Pengaruh bantuan ekonomi dan dunia usaha terhadap pertumbuhan

tingkat kemiskinan pada taraf nyata 5 persen, sedangkan variable pengangguran dan gini ratio tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Nilai R-Square R 2 atau koefisien determinasi dari model sebesar 0,55242. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variasi dalam variabel eksogen yang terdiri dari PDRB, IPM, pengangguran dan gini ratio mampu menjelaskan 55,24 persen variasi kemiskinan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Tabel 8 Hasil estimasi model kemiskinan Variabel Parameter t value Prob.t Elastisitas Kemiskinan Daerah Tertinggal 1. Intersep 2. PDRB 3. IPM 4. Pengangguran 5. Gini Ratio 245.7589 -0.027709 -3.32864 0.84705 24.0473 9.31 -25.94 -9.28 1.51 0.71 0.001 0.001 0.001 0.131 0.480 -0.819 -5.041 0.090 0.138 Durbin-Watson 1.72826 ProbF 0.0001 R-square 0.55242 Ket:signifikan pada taraf nyata 5 persen a. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan, dapat mengurangi kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di daerah tertinggal, capaian pertumbuhan ekonomi berkualitas menjadi sasaran pembangunan dalam dokumen pembangunan seperti RPJP, RPJMN dan RKP. Berdasarkan teori makroekonomi, pertumbuhan ekonomi menunjukkan semakin banyaknya output nasional, dengan demikian akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga pengangguran menurun dan kemiskinan pun akan menurun. Kondisi ini terjadi karena sektor yang berkembang merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Menurut BPS 2013 perekonomian di indonesia termasuk juga di daerah tertinggal di topang oleh sektor jasa non tradable. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel PDRB berkorelasi negatif terhadap tingkat kemiskinan di daerah tertinggal. Hal ini berarti peningkatan laju nilai PDRB diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan di daerah tertinggal. Nilai elastisitas PDRB sebesar 0,819 yang berarti setiap peningkatan 1 miliar PDRB akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0,819 persen. Permasalahan kemiskinan di daerah tertinggal tidak cukup dipecahkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi semata dengan mengharapkan terjadinya trickle down effect. Peningkatan kualitas SDM mungkin akan lebih mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap pengurangan tingkat kemiskinan di daerah tertinggal di Indonesia. b. Pengaruh IPM terhadap tingkat kemiskinan Indeks pembangunan manusia IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak BPS 2013. Evaluasi RPJMN 2010-2014 yang dilakukan oleh BAPPENAS, peningkatan kualitas SDM di daerah tertinggal telah menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, rata-rata indeks pembangunan manusia di kabupaten tertinggal adalah 67,48 Bappenas 2014. Beberapa program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas SDM di kabupaten tertinggal antara lain program-program yang berada di bawah Deputi 1 kementerian daerah tertinggal melalui pemberian bantuan sumberdaya manusia. Bentuk kegiatan berupa kegiatan pemberdayaan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat. Hasil studi ini sejalan dengan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa peningkatan pendidikan dan kualitas kesehatan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan dapat menurunkan kemiskinan Eleonora, Muhammad, Arip 2014. Hasil estimasi variabel indeks pembangunan manusia IPM menunjukkan bahwa variabel IPM berkorelasi negatif terhadap jumlah penduduk miskin. Hal ini berarti semakin meningkat nilai IPM maka tingkat kemiskinan juga akan menurun. Nilai elastisitas IPM sebesar -5,041 yang berarti setiap kenaikan 1 indeks IPM akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 5,041 persen.

c. Pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan

Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak BPS 2013. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkata kerja atau pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang, sehingga menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Beberapa studi sebelumnya menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengangguran dengan tingkat kemiskinan. Upaya menurunkan tingkat pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan adalah sama pentingnya Saunder 2002. Secara teori jika masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan pengahasilan, dan penghasilan yang dimiliki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi, maka masyarakat tidak akan miskin. Sehingga