BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Kabupaten Bandung merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Daerah ini memiliki ibukota yaitu Soreang. Secara geografis
letak Kabupaten Bandung berada pada posisi 107° 22’ – 108° 5’ Bujur Timur dan 6° 41’ – 7° 19’ Lintang Selatan. Luas Kabupaten Bandung adalah 176.238,67 ha.
Kabupaten Bandung memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Sebelah Timur : Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut.
Sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur dan di bagian
tengah terletak kota Bandung dan kota Cimahi. Sebelah Barat
: Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 267 desa dan sembilan
kelurahan. Pada akhir tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Bandung mencapai 2.921.696 jiwa.
4.2 Kondisi Fisik Lingkungan
4.2.1 Topografi
Kabupaten Bandung sebagian besar merupakan pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi dari 500
– 1.800 m dpl. Kabupaten Bandung terdiri dari wilayah datarlandai, kaki bukit, dan
pegunungan dengan kemiringan lereng beragam antara 0 – 8, 8 - 15 hingga
45. Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak- puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul 2.200 m,
Gunung Tangkubanperahu 2.076 m Wilayah KBB di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Di daerah selatan terdapat Gunung Patuha 2.334 m,
Gunung Malabar 2.321 m, serta Gunung Papandayan 2.262 m dan Gunung Guntur 2.249 m, keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.
4.2.2 Klimatologi
Kabupaten Bandung berada di dataran tinggi atau pegunungan sehingga menjadikan suhu udara di kabupaten ini menjadi sejuk, yaitu berkisar antara 12
C – 24
C. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per
tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kabupaten Bandung termasuk pada tipe iklim tropika basah. Menurut klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson,
Kabupaten Bandung termasuk kedalam tipe iklim C. Kabupaten Bandung memiliki suhu rataan tahunan sebesar 23,4
C, dengan suhu rataan bulanan terendah 22,9
C pada bulan Februari dan tertinggi sebesar 24,4 C pada bulan
November.
4.2.3 Geologi
Keadaan geologis dan tanah terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis
material tanah bagian utara berjenis andosol, sedangkan bagian selatan dan timur terdiri dari sebaran jenis alluvial kelabu dan bahan endapan tanah liat, serat bagian
tengah dan barat berjenis andosol.
4.3 Keadaan Penduduk
Pada akhir tahun 2007, berdasarkan hasil rekapitulasi data jumlah penduduk Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 2.902.129 jiwa. Akhir tahun
2008, jumlah penduduk Kabupaten Bandung menjadi 2.921.696 jiwa dengan laju pertumbuhan 0,03 dan kepadatan penduduk 1.647 jiwakm
2
BPS 2009.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penutupan Lahan Kabupaten Bandung
Penutupan lahan land cover merupakan perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap
obyek-obyek tersebut. Pengertian selanjutnya untuk penggunaan lahan land use berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan tertentu Lillesand
Kiefer 1990. Burley 1961 dalam Lo 1995 yang menggambarkan penutupan lahan sebagai konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan.
Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh. Secara umum terdapat tiga kelas data yang mencakup dalam penutupan
lahan, yaitu: 1.
Struktur fisik yang dibangun oleh manusia. 2.
Fenomena biotik vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang. 3.
Tipe-tipe pembangunan. Menurut Lo 1995 satu faktor penting yang menentukan kesuksesan
dalam pemetaan penggunaan dan penutupan lahan, terletak pada pemilihan skema klasifikasi yang tepat untuk suatu tujuan tertentu. Adapun sistem klasifikasi
penggunaan dan penutupan lahan menurut United State Geological Survey USGS memiliki kriteria sebagai berikut: 1 tingkat ketelitian interpretasi
minimum dengan menggunakan penginderaan jauh tidak kurang dari 85, 2 ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama, 3 hasil
yang dapat diulang harus dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke yang lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain, 4 sistem klasifikasi harus dapat
diterapkan untuk daerah yang luas, 5 kategori harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari tipe penutup lahnnya, 6 sistem klasifikasi harus dapat
digunakan dengan data penginderaan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda, 7 kategori harus dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci
yang dapat diperoleh dari citra skala besar atau survey lapangan, 8 pengelompokkan kategori harus dapat dilakukan, 9 harus dapat dimungkinkan
untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan