Kadar Hara P-potensial dan P-tersedia Tanah Sawah Berdasarkan Perbedaan Jenis Tanah P-potensial pada Tanah Pertanian Lahan Kering

28

4.3.5. Kadar Hara P-potensial dan P-tersedia Tanah Sawah Berdasarkan Perbedaan Jenis Tanah

Perbedaan kadar P-potensial dan P-tersedia tanah sawah berdasarkan jenis tanah disajikan pada Tabel 9. Untuk P-potensial ppm menghasilkan nilai sebagai berikut: Inceptisols 841 ± 454 n=14, Ultisols 1.248 ± 144 n=2, dan Vertisols 1.316 ± 940 n=7. Dilihat dari nilai standar deviasinya, diduga hal ini disebabkan oleh keragaman antar jenis tanah yang tinggi. Selain itu dapat pula disebabkan oleh pemupukan P yang sangat bervariasi pada setiap jenis tanah. Untuk nilai P-tersedia ppm tanah sawah menunjukkan bahwa Inceptisols adalah 72,6 ± 28,5 n=14, Ultisols adalah 87,9 ± 46,9 n=2, dan Vertisols adalah 142 ± 31,1 n=7. Dilihat dari nilai standar deviasinya diduga hal ini disebabkan dari pemupukan P yang sama-sama intensif serta daya fiksasi P yang sama-sama tinggi pada setiap jenis tanah. Tabel 9. Rata-rata dan Standar Deviasi Kadar Hara P di Tanah Sawah Berdasarkan Jenis tanah Lokasi P-tersedia P-potensial Rata-rata StDev Rata-rata StDev Inceptisols 72,6 28,5 841 454 Ultisols 87,9 46,9 1.248 144 Vertisols 142 31,1 1.316 940 4.4. Hasil Analisis Status Hara Fosfor pada Tanah Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa

4.4.1. P-potensial pada Tanah Pertanian Lahan Kering

Menurut hasil analisis yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa P-potensial tertinggi pada tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa terdapat di Provinsi Jawa Timur sebesar 2.940 ppm, lalu Jawa Barat sebesar 2.387 ppm, dan terkecil adalah Jawa Tengah sebesar 1.033 ppm. Pada daerah P-potensial yang tertinggi adalah Batu Brawijaya Farm di Jawa Timur sebesar 8.415 ppm dan daerah terkecil adalah Wonosari di Jawa Tengah sebesar 378 ppm. Menurut kriteria PPT 1983, status P-potensial dari 20 lokasi tanah pertanian lahan kering yang diambil di Pulau Jawa 15 lokasi berstatus sangat tinggi, empat lokasi berstatus tinggi yaitu: Ciamis dan Malangbong di Jawa Barat, Lumbir di Jawa Tengah, dan Tambak Rejo di Jawa Timur, serta satu lokasi berstatus sedang 29 yaitu: Wonosari di Jawa Tengah. Rata-rata ke-3 provinsi dan Pulau Jawa berstatus sangat tinggi. Secara umum sangat tingginya kadar P-potensial pada tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa ini tidak terlalu berbeda dengan sawah yang diduga akibat dari akumulasi hara P dalam tanah karena pemupukan P yang sangat intensif. Tabel 10. Hasil Analisis Status Hara Fosfor pada Tanah Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa Nama Lokasi Ordo Tanah P 2 O 5 potensial Harkat P 2 O 5 tersedia Harkat USDA 2010 ppm ppm Jawa Barat Ciamis Inceptisols 502 T 110 ST Malangbong Andisols 552 T 124 ST Lembang Andisols 6.004 ST 126 ST Lembang Andisols 7.392 ST 134 ST Segalaherang Andisols 785 ST 115 ST Darangdan Andisols 684 ST 89,5 ST Bantar Kambing Ultisols 789 ST 108 ST Rata-rata Jawa Barat 2.387 ST 115 ST Jawa Tengah Batang Inceptisols 1.163 ST 78,5 ST Kudus Inceptisols 1.119 ST 192 ST Wonogiri Andisols 1.096 ST 93,9 ST Wonosari Vertisols 378 S 81,6 ST Borobudur Inceptisols 1.936 ST 281 ST Lumbir Ultisols 508 T 97,4 ST Rata-rata Jawa Tengah 1.033 ST 137 ST Jawa Timur Bancar Inceptisols 1.598 ST 241 ST Tuban Inceptisols 2.067 ST 260 ST Paciran Vertisols 2.248 ST 191 ST Tambak Rejo Vertisols 496 T 146 ST Brawijaya Farm - Batu Andisols 8.415 ST 202 ST Ngantang Andisols 3.829 ST 302 ST Tulungagung Inceptisols 1.928 ST 578 ST Rata-rata Jawa Timur 2.940 ST 274 ST Rata-rata Keseluruhan 2.174 ST 177 ST Keterangan: Harkat berdasarkan PPT 1983. SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi 30 Tingginya akumulasi hara P khususnya yang diberikan melalui pemupukan berubah menjadi bentuk yang tidak tersedia diretensi ataupun difiksasi di dalam tanah, diduga bahwa faktor tanah yang paling mempengaruhi fiksasi P adalah pH dan liat di dalam tanah. Ardjasa et al. 2000, menyatakan P yang diberikan melalui pupuk umumnya terfiksasi dan tertimbun dalam tanah, hanya sebagian kecil yang hilang melalui proses pencucian dan terangkut panen. Menurut Satari 1987, bahwa tanaman hanya mengambil sebagian kecil dari jumlah P yang diberikan. Sisa P yang diberikan tidak hilang sebagaimana nitrogen melainkan terakumulasi dalam tanah. Selain pemupukan yang intensif, faktor yang paling menentukan lainnya adalah pH, tipe, dan kadar liat dalam tanah, pada pH tanah yang lebih rendah dari 6,0 – 6,5 maka aktifitas fosfat akan berkurang akibat retensi R 2 O 3 dan di atas pH ini diretensi oleh ion-ion Ca dan Mg maupun CaCO 3 , sementara tanah-tanah dengan mineral liat tipe 1:1 meretensi P lebih banyak daripada tanah-tanah dengan tipe 2:1, sebab adanya muatan variabel pada tipe 1:1 dan juga karena pengaruh dari oksida atau hidrus oksida Fe dan Al. Untuk kadar liat, jika komposisi liatanya sama semakin tinggi kadar liat semakin besar daya retensi fosfatnya, sedangkan Alofan juga dikenal sebagai yang terbesar daya fiksasinya terhadap P Leiwakabessy et al. 2003.

4.4.2. P-tersedia pada Tanah Pertanian Lahan Kering