Habitat dan ekologi tumbuhan sagu

gambut pertumbuhan sagu cukup merana. Pada jalur transisi antara hutan sagu dan hutan tropika basah, dimana sesekali digenangi air, sagu tumbuh dengan baik. Tumbuhan sagu dapat pula tumbuh pada tanah-tanah organik, akan tetapi sagu yang tumbuh pada kondisi tanah yang demikian biasanya menunjukkan berbagai gejala defisiensi terhadap beberapa unsur hara tertentu yang ditandai oleh berkurangnya jumlah daun dan umur sagu yang lebih panjang mencapai 15-17 tahun Fach 1977 dalam Haryanto dan Pangloli 1992. Apabila dilihat dari kemungkinan hidup tumbuhan sagu berdasarkan kisaran keadaan hidrologi, maka Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993 menyatakan bahwa kisaran keadaan hidrologi tempat tumbuh sangat lebar. Sagu dapat hidup pada keadaan lahan yang tergenang, sampai kondisi lahan yang tidak tergenang asalkan kondisi kadar air tanah lengas tanah terjamin cukup tinggi. Kondisi kadar air yang tinggi ini dapat disebabkan oleh genangan berkala, daya tahan menyimpan air banyak, misalnya karena mengandung bahan organik banyak, maupun oleh air tanah dangkal. Pada genangan tetap, pertumbuhan sagu pada fase semai masih baik, akan tetapi pada fase pembentukan batang tiang dan pohon laju pertumbuhannya sangat lambat, jumlah pohon masak tebang per hektar sedikit dan produksi pati per pohon rendah. Pertumbuhan dan produksi tampak cukup baik pada lahan dengan genangan berkala atau yang tidak tergenang. Di daerah rawa pantai dengan kadar garam salinitas tinggi tumbuhan sagu masih dapat tumbuh, ditemukan bercampur dengan nipah. Akan tetapi perkembangan fase pembentukan batang dan pembentukan pati terhambat. Secara alamiah di daerah rawa pasang surut zone sagu berada di belakang zone nipah yang lebih tenggelam Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993. Tumbuhan sagu yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Maluku, menurut Louhenapessy 1993 dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu : 1. Kondisi rawa pantai brackish water yang bercampur dengan nipah dan tumbuhan payau lainnya, 2. Kondisi rawa air tawar, baik secara murni maupun bercampur dengan tumbuhan rawa, dengan penggenangan tetap maupun penggenangan sementara, 3. Kondisi pantai berpasir yang dipengaruhi oleh keadaan pasang surut, dan 4. Kondisi yang tidak tergenang tetapi mempunyai kandungan air tanah yang cukup. Tumbuhan sagu dapat tumbuh di tanah gambut, bahkan di Serawak sagu terutama ditanam di tanah gambut Flach and Schuiling 1988 dalam Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993. Di daerah Arandai Bintuni Irian Jaya, sagu ditemukan tumbuh pada tanah gambut dengan ketebalan lebih dari 4.5 meter dengan hasil panen mencapai 425 kg per pohon Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993. Sagu juga dapat tumbuh dan berproduksi baik di tanah pasiran, asal mengandung bahan organik tinggi. Hal ini berkaitan dengan penyediaan air, di tanah dengan kandungan pasir tinggi dan bahan organik rendah memiliki produksi tepung sagu yang rendah. Tumbuhan sagu banyak juga yang tumbuh baik secara alamiah pada tanah liat yang berawa, kaya akan bahan-bahan organik seperti di pinggir hutan mangrove atau nipah. Selain itu tumbuhan sagu dapat tumbuh pada tanah vulkanik, latosol, andosol, podzolik merah kuning, aluvial, hidromorfik kelabu dan tipe-tipe tanah lainnya Manan et al. 1984 dalam Haryanto dan Pangloli 1992. Tumbuhan sagu pada umumnya tumbuh baik di tropis pada daerah yang terletak antara 10 o LS-15 o LU, dan antara 90 o -180 o BT, pada ketinggian antara 0- 700 meter di atas permukaan laut dpl. Pertumbuhan sagu terbaik terdapat pada ketinggian mencapai 400 dpl, pada ketinggian tempat yang lebih besar pertumbuhan terhambat dan produksinya rendah Bintoro 1999 dalam Barahima 2005. Dalam pertumbuhan sagu diperlukan suhu minimal 15 o C, dan pertumbuhan terbaik berlangsung pada suhu sekitar 25 o C dengan kelembaban relatif sekitar 90 dan intensitas sekurang-kurangnya 900 Jcmhari Flach 1980; Flach et al. 1986 dalam Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993. Berdasarkan klasifikasi ragam curah hujan oleh Schmidt Ferguson, daerah pertumbuhan sagu terdapat dalam kawasan ragam A luar biasa basah-sangat basah dan B sangat basah-basah. Curah hujan rata-rata tahunan yang diperlukan sekitar 2.500 - 3.500 mm, dan jumlah hari hujan tahunan rata-rata antara 142 - 209 hari Turukay 1986 dalam Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993. Hasil studi Luhulima et al. 2005 di Sorong Selatan didapatkan bahwa tumbuhan sagu tumbuh baik pada tipe iklim B1, curah hujan 4.365 mm per tahun, jumlah hari hujan 20 hari per bulan, suhu rata-rata 27.58 o C, tertinggi 28.74 o C, dengan kelembaban relatif sekitar 84.33. Menurut Mulyanto dan Suwardi 2000 dikemukakan bahwa sagu tumbuh pada kondisi ekosistem yang spesifik yang dicirikan oleh kondisi temperatur yang berkisar antara 24-30 o C, kelembaban relatif terendah 60 dan tertinggi 90, penyinaran surya terendah 900 Jcm 2 hari dengan curah hujan yang berkisar antara 2000-4000 mmtahun.

2.5. Intraspesifik dan asosiasi tumbuhan sagu

Sebagaimana tumbuhan palem pada umumnya, pada awal pertumbuhan batang belum berbentuk. Pertumbuhan pertama dari biji adalah daun dan akar, daun-daun yang tumbuh kemudian terus melebar dari daun sebelumnya. Selama 2-4 tahun pertumbuhan batang sagu belum muncul di permukaan tanah Sjachrul 1993. Setelah pertumbuhan daun dan akar sempurna, batang akan tumbuh vertikal. Pada periode ini pertumbuhan daun berlangsung secara konstan. Daun akan tumbuh dalam setiap bulan, dan setiap daun ditaksir berumur antara 18-24 bulan. Periode pencapaian tingkat pertumbuhan sangat tergantung pada jenis sagu. Tingkat pertumbuhan ini dikelompokkan atas beberapa kelompok sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Selain pengelompokkan tersebut di atas, pada areal pertumbuhan sagu yang tumbuh membentuk rumpun BPPT 1982 dalam Haryanto dan Pangloli 1992 membaginya atas beberapa tingkat pertumbuhan yaitu : 1. Tingkat semai atau anakan yaitu tumbuhan sagu yang masih kecil, memiliki batang bebas daun 0-0.5 meter. 2. Tingkat sapihan yaitu tumbuhan sagu yang memiliki batang bebas daun 0.5- 1,5 meter. 3. Tingkat tihang yaitu tumbuhan sagu dengan tinggi batang bebas daun 1,5-5,0 meter. 4. Tingkat pohon yaitu tumbuhan sagu yang memiliki tinggi batang bebas daun di atas 5 meter. Tabel 1. Penggolongan tingkat pertumbuhan sagu No. Tingkat Pertumbuhan Periode Pertumbuhan Keterangan 1. Tunas 1 tahun Anakan yang masih menempel pada pohon induk, berdaun 2 atau lebih. 2. Anakan 1-2,5 tahun Anakan yang masih menempel pada pohon induk tetapi sudah mempunyai sistem perakaran sendiri dan dapat dipisahkan dari pohon induk untuk ditanam. 3. Sapihan 1,5-2,5 tahun Anakan yang telah tumbuh secara mandiri dan telah membentuk pelepah yang keras. Pada tingkat pertumbuhan ini telah berbentuk sistem perakaran yang kuat dan sukar untuk dipisahkan. 4. Belum masak tebang 6 tahun Pohon sagu muda yang telah membentuk batang tetapi belum berbunga. 5. Masak tebang MT 1 Saat bunga mulai keluar sampai mulai berbuah periode produktif 6. Lewat masak tebang LMT Malai buah telah berbentuk tanduk rusa. Sumber : Sjachrul 1993. Pada rumpun yang terdiri dari beberapa semai, sapihan, tihang dan pohon menyebabkan terjadinya persaingan, diantaranya dalam mendapatkan faktor tumbuh, baik di atas tanah maupun di dalam tanah. Persaingan faktor tumbuh di atas tanah meliputi ruang, udara dan cahaya, sedangkan di dalam tanah berupa air dan unsur hara. Persaingan untuk mendapatkan faktor tumbuh semakin tinggi apabila jumlah individu dalam rumpun lebih tinggi. Dalam persaingan yang tinggi individu pada stadia semai biasanya mengalami hambatan pertumbuhan yang sangat berarti, dan seringkali mengalami kematian. Matanubun dan Maturbongs 2005 menyebutkan bahwa apabila jumlah populasi persatuan luas meningkat akan menyebabkan persaingan yang semakin kuat. Pada lahan kurang basah pohon sagu dapat tumbuh lebih tinggi, sedangkan pada lahan terlalu basah pertumbuhan sagu kalah cepat dengan pertumbuhan rerumputan dan herba sehingga kalah bersaing dalam memperoleh ruang tempat tumbuh. Pada lahan kering pertumbuhan sagu kalah cepat dengan pertumbuhan