f. Pengaruh jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi
Menurut Jhingan 2000 proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi, dan faktor non ekonomi yang salah
satunya adalah faktor kependudukan. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu unsur penting dalam memacu pembangunan ekonomi. Populasi
yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala
ekonomi economic of scale yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, sehingga pada akhirnya akan
merangsang tingkat output atau produksi agregat yang lebih tinggi Todaro dan Smith 2006.
Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi di daerah
tertinggal. Penduduk memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja, dan pertumbuhan penduduk juga mengakibatkan bertambah
dan makin kompleksnya kebutuhan Sukirno 1985. Peningkatan jumlah penduduk di kabupaten tertinggal mampu meningkatkan nilai PDRB karena
diiringi dengan semakin meningkatnya tingkat konsumsi di masyarakat. Hasil analisis sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Savas 2008
dengan judul The relationship between population and ecomic growth:empirical evidence from the central asian economies yang
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten tertinggal
dengan nilai elastisitas 0,405 yang berarti setiap kenaikan seribu penduduk akan meningkatkan nilai pdrb sebesar 0,405 miliar
g.
Pengaruh pdrb tahun sebelumnya terhadap pertumbuhan ekonomi
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag PDRB berkorelasi positif terhadap perekonomian di kabupaten tertinggal dengan nilai
elastisitas 0,068. Angka ini dapat diartikan sebagai kenaikan 1 miliar PDRB tahun sebelumnya akan meningkatkan pdrb tahun berjalan sebesar 0,068
miliar. Hubungan yang positif ini dikarenakan adanya penyesuaian dinamis dynamic of adjustment mengingat variabel PDRB merupakan variabel
yang dinamis terutama dalam analisis jangka panjang. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sari 2011 yang
menyebutkan terdapat hubungan positif antara lagPDRB dengan nilai PDRB tahun berjalan.
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Tertinggal di Indonesia
Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan dijelaskan dari hasil analisis pada Tabel 8. Hasil uji asumsi klasik
menunjukkan bahwa model terbebas dari gejala multicollinearity, heteroscedasticity, dan autocorrelation Lampiran 10. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa variabel PDRB, IPM berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan pada taraf nyata 5 persen, sedangkan variable pengangguran dan gini ratio tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Nilai R-Square R
2
atau koefisien determinasi dari model sebesar 0,55242. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variasi dalam variabel eksogen
yang terdiri dari PDRB, IPM, pengangguran dan gini ratio mampu menjelaskan 55,24 persen variasi kemiskinan, sedangkan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain diluar model. Tabel 8 Hasil estimasi model kemiskinan
Variabel Parameter
t value Prob.t
Elastisitas
Kemiskinan Daerah Tertinggal
1. Intersep 2. PDRB
3. IPM 4. Pengangguran
5. Gini Ratio 245.7589
-0.027709 -3.32864
0.84705 24.0473
9.31 -25.94
-9.28 1.51
0.71 0.001
0.001 0.001
0.131
0.480 -0.819
-5.041 0.090
0.138 Durbin-Watson 1.72826 ProbF 0.0001
R-square 0.55242
Ket:signifikan pada taraf nyata 5 persen a.
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan, dapat mengurangi kemiskinan dan
membuka kesempatan kerja yang luas. Di daerah tertinggal, capaian pertumbuhan ekonomi berkualitas menjadi sasaran pembangunan dalam
dokumen pembangunan seperti RPJP, RPJMN dan RKP.
Berdasarkan teori
makroekonomi, pertumbuhan
ekonomi menunjukkan semakin banyaknya output nasional, dengan demikian akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga pengangguran menurun dan kemiskinan pun akan menurun. Kondisi ini terjadi karena sektor yang
berkembang merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Menurut BPS 2013 perekonomian di indonesia termasuk juga di daerah
tertinggal di topang oleh sektor jasa non tradable.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel PDRB berkorelasi negatif terhadap tingkat kemiskinan di daerah tertinggal. Hal ini berarti
peningkatan laju nilai PDRB diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan di daerah tertinggal. Nilai elastisitas PDRB sebesar 0,819 yang berarti
setiap peningkatan 1 miliar PDRB akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0,819 persen.
Permasalahan kemiskinan di daerah tertinggal tidak cukup dipecahkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi semata dengan
mengharapkan terjadinya trickle down effect. Peningkatan kualitas SDM mungkin akan lebih mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap
pengurangan tingkat kemiskinan di daerah tertinggal di Indonesia. b.
Pengaruh IPM terhadap tingkat kemiskinan
Indeks pembangunan
manusia IPM
mengukur capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar hidup. Sebagai