Hasil Pembakaran TINJAUAN PUSTAKA

sebesar 428 Pg 1Pg = Petagram = 1 milyar ton yang disimpan dalam vegetasi dan tanah. Di kawasan tropis Asia, dapat diperkirakan bahwa penanaman hutan, agroforestry, regenerasi dan kegiatan-kegiatan menghindari deforestasi mempunyai potensi menyerap karbon yang bervariasi dari 0,50;2,03;3,8 – 7,7 dan 3,3 – 5,8 Pg antara 1995 sampai 2050 Brown el al. 1996. Tempat penyimpanan karbon adalah biomasa meliputi batang, daun, ranting, bunga, buah dan akar, bahan organik mati nekromas dan tanah. Atmosfer berperan sebagai media perantara dalam siklus karbon. Aliran C biotik antara atmosfer dan hutan adalah fiksasi netto C melalui proses fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis disebut juga asimilasi zat karbon, dimana zat-zat CO 2 di udara dan di air diubah menjadi molekul C 6 H 12 O 6 dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil. Fotosintesis didefinisikan sebagai proses pembentukan gula dari dua bahan baku sederhana yaitu karbondioksida dan air dengan bantuanklorofil dan cahaya matahari sebagai sumber energy Gardner et al. 1991 dalam Hariyadi. 2005. Secara umum produksi berbagai macam gula pada proses fotosintesis diwakili oleh persamaan sebagai berikut : 6CO 2 + 12H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6H 2 O + O 2 cahaya dengan pigmen Proses fotosintesis di atas hanya menggunakan sebagian kecil radiasi matahari yang diterima oleh tumbuhan tingkat tinggi, karena sebagian besar radiasi tersebut segera ditransformasi ke dalam bentuk panas Packham dan Harding. 1982. Karbohidrat stabil yang pertama diproduksi dalam proses fotosintesis adalah glukosa yang biasanya dikonversi ke dalam bentuk pati sebagai produk yang disimpan sementara. Siklus karbon di daratan dapat dikontrol oleh proses fotosintesis, respirasi dan dekomposisi. Siklus karbon tersebut berbeda-beda tergantung tipe ekosistem serta faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, radiasi matahari dan kecepatan angin Forseth dan Norman. 1993. Siklus karbon mempunyai empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer terestial biasanya termasuk pula freshwater system dan material non- hayati organik seperti karbon tanah soil carbon, lautan termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati, dan sedimen termasuk bahan bakar fosil. Pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermacam-macam. Secara umum, siklus karbon disampaikan dalam Gambar 2 . Gambar 2. Siklus Karbon IPCC. 2001 Gambar di atas merupakan siklus karbon yang terjadi pada 3 lapisan yaitu atmosfer, biosfer, dan laut. Jumlah karbon di atmosfer diperkirakan sebesar 750 GtC, di biosfer diperkirakan sebesar 1900 GtC, dan jumlah karbon yang terkandung di lautan diperkirakan sebesar 38000 GtC. Jumlah karbon di laut diperkirakan 50 kali lebih besar dibandingkan jumlah karbon yang ada di atmosfer. Pertukaran karbon di laut dan atmosfer terjadi dalam skala waktu beberapa ratus tahun.

2.4 Emisi Gas Rumah Kaca Pada Lahan Gambut

Pemanfaatan lahan gambut tropis, khususnya di Indonesia sangat dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan penduduk akan lahan, pangan, kayu bakar dan bahan bangunan. Pemanfaatan tersebut sangat terkait dengan kebijakan pemerintah dalam kegiatan konversi hutan, industry perkayuan, transmigrasi dan pemukiman penduduk serta perluasan lahan pertanian. Praktek yang biasanya dilakukan adalah dengan melakukan deforestrasi yang diikuti dengan pembangunan kanal atau saluran drainase untuk mengeringkan air yang tertahan di lahan gambut Murdiyarso et al. 2004. Lahan gambut berpotensi nyata dalam menghasilkan gas rumah kaca seperti CO 2 dan CH 4 Aerts dan Caluwe. 1999. Apabila gambut terbakar atau mengalami kerusakan karena dikelola tanpa memperhatikan sifat gambut, maka bahan gambut akan mengeluarkan gas terutama CO 2 , N 2 O, dan CH 4 Sabiham. 2006, yang akan diemisikan ke udara yang dikenal sebagai gas rumah kaca. Kehilangan C-organik melalui oksidasi menghasilkan CO 2 . Faktor- faktor yang mempengaruhi kehilangan C-organik antara lain temperatur, O 2 , pH, dan Eh gambut. Temperatur gambut merupakan pengendali utama terhadap laju dekomposisi gambut, dan peranannya akan sangat dominan bila berinteraksi dengan O 2 Chapman et al. 1996 suhu dan kelembaban baik udara maupun tanah gambut di kawasan tropik sangat dipengaruhi oleh jenis dan kerapatan vegetasi yang menutupinya. Suhu udara hutan gambut alami di Sumatra berkisar 22 C – 34,5 C. Pada keadaan tertutup hutan, suhu gambut berkisar 27,5 C – 29,0 C dan jika keadaan terbuka berkisar 40,0 C – 42,5 C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuaka akan merangsang aktifitas mikroorganisme sehingga perombakan gambut lebih cepat Noor. 2001. Kelembaban relatif hutan gambut cukup tinggi pada musim hujan, yakni berkisar 90 - 96. Pada musim kemarau, kelembaban menurun menjadi 80 Rieley et al. 1996. Reklamasi atau pembukaan lahan gambut akan mengubah kondisi alam gambut. Perubahan iklim seperti suhu yang meningkat dan kelembaban yang menurun merupakan dampak dari perubahan komposisi vegetasi alami karena pembukaan lahan Noor. 2001. Di daerah tropis, tanah gambut hutan dapat melepaskan sekitar 26,9 juta ton CH 4 dan tanah gambut budidaya sebesar 30,9 juta ton CH 4 sementara pada tanah alluvial sebesar 5,0 juta ton CH 4 Barlett dan Harris. 1993. Kuantitas C yang hilang dari lahan-lahan gambut di dunia akibat konversi lahan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Estimasi kehilangan C pada lahan gambut Penggunaan lahan Luas lahan sebelumnya juta ha Luas lahan yang hilang juta ha Akumulasi C yang hilang akibat emisi juta ton C C hilangtahun juta ton C PertanianKehut anan Subtropis 399 20 4140 – 5600 63 – 85 PertanianKehut an Tropis 44 1,76 – 3,8 746 53 – 114 Bahan bakar 5 590 – 780 32 – 39 Hortikultura 5 100 33 Total 5476 – 7126 181 – 271 Sumber : Maltby dan Immirzi 1993 Kebakaran hutan dan gangguan lahan lainnya telah menempatkan Indonesia dalam urutan ketiga negara penghasil emisi CO 2 terbesar di dunia. Indonesia berada di bawah Amerika Serikat dan China, dengan jumlah emisi yang dihasilkan mencapai 2 miliar ton CO 2 per tahunnya atau menyumbang 10 dari emisi CO 2 di dunia Hooijer et al. 2006 Kebakaran hutan pada lahan gambut yang terjadi di Indonesia tahun 1997 – 1998 di estimasi sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dolar Amerika. Kejadian