Biomasa Atas Permukaan Hasil

5.1.4 Perhitungan Jumlah Emisi CO

2 Gas rumah kaca GRK yang dikeluarkan diemisikan lahan gambut adalah CO 2 , CH 4 metan, dan N 2 O. Di antara ketiga gas tersebut CO 2 merupakan GRK terpenting karena jumlahnya yang relatif besar, terutama dari lahan gambut yang sudah berubah fungsi dari hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman. Pada Tabel 9 dapat dilihat hasil dari jumlah emisi CO 2 pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan. Tabel 9. Emisi CO 2 pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan Ea t CO 2 Ebb t CO 2 Ebo t CO 2 Sa Δt Efiensi Pembakaran Emisi Total tontahun 25,55 7.122,09 769,18 0 5 25 1,58 Dari hasil yang diperoleh bahwa emisi karena terbakarnya jaringan tanaman di atas permukaan tanah Ea sebesar 25,55 t CO 2 . Emisi karena kebakaran gambut Ebb sebesar 7122,09 t CO 2 . Emisi dari dekomposisi gambut Ebo sebesar 769,18 t CO 2 dimana pendugaan berdasarkan penurunan permukaan gambut subsiden. Dimana Ea, Ebb dan Ebo dikalikan 25 efisiensi pembakaran. Tidak ada terjadi Sequestrasi Sa atau penambatan karbon oleh tanaman pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan sehingga dianggap 0. Sedangkan perbedaan atau lamanya waktu yang diperhitungkan Δt selama 5 tahun. Sehingga emisi CO 2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas, yaitu: E = 25,55 t CO 2 + 7.122,09 t CO 2 + 769,18 t CO 2 – 0 5 th E = 7.916,82 t CO 2 5 th E = 7,9 ton5 thn Dari perhitungan diatas dapat diinterpretasi bahwa 7,9 ton akan teremisi dari 2,07 ha di Kab. Humbang Hasundutan selama 5 tahun dan emisi per tahun sebesar 1,58 ton dengan efisiensi pembakaran sebesar 25. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Biomasa Atas Permukaan Pada areal penelitian ditemukan ada delapan jenis tumbuhan bawah yang tumbuh dominan pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu semak tumbuhan kecil berkayu, herba, rumput dan paku-pakuan. Jenis semak yang paling banyak dijumpai adalah Vaccinium varingifolium , Daphniphyllum glaucescens, dan Leptospermum flavescens . Biomasa tumbuhan bawah yang terdapat pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan berkisar antara 1,43 – 3,71 ton ha -1 dengan rata-rata sebesar 2,24 ton ha -1 . Sedangkan estimasi C tumbuhan bawah yang terdapat pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan berkisar antara 0,60 – 1,70 ton ha -1 dengan rata-rata sebesar 1,03 ton ha -1 . Besarnya biomasa tumbuhan bawah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis tumbuhan bawah di suatu plot yang akan diukur. 5.2.2 Biomasa dan Cadangan Karbon Bawah Permukaan 5.2.2.1 Berat Volume Bulk density Contoh Indikator terpenting dari potensi tanah gambut adalah: l tingkat dekomposisi, 2 kadar abu dan 3 nilai berat volume Db. Semakin tinggi tingkat dekornposisinya, kadar abu dan berat volume Db-nya maka semakin tinggi kandungan mineral dan bahan padatannya sehingga akan menghasilkan kalori yang lebih tinggi. Dari hasil berat volume Db diketahui bahwa nilai berat volume Db pada tanah bervegetasi lebih besar dibandingkan dengan tanah tidak bervegetasi, dan tanah bekas digali. Hal ini berkaitan dengan keberadaan lapisan liat pada tanah bervegetasi hingga menyebabkan nilai berat volume Db menjadi lebih tinggi. Selain itu pengaruh tumbuhnya tumbuhan bawah di tanah bervegetasi sehingga mempengaruhi berat volume Db. Nilai berat volume Db yang rendah diakibatkan oleh adanya rongga pada gambut yang dipenganrhi oleh adanya akar- akar tumbuhan.

5.2.2.2 Kandungan Karbon Gambut Contoh

Data kandungan karbon C gambut merupakan variabel utama untuk menentukan total karbon cadangan karbon yang tersimpan pada lahan gambut. Secara umum, cadangan karbon yang tersimpan pada hamparan tanah gambut dapat diketahui berdasarkan ketersediaan data: ketebalan gambut, kandungan karbon C, Bulk density, dan luas areal lahan gambut. Kandungan karbon gambut dapat ditentukan dengan salah satu dari beberapa metode yaitu, pengabuan kering lost in ignition, Walkley and Black pengabuan basah, atau C analyzer. Sama halnya dengan berat volume Db, tanah bervegetasi mempunyai kandungan karbon C yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah tidak bervegetasi, dan tanah bekas digali.

5.2.2.3 Kematangan Gambut Contoh

Kematangan gambut diteliti untuk menaksir kesuburan dan kandungan C gambut. Gambut yang lebih matang biasanya lebih subur, walaupun banyak faktor lain yang menentukan kesuburan gambut, misalnya campuran liat dan abu. Gambut pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan merupakan gambut hemik. Gambut pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan juga merupakan gambut yang terdapat di daerah dingin. Gambut di daerah dingin terbentuk dari tumbuhan herba rumput dan paku pakuan dan terbentuk karena suhu rendah sehingga tanah gambut yang ada sangat homogen dan subur. Kesuburan tanah gambut lokasi penelitian memperlihatkan sifat umum dari tanah gambut topogen dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi mesotropik sampai eutropik dibandingkan dengan gambut ombrogen yang umumnya oligotropik tidak subur.

5.2.2.4 Ketebalan Gambut

Ketebalan gambut diperoleh dengan cara menggunakan bor gambut. Dengan menggunakan bor gambut contoh gambut dapat diambil dari permukaan sampai ke dasar substratum gambut tergantung jumlah batang besi penyambung extension rod yang dipunyai. Contoh gambut yang diambil dengan bor gambut dapat digunakan untuk analisis berat volume Db, kadar air volume, dan sifat kimia termasuk kandungan karbon C. Rata-rata ketebalan gambut yang diukur di lokasi penelitian sebesar 2,5 meter Istomo. 2006. Terdapat faktor pembatas yang tinggibahkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan gambut ombrogen yaitu keberadaan akar-akar pohon yang tersusun sangat rapat lebih rapat bila dibandingkan dengan gambut ombrogen. Tingkat kerapatan akar pohon lahan gambut di lokasi penelitian diindikasikan dengan tidak adanya celah walaupun hanya untuk mata bor gambut terutama lahan gambut yang berada di Kab. Humbang Hasundutan Istomo. 2006

5.2.2.5 Pengukuran Tinggi Muka Air Saluran

Tinggi muka air tanah pada lahan gambut yang didrainase dipengaruhi oleh dalam saluran drainase, mengikuti pola logaritmik dengan jarak tegak lurus lokasi dari saluran, curah hujan dan permebialitas, sedangkan jenis vegetasi tidak terlihat berpengaruh terhadap tinggi muka air tanah Finn. 1983. Pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan tidak dijumpai adanya sungai, tetapi terdapat kanal disekitar lahan gambut. Kondisi muka air tanah gambut sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, terutama curah hujan. Pada kondisi musim hujan, rnuka air tanah gambut bisa sangat dangkal atau bahkan tergenang, dan pada musim kemarau muka air tanah akan mengalami penurunan. Menurut Rieley 1997, pada musim hujan permukaan air di lahan gambut dapat mencapai 0,5 m di atas pennukaan tanah tetapi pada musim kemarau dapat turun mencapai 1,5 m di bawah permukaan tanah. Hasil penelitian Andrie et al. 2010 juga menemukan bahwa pembuatan saluran drainase yang berlebihan menyebabkan perubahan sifat-sifat fisika, kimia dan biologi gambut, dampaknya dalam muka air tanah pada musim kemarau letaknya jauh dari permukaan tanah, sedangkan pada musim hujan berada dekat permukaan tanah, selain itu semakin dekat dengan saluran drainase dalam muka air tanah letaknya jauh dari permukaan tanah dan semakin jauh dari saluran drainase dalam muka air tanah letaknya dekat dengan permukaan tanah.

5.2.2.6 Perhitungan Pendugaan Simpanan Karbon Bawah Permukaan

Dengan diperolehnya luas lahan gambut, kedalaman tanah gambut, berat volume Bulk density dan kadar karbon C-Organik pada setiap jenis tanah gambut maka dapat dihitung potensi karbon bawah permukaan gambut Murdiyarso et al. 2004 Simpanan karbon terbesar terdapat pada jenis tanah tidak bervegetasi sebesar 0,400 ton. Sedangkan simpanan karbon terkecil terdapat pada jenis tanah bervegetasi sebesar 0,333 ton. Total simpanan karbon bawah permukaan pada luas areal 2,07 ha sebesar 1,118 ton.

5.2.3 Jumlah Emisi CO

2 Simpanan karbon terbesar pada lahan gambut adalah pada gambut itu sendiri dan yang kedua adalah pada jaringan tanaman dan pada serasah. Masing- masing simpanan karbon tersebut dapat bertambah atau berkurang tergantung pada faktor alam dan campur tangan manusia. Dari hasil yang diperoleh bahwa emisi CO 2 pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan dapat diinterpretasi bahwa 7,9 ton akan teremisi dari 2,07 ha selama 5 tahun dan emisi per ahun sebesar 1,58 ton pada lahan gambut di Kab. Humbang Hasundutan dengan efisiensi pembakaran sebesar 25. Dimana pembakaran dilakukan setelah akar dikumpulkan untuk dibakar sehingga menghasilkan arang. Pembakaran akar di lokasi penelitian dibandingkan antara sebelum dibakar dan setelah dibakar. Sehingga efisiensi pembakaran diasumsi sebesar 25 karena hasil pembakaran yang didapat hampir 75 dari sebelumnya dilakukan pembakaran pada akar. Di daerah tropis, tanah gambut dapat melepaskan sekitar 26,9 juta ton C dengan emisi karbon C yang hilang sebesar 0,185 tonha per tahun. Sedangkan di daerah sub tropis tanah gambut dapat melepaskan sekitar 30,9 juta ton C dengan emisi karbon C yang hilang sebesar 1,897 tonha per tahun, Maltby Immirzi 1993 Emisi CO 2 sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama suhu dan curah hujan, dan lahan gambut sangat sensitif terhadap keduanya Adger dan Brown. 1995. Pada saat suhu rendah dan kondisi muka air tanah jenuh atau