Distribusi suhu permukaan Kabupaten Bandung 2001 dan 2009

tetapi kecamatan ini pun pada periode tahun 2001-2009 mengalami perubahan penurunan luas RTH sebesar 394,38 ha. Kecamatan yang mengalami peningkatan luasan RTH periode tahun 2001- 2009, diantaranya Kecamatan Dayeuhkolot, Ketapang, Margaasih dan Pameungpeuk, Kecamatan yang memiliki peningkatan luas RTH terbesar adalah Kecamatan Pameungpeuk sebesar 214,47 ha, sedangkan yang memiliki peningkatan luas RTH paling kecil adalah Kecamatan Dayeuhkolot sebesar 12,06 ha.

5.3 Distribusi Suhu Permukaan

5.3.1 Distribusi suhu permukaan Kabupaten Bandung 2001 dan 2009

Berdasarkan hasil dari interpretasi dan analisis citra Landsat 7 ETM untuk klasifikasi suhu dan perhitungan luas wilayah pada tahun 2001 dan 2009 di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini : Tabel 7 Luasan suhu permukaan di Kabupaten Bandung tahun 2001 dan 2009 No Suhu C 2001 2009 Luas ha Luas Luas ha Luas 1 21 33.798,78 15,55 33.327,54 15,33 2 21 - 22 8.796,06 4,05 7.381,17 3,39 3 22 - 23 11.378,25 5,23 10.467,63 4,81 4 23 - 24 5.549,85 2,55 5.364,99 2,47 5 24 - 25 4.249,53 1,95 3.968,64 1,82 6 25 - 26 3.565,44 1,64 4.468,23 2,05 7 26 - 27 1.104,75 0,51 2.332,89 1,07 8 27 - 28 989,64 0,46 2.021,40 0,93 9 28 - 29 357,12 0,16 385,11 0,17 10 29 - 30 241,65 0,11 176,13 0,08 11 30 - 31 29,43 0,013 61,65 0,03 12 31 - 32 5,76 0,00 60,03 0,03 13 32 - 33 1,08 0,00 25,74 0,01 14 = 33 0,63 0,00 26,82 0,01 15 Tidak ada data 147.335,76 67,77 147.335,76 67,77 Total 217.403,73 100,00 217.403,73 100,00 Keterangan : Tahun 2001 bulan Mei dan tahun 2009 bulan Agustus. Berdasarkan Tabel 7 di atas, Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan dengan nilai suhu antara 21 C sampai ≥33 C. Nilai tersebut didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Kelas I Darmaga Bogor yang disesuaikan dengan waktu pengambilan citra satelit Landsat 7 ETM. Penggunaan data penginderaan jauh untuk menutupi kekurangan kerapatan stasiun cuaca, dinilai mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di masa-masa yang akan datang. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari dua periode tahun yang berbeda, luasan wilayah terbesar pada tidak ada data sebesar 147.335,76 ha 67,77. Hal ini karena pada citra satelit yang digunakan striping, sehingga luasannya paling besar diantara lainnya. Pada tahun 2001 untuk luasan wilayah terbesar setelah tidak ada data, memiliki distribusi spasial suhu permukaan pada suhu 21 C sebesar 33.798,78 ha 15,55, dan luasan wilayah terkecil memiliki distribusi spa sial suhu permukaan pada suhu ≥33 C sebesar 0,63 ha 0,0003. Sedangkan pada tahun 2009 untuk luasan wilayah terbesar setelah tidak ada data, memiliki distribusi spasial suhu permukaan pada suhu 21 C sebesar 33.327,54 ha 15,33, serta luasan terkecil memiliki distribusi spasial suhu permukaan pada selang suhu 32 C hingga ≤33 C sebesar 25,74 ha 0,011. Pada distribusi suhu permukaan antara dua periode tahun tersebut, suhu terendah tidak dapat ditentukan karena pada suhu tersebut ada awan yang mempengaruhi atau menutupi sehingga suhunya menjadi rendah, yaitu 21 C. Suhu tertinggi pada tahun 2001 ada pada suhu ≥33 C dan tahun 2009 pada selang suhu 32 C hingga ≤33 C. Distribusi suhu pada lokasi penelitian di Kabupaten Bandung sebagian besar berkisar antara suhu 21 C hingga 27 C. Sebaran suhu terlihat mengelompok pada suatu bagian wilayah kecamatan. Pada bagian utara Kabupaten Bandung suhu cenderung lebih tinggi, karena pada bagian tersebut merupakan wilayah yang bersebelahan langsung dengan bagian Kota Bandung yang memiliki suhu yang tinggi dan merupakan pusat areal terbangun. Pada bagian barat dan selatan Kabupaten Bandung cenderung memiliki suhu yang rendah, karena pada bagian wilayah tersebut masih terdapat vegetasi rapat berupa hutan alam yang masih banyak. Distribusi suhu permukaan pada lokasi penelitian di Kabupaten Bandung tahun 2001 dan 2009 disajikan pada Gambar 15 dan 16. Gambar 15 Peta sebaran suhu permukaan pada lokasi penelitian di Kabupaten Bandung tahun 2001. 44 Gambar 16 Peta sebaran suhu permukaan pada lokasi penelitian di Kabupaten Bandung tahun 2009. 45

5.3.2 Hubungan suhu permukaan dengan tutupan lahan