BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penutupan Lahan
Penutupan lahan land cover merupakan perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap
obyek-obyek tersebut, sedangkan penggunaan lahan land use berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan tertentu Lillesand dan Kiefer
1990. Menurut Burley 1961 dalam Lo 1995 menggambarkan penutupan lahan sebagai konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan.
Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh.
Perubahan penutupan lahan merupakan suatu keadaan yang karena manusia mengalami perubahan pada waktu yang berbeda Lillesand dan Kiefer 1979.
Deteksi perubahan lahan mencakup penggunaan fotografi udara berurutan di wilayah tertentu dan dari data tersebut penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat
dipetakan dan dibandingkan.
2.1.1 Ruang terbuka hijau
Ruang Terbuka Hijau RTH memegang peran penting dalam pembangunan perkotaan, terutama terkait dengan merancang masa depan
perkotaan. RTH memiliki fungsi beragam, baik dari segi ekologi, ekonomi, dan sosial, seperti menjaga iklim atau temperatur, wahana rekreasi, dan menghasilkan
tanaman produktif. Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengartikan ruang terbuka hijau merupakan area memanjang
atau jalur dan atau mengelompok yang penggunaanya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh alami ataupun secara sengaja.
Komponen-komponen RTH berdasarkan kriteria, sasaran dan fungsi penting, vegetasi serta intensitas manajemennya dalam Rencana Umum Tata
Ruang Jakarta Tahun 1985 – 2005 dalam Nurcahyono 2003, yaitu:
1. Taman
Memiliki fungsi utama menghasilkan oksigen, sehingga tanaman yang dipilih untuk dibudidayakan adalah tanaman yang dapat menghasilkan
oksigen tinggi. 2.
Jalur Hijau Pada jalur ini termasuk pepohonan peneduh pinggir jalan, lajur hijau di
sekitar sungai dan hijauan di tempat parkir. 3.
Kebun dan Pekarangan Pada kebun dan pekarangan ini hendaknya ditanam dengan jenis tanaman
yang dapat mendukung lingkungan kota yang nyaman. 4.
Hutan 5.
Tempat-tempat rekreasi Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang pasal 29 ayat 2 menetapkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 dari luas wilayah kota dan ayat 3 menetapkan proporsi
ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas wilayah kota. Menurut Simonds 1983 dalam Wijayanti 2003, RTH di
perkotaan memiliki fungsi yaitu: penjaga kualitas lingkungan, penyumbang ruang bernafas yang segar dan keindahan visual, sebagai paru-paru kota, penyangga
sumber air dalam kota, mencegah erosi dan sarana pendidikan. Dalam INMENDAGRI No.14 Tahun 1988 adapun manfaat RTH, yaitu:
1. Sebagai areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan
penyangga kehidupan. 2.
Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan kehidupan lingkungan.
3. Sebagai sarana rekreasi.
4. Sebagai pengaman lingkungan perkotaan terhadap berbagai macam
pencemaran. 5.
Sebagai sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan. 6.
Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah. 7.
Sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro. 8.
Sebagai pengatur tata air.
2.1.2 Hutan kota