Teori Perdagangan Internasional TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

 Nilai Tukar kurs Dalam perdagangan internasional, perkonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh keadaan negara lain yang menjadi partner dagangnya. Salah satu indikator untuk melihat hubungan perdagangan antar negara adalah melalui nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain. Nilai tukar memiliki hubungan negatif dengan penawaran ekspor suatu komoditas. Apabila nilai tukar melemah depresiasi, maka akan menyebabkan harga suatu komoditas di dalam negeri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga komoditas tersebut di luar negeri. Sehingga hal ini akan mendorong ekspor guna meningkatkan keuntungan yang lebih besar.

2.2. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan suatu teori yang dapat digunakan untuk mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional, serta keuntungan yang diperoleh dari kegiatan ini. Selain itu, teori perdagangan internasional pun dapat digunakan untuk membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antar beberapa negara dan bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara Salvatore, 1997. Perdagangan Internasional tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara, karena merupakan salah satu komponen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto PDB. Peningkatan ekspor bersih merupakan faktor utama dalam meningkatkan PDB suatu negara Oktaviani dan Novianti, 2009. Perdagangan internasional dilakukan oleh negara-negara dalam rangka mencari keuntungan. Selain hal tersebut, Krugman dalam Oktaviani dan Novianti 2009 menjelaskan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah sebagai berikut: 1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. 2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi economic of scale. Secara teoritis, suatu negara misal negara 1 akan mengekspor suatu komoditas, sebut saja komoditas tersebut adalah x, ke negara lain negara 2 apabila harga domestik di negara 1 sebelum terjadinya perdagangan relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di negara 2 Gambar 2.1. Kondisi awal di negara 1 misalnya berada dalam kondisi keseimbangan dan harga berada pada P 1 . Pada kondisi ini tidak terjadi ekspor dari negara 1. Ketika harga berada pada posisi P 2 , ceteris paribus, struktur harga yang relatif lebih tinggi ini menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran excess supply di negara 1 yaitu sebesar Q A ’Q A ’’. Dalam hal ini faktor produksi di negara 1 relatif melimpah, dengan demikian negara 1 mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksi ke negara lain. Sebaliknya di negara 2, pada kondisi harga berada di P 2 , negara ini terjadi kekurangan suplai karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik excess demand sebesar Q B ’Q B ’’ sehingga harga menjadi lebih tinggi. Pada keadaan ini negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditi x dari negara lain dengan harga yang relatif lebih murah. Apabila kemudian terjadinya komunikasi antara negara 1 dan negara 2 maka akan terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut. Suplai di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar dari pada P 1 , sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi lebih rendah dari P 3 . Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara 1 akan mengekspor komoditi x sebesar BE sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditas x tersebut sebesar B’E’. Pada pasar internasional, besarnya BE akan sama dengan B’E’. Dengan kata lain, besarnya ekspor suatu komoditas perdagangan akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Gambar 2.1 Kurva Perdagangan Internasional

2.3. Nilai Tukar Kurs