabel kualitas air rawa yang paling berperan adalah kemasaman air pH. Kemasaman
air berkaitan dengan ketersediaan unsur hara tertentu seperti phosfor, dan kelarutan senyawa logam yang dapat memberikan efek buruk terhadap
pertumbuhan sagu. Kualitas air rawa di lahan sagu yang paling kecil perannya adalah salinitas.
Hasil analisis regresi komponen utama untuk menjelaskan pengaruh faktor kualitas air rawa terhadap jumlah populasi rumpun dan produksi pati sagu
menunjukkan bahwa kontribusi pengaruh faktor kualitas air rawa terhadap pertumbuhan dan produksi pati sagu masing-masing sebesar 10,0 dan 11,0
Lampiran 20. Persamaan regresi komponen utamanya sebagai berikut :
Y1 = 6,17 + 0,004 X1 - 0,018 X2 - 0,009 X3 - 2,105 X4 ……….………. 32
Y2 = 546,18 + 4,056 X1 - 0,370 X2 + 5,090 X3 - 186,047 X4 ………….. 33
dimana : Y1 = jumlah populasi rumpun sagu, Y2 = produksi pati sagu, X1 = Kalium, X2 = Kalsium, X3 = Magnesium, X4 = Salinitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa salinitas merupakan variabel air yang paling berpengaruh terhadap jumlah populasi rumpun dan produksi pati sagu.
Pengaruh salinitas ini bersifat negatif, artinya menghambat penambahan jumlah
populasi rumpun dan tidak menunjang peningkatan produksi pati sagu, jika salinitas air meningkat. Rostiwati et al. 2008 mengemukakan bahwa tumbuhan
sagu dapat tumbuh sampai dengan kondisi salinitas air mencapai 10 ppt. Walaupun tumbuhan sagu memiliki daya adaptasi untuk dapat tumbuh sampai
dengan kondisi salinitas sebagaimana tersebut di atas, namun dengan peningkatan salinitas tidak memberikan pengaruh yang baik bagi penambahan jumlah populasi
rumpun maupun terhadap produksi pati sagu. Pengaruh yang bersifat negatif dari salinitas terhadap jumlah populasi
rumpun dikarenakan pada habitat tergenang terdapat garam-garam yang larut seperti garam kalsium, magnesium, dan mungkin juga natrium terutama pada
habitat air payau. Garam-garam ini diduga menghambat pertumbuhan percabangan basal rhyzome sehingga pembentukan rumpun baru tidak dapat
berlangsung. Artinya pertumbuhan percabangan basal hanya tumbuh disekitar pohon induk, tumbuh bersama dalam suatu rumpun.
Dalam pertumbuhan sagu, kalium di dalam air memberikan pengaruh yang bersifat positif terhadap jumlah populasi rumpun sagu. Hal ini berarti bahwa
kalium berperan dalam penambahan jumlah populasi rumpun sagu. Dalam kaitan ini dimungkinkan karena kalium merupakan unsur hara yang berperan dalam
perkembangan akar Hardjowigeno 1992. Dalam konteks ini diduga kalium berperan juga dalam mendorong pemanjangan percabangan basal rhyzome sagu.
Dalam ilmu Botani, rhyzome merupakan modifikasi akar yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Rhyzome sagu yang memanjang menjauhi pohon induk
atau rumpun induk, kemudian tumbuh menjadi individu baru yang selanjutnya membentuk rumpun baru.
Dalam kaitan dengan produksi pati sagu, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel salinitas memberikan pengaruh yang bersifat negatif. Salinitas
sesungguhnya merupakan indikator yang mencirikan kandungan garam-garam yang terlarut dalam air. Tiga jenis unsur hara yang larut dalam air tersebut yakni,
kalium, kalsium, dan magnesium. Tiga unsur tersebut merupakan kation yang dibutuhkan tumbuhan dan menentukan tingkat salinitas. Dalam proses serapan,
dapat terjadi kompetisi diantara ketiga kation tersebut karena memiliki kemiripan sifat. Pada uraian sebelumnya dikemukakan oleh Syekhfani 1997 bahwa
terdapat kompetisi dalam penyerapan ion kalium, kalsium, dan magnesium karena secara kimia memiliki kesamaan sifat. Kalium dan magnesium yang terus
bertambah dapat meningkatkan produksi pati sagu. Hal ini ditunjukkan dengan pengaruh kedua kation tersebut yang bersifat positif. Pengaruh sebaliknya
ditunjukkan oleh kalsium, artinya dengan semakin bertambah jumlahnya di dalam air, tidak diikuti dengan peningkatan produksi pati sagu. Hal ini diduga
karena kebutuhan kalsium sagu telah dapat dipenuhi dari dalam tanah. Terkait dengan fungsi dan peran masing-masing unsur telah dijelaskan pada uraian
sebelumnya.