2.1.2 Hutan kota
Menurut Dahlan 2004, hutan kota merupakan suatu lahan yang bertumbuhan pepohonan di dalam wilayah perkotaan pada tanah negara maupun
tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan
luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota. Fakuara 1987
dalam Dahlan 1992, mendefinisikan hutan kota adalah tumbuhan atau vegetasi
berkayu di perkotaan yang bermanfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan dalam kegunaan proteksi, estetika, rekreasi, dan kegunaan khusus lainnya. Hutan kota
merupakan bagian dari program RTH, yaitu ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun memanjang atau jalur dan
dalam penggunaannya bersifat terbuka tanpa bangunan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988.
Hutan kota memiliki peranan, yaitu sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan
penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debus semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida,
penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan, mengatasi intrusi air laut, produksi
terbatas, ameriolasi iklim, pengelolaan sampah, pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung, mengurangi stres,
mengamankan pantai terhadap abrasi, meningkatkan industri pariwisata, sebagai hobi dan pengisi waktu luang Dahlan 1992.
2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Perencanaan tata ruang dilakukan dengan mempertimbangkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan fungsi budidaya dan fungsi lindung, dimensi
waktu, teknologi, sosial budaya, serta fungsi pertahanan keamanan. Perencanaan tersebut meliputi aspek pengelolaan secara terpadu berbagai sumber daya, fungsi
dan estetika lingkungan, serta kualitas ruang. Perencanaan tata ruang mencakup
perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang, yang meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya.
Menurut PP No. 3 Tahun 2009 tentang Petunjuk Operasional Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten menerangkan bahwa Rencana Tata Ruang
Wilayah RTRW Kabupaten merupakan rencana tata ruang administratif KotaKabupaten yang merupakan penjabaran dari RTRW Propinsi yang meliputi
tujuan pemanfaatan ruang, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang, rencana umum tata ruang KotaKabupaten dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah KotaKabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWKN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara UU No.
26 Tahun 2007 dan PP No. 26 Tahun 2008.
2.3 Suhu dan Kelembaban
Suhu merupakan energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul Handoko 1993. Heat island merupakan suatu fenomena dimana suhu udara kota
yang padat bangunan lebih tinggi daripada suhu terbuka di sekitarnya baik di desa maupun pinggir kota Adiningsih et al 2001 dalam Wardhana 2003. Pada
umumnya suhu udara tertinggi berada di pusat kota akan menurun secara bertahap ke arah pinggir kota sampai ke desa.
Menurut Lowry dalam Griffith 1976 ; Wardhana 2003, perbedaan suhu udara antara perkotaan dengan pedesaan disebabkan oleh lima sifat fisik
permukaan bumi, yaitu: 1.
Bahan Penutup Permukaan Perkotaan memiliki permukaan yang terdiri dari beton dan semen yang
konduktivitas kalornya sekitar tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan tanah berpasir yang basah. Hal ini menyebabkan permukaan kota
menerima dan menyimpan energi lebih banyak daripada pedesaan. 2.
Bentuk dan Orientasi Permukaan Bentuk dan orientasi permukaan kota lebih bervariasi dari pada daerah
pinggir kota atau pedesaan, sehingga energi matahari yang datang dipantulkan berulang kali dan akan mengalami beberapa kali penyerapan
dan disimpan dalam bentuk panas heat, serta padatnya kota dapat
mengubah pola aliran udara yang bertindak sebagai perombak dan meningkatkan turbulensi.
3. Sumber Kelembaban
Di perkotaan air hujan cenderung menjadi aliran permukaan, akibat adanya permukaan semen,parit, selokan, dan pipa-pipa saluran drainase.
Di daerah pedesaan sebagian besar air hujan meresap ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk penguapan dapat menyejukkan udara. Air
menyerap panas lebih banyak sebelum suhu menjadi naik 1 C dan
memerlukan waktu yang lama untuk melepaskannya. 4.
Sumber Kalor Bertambahnya sumber kalor akibat dari aktivitas dan panas metabolisme
penduduk diakibatkan oleh kepadatan penduduk kota yang semakin tinggi. 5.
Kualitas Udara Udara di perkotaan mengandung banyak bahan-bahan pencemar yang
berasal dari kegiatan industri dan kendaraan bermotor sehingga mengakibatkan kualitas udaranya menjadi lebih buruk bila dibandingkan
kualitas udara di pedesaan. Banyaknya bangunan-bangunan bertingkat dan tingkat pencemaran yang tinggi di perkotaan dapat menyebabkan timbul
kubah debu dust home, yaitu selubung polutan yang menyelimuti kota. Hal ini disebabkan pola sirkulasi atmosfir di atas kota yang unik dan
mengakibatkan terjadinya perbedaan suhu yang tajam antara perkotaan dengan daerah di sekitanya.
Kelembaban udara mengambarkan kandungan uap air yang berada di udara Handoko 1993. Kartasapoetra 2008 menjelaskan bahwa kelembaban
adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Keadaan kelembaban di atas permukaan bumi berbeda-beda. Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara
dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah
menyerap radiasi selama siang hari tersebut. Pada malam hari akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal
dari udara. Oleh karena itu kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang Soedomo 2001.
2.4 Temperature Humidity Index THI