31 sangat intensif di Pulau Jawa. Hal ini mengingat bahwa sebenarnya ketersediaan
fosfor dalam tanah sangat sedikit Soepardi 1983. Nurjaya et al. 1995, menyatakan bahwa selain dari bahan induk yang
menyebabkan kadar P dalam tanah sangat tinggi juga ditentukan oleh pemberian pupuk P baik alami, buatan, organik, ataupun anorganik. Menurut Nursyamsi dan
Heryadi 1994, bahwa pemberian pupuk P ke dalam tanah dapat meningkatkan kadar P dalam tanah baik terekstrak Bray 1 maupun HCl 25 sehingga
ketersediaannya meningkat. Melihat status hara P yang rata-rata berstatus sangat tinggi pada tanah sawah dan tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa, maka
efesiensi dalam pemupukan P sangatlah penting untuk segera dilakukan, antara lain pengurangan jumlah maupun intensitas pemupukan P ataupun tidak
memberikan pupuk P pada tanah untuk beberapa waktu. Seperti yang dikemukakan oleh Rochayati dan Adiningsih 2002, serta Purnomo et al. 1994,
yang menyatakan apabila tanah di suatu lokasi mempunyai kadar P yang tinggi sebaiknya pupuk P yang diberikan hanya bertujuan untuk perawatan dimana
takaran yang diberikan setara dengan jumlah yang terangkut panen, sehingga produktivitas tanah dan tanaman dapat tetap terjaga. Selain itu P yang diberikan
ke tanah tidak harus pada setiap musim tanam, tetapi cukup hanya sekali untuk beberapa musim tanam, sehingga dapat mengurangi biaya pemberian. Menurut
Adiningsih 1992, mengungkapkan bahwa upaya mengacu produktivitas dengan menambah takaran pupuk merupakan suatu pemborosan dan bahkan dapat
mengakibatkan menurunnya ketersediaan hara lain serta menurunnya kualitas lingkungan.
4.4.3. Korelasi Hara P pada Tanah Pertanian Lahan Kering Terhadap Sifat-sifat Tanah Lainnya
Hasil uji korelasi P-potensial dan P-tersedia pada tanah pertanian lahan kering terhadap sifat-sifat kimia tanah seperti C-total, N-total, CN, Ca
dd
, Mg
dd
, KTK, EC, dan pH disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan hasil uji korelasi
menunjukkan bahwa untuk P-potensial mempunyai korelasi yang positif terhadap C-total, N-total, dan EC, sehingga semakin tinggi nilai P- potensial maka semakin
tinggi juga nilai dari C-total, N-total, dan EC.
32 Tabel 11. Korelasi P-tersedia dan P-potensial pada Tanah Pertanian Lahan Kering Terhadap Sifat Tanah Lainnya
P-tersedia P-potensial
C-total N-total
CN Ca
dd
Mg
dd
KTK EC
pH H
2
O P-potensial
0,153 C-total
-0,221 0,726
N-total -0,239
0,700 0,959
CN -0,010
0,359 0,565
0,336 Ca
dd
-0,013 -0,173
-0,327 0,348
0,112 Mg
dd
-0,111 -0,242
-0,310 -0,245
-0,408 0,244
KTK -0,288
-0,054 0,061
0,011 0,352
0,853 0,324
EC 0,145
0,552 0,380
0,308 0,502
0,519 0,082
0,610 pH H
2
O 0,173
-0,157 -0,563
-0,561 -0,180
0,698 0,216
0,343 0,107
Ketinggian -0,110
0,848 0,793
0,799 0,348
-0,300 -0,419
-0,120 0,362
-0,340 Keterangan: Berbeda Nyata, Berbeda Sangat Nyata
33 Keterkaitan P-potensial dengan nilai C-total dan N-total diduga akibat dari
kadar bahan organik dalam tanah, sebab pemberian bahan organik dapat menghasilkan P-organik dalam tanah serta meningkatkan kadar C-total dan
N-total dalam tanah, sehingga semakin tinggi bahan organik dalam tanah, maka akan meningkatkan juga kadar P-potensial, C-total, dan N-total dalam tanah.
Keterkaitannya terhadap EC dapat diartikan bahwa kelarutan P dari HCl 25 dapat meningkatkan nilai EC dalam tanah, sedangkan keterkaitannya dengan
tanah-tanah Andisol yang memiliki P-potensial yang sangat tinggi, karena pada umumnya tanah Andisols banyak mengandung bahan organik dan liat amorf
terutama alofan yang dikenal memiliki daya retensi maupun fiksasi P yang sangat
tinggi Hartono 2007; Hartono 2008b; Leiwakabessy et al. 2003.
4.4.4. Kadar Hara P-Potensial dan P-Tersedia pada Tanah Pertanian Lahan Kering Berdasarkan Perbedaan Lokasi
Perbedaan kadar P-potensial dan P-tersedia pada tanah pertanian lahan kering berdasarkan lokasi disajikan pada Tabel 12. Untuk P-potensial
menghasilkan nilai sebagai berikut: untuk Jawa Barat 2.387 ± 2.974 n=7, Jawa Tengah 1.033 ± 556 n=6, dan Jawa Timur 2.940 ± 2.608 n=7. Dilihat dari nilai
standar deviasinya, hal ini diduga disebabkan karena keragaman antar lokasi maupun antar provinsi yang tinggi satu dengan yang lain. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh pemupukan P yang sangat bervariasi pada setiap lokasi. Perbedaan lokasi terhadap nilai P-tersedia pada tanah pertanian lahan
kering di Pulau Jawa menunjukkan bahwa untuk Jawa Barat adalah 115 ± 14,6 n=7, Jawa Tengah 137 ± 82,1 n=6, dan Jawa Timur adalah 274 ± 143 n=7.
Dilihat dari nilai standar deviasinya, hal ini diduga disebabkan akibat dari pemupukan P yang sama-sama intensif di setiap lokasi serta juga iklim yang tidak
terlalu berbeda antar lokasi dalam satu provinsi.
34 Tabel 12. Rata-rata dan Standar Deviasi Kadar Hara P di Tanah Pertanian Lahan
Kering Berdasarkan Lokasi Lokasi
P-tersedia P-potensial
Rata-rata StDev
Rata-rata StDev
Jawa Barat 115
14,6 2.387
2.974 Jawa Tengah
137 82,1
1.033 556
Jawa Timur 274
143 2.940
2.608
4.4.5. Kadar Hara P-Potensial dan P-Tersedia pada Tanah Pertanian Lahan